30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

BEMBENG, DARI SIGAR KE TUKAD BANGKA || Bagian terakhir dari tiga tulisan

Nyoman Sukaya SukawatibyNyoman Sukaya Sukawati
December 15, 2020
inKhas
BEMBENG, DARI SIGAR KE TUKAD BANGKA || Bagian terakhir dari tiga tulisan

Warga Banjar Gelulung Sukawati Gianyar di Tukad Bembeng [Foto=foto Sukaya Sukawati]

PENGANTAR:

Tukad Bembeng di kawasan Banjar Gelulung, Sukawati, Gianyar, Bali merupakan salah satu sungai yang sudah puluhan tahun terlupakan. Sejak masuknya air PDAM ke desa tersebut pada tahun 1980 sungai ini seperti tidak lagi dibutuhkan, terkucil di halaman belakang desa, tak tersentuh. Hal itu membuat kondisinya sangat menyedihkan, kumuh, liar, rusak dan dangkal karena ditunggangi sampah yang meruah. Namun, sejak beberapa bulan lalu muncul antusiasme dalam jiwa anak muda banjar ini. Merasa sedih melihat kondisi sungai, mereka memutuskan untuk memperbaiki keadaan. Di bawah koordinator I Putu Dwipayana yang juga Ketua Sekaa Taruna Dharma Sentana Banjar Gelulung, para pemuda yang tergabung dalam organisasi Gepala atau Gelulung Pecinta Alam mulai bergotong royong setiap hari Minggu, sekaligus mengisi waktu di tengah pandemi, untuk memulihkan kelestarian Tukad Bembeng(Redaksi).

Tukad Bembeng, Gelulung, Sukawati

___

MENURUT cerita orang-orang tua, Tukad Bembeng itu tidak hanya tenget tapi juga memiliki kesucian secara niskala. Banyak cerita dari masa lalu menguatkan hal ini.

“Almarhum Pekak Mangku pernah bilang, dahulu hingga tahun 70-an, kesucian Tukad Bembeng sangat terasa auranya,” kata Made Sarjana sewaktu kami ngobrol di tengah aktifitas bersih2 Tukad Bembeng, hari Minggu. Hanya saja, kesucian Bembeng tidak terekspos di masyarakat, terutama di kalangan warga Banjar Gelulung, sebab perhatian warga kala itu hanya fokus pada kehidupan bertani, dan pemanfaatan tukad ini pun hanya berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari. “Tapi potensi kesuciannya tetap ada karena sifatnya alamiah,” sambung Made Sarjana.

Dulu, sejumlah orang tua memang mengatakan Tukad Bembeng memiliki kekuatan suci walaupun hanya lewat cerita sepintas lalu sebagai obrolan pengisi waktu senggang di warung kopi.

Jika benar demikian, mungkin Bembeng bisa diangggap sebagai tungabhadra, yakni sumber kesucian yang mengalir tanpa batas. Tunga itu artinya tak terbatas, sedangkan bhadra, kesucian. Namun kesucian Bembeng itu sifatnya tersembunyi, halus, samar-samar, sehingga tidak mudah dipahami orang awam.

“Tidak setiap orang bisa melihat dan merasakan kesucian Bembeng. Hanya orang-orang tertentu saja yang tahu,” kata Made Sarjana menirukan cerita orang tua dulu.

Menurut Sarjana, sebagai orang awam, dirinya tidak dapat menggambarkan dengan lugas apa yang dimaksud kesucian Bembeng tersebut. Ia hanya menerka-nerka saja berdasarkan ingatan pada cerita orang-orang tua.

Kabar tentang kesucian Bembeng ini juga dibenarkan oleh Ketut Gde Suaryadala. Dia masih ingat cerita di masa kecilnya yang beredar di kalangan terbatas bahwa dahulu banyak orang dari luar desa, seperti para penekun ilmu kebatinan, pergi ke Bembeng pada malam-malam tertentu, meskipun tidak ada yang tahu ritual apa yang mereka kerjakan di Bembeng karena semuanya berlangsung secara rahasia, diam-diam dan silib di tengah kegelapan malam. Mungkin mereka ngeregepan, malukat, menyepi, “nyeraya”, mencari berkah, atau lainnya.

“Tabe pakulun, kalau tidak salah, Nang Tut Mindring pernah bilang, orang-orang yang pergi ke Bembeng itu adalah para penekun ilmu kebatinan, ilmu putih, calon sulinggih atau semacam itu,” ujar Suaryadala.

Nyoman Dwipa, yang berprofesi sebagai guru, ikut menguatkan cerita ini, katanya, “Nanang saya pernah bilang, pada tahun 70-an sering ada orang dari jauh datang malam-malam melakukan ritual di Tukad Bembeng, ada Cokorda dari Ubud, ada juga balian dari daerah Blahbatuh. Mungkin mereka melukat atau mencari taksu di sini.”

Lalu bagaimana bentuk kesucian Tukad Bembeng itu, bagaimana cara orang-orang memanfaatkan kecuciannya?

Made Sarjana menuturkan, petala Pekak Cekol pernah bilang kalau Tegal Kisid itu punya nama lain yakni Tegal Sigar. Selama ini disebut Tegal Kisid semata untuk kemudahan komunikasi karena tegalan ini memang milik I Kisid. Sekarang pemiliknya telah berganti sehingga tidak pas lagi dinamakan Tegal Kisid.

“Mungkin sekarang waktunya kita memakai nama aslinya, yaitu Tegal Sigar,” kata Made Sarjana.

Sigar artinya siag, pecah, retak. Tegal ini seperti delta di tengah sungai. Diduga di bawah tegal ini ada struktur atau lapisan batu besar yang sejak masa kuno menghalangi aliran air sungai sehingga secara alami sungai membuat aliran baru ke sisi kiri dan kanannya seperti adanya sekarang.

Pecahnya aliran sungai ini yang disebut dengan sigar atau siag, membentuk cagak, menjadi dua aliran, yang ke barat melewati Penga, yang ke timur melalui Batan Gatep atau Batan Celagi. Kedua aliran ini kemudian bertemu lagi di ujung selatan tegal, yang disebut Paluh. Setelah Paluh, terus ke hilir yang dikenal dengan nama Tukad Bangka atau sungai mati.

Delta yang memecah sungai ini kemudian dikenal dengan Tegal Sigar. Namun nama ini terlupakan karena orang-orang lebih akrab menyebutnya dengan nama Tegal Kisid yang mengacu kepada nama pemilik tanah tegal ini, yakni I Kisid.

Menurut penerawangan beberapa orang, konon terpisahnya aliran sungai inilah yang membangkitkan samacam energi, kekuatan, atau aura kesucian Bembeng secara niskala.

Sepintas, Tukad Bembeng dengan dua alirannya ini diibaratkan tubuh dengan tiga nadi utama, yang dalam yoga dikenal dengan istilah Sushumna, Ida, dan Pingala.
Aliran utama Bembeng dianggap Sushumna, aliran yang ke kiri atau Batan Celagi sebagai Ida, sedangkan yang ke kanan atau ke Penga adalah Pingala.

Dalam yoga, ketiga nadi itu merupakan saluran energi prana utama dalam tubuh yang pengaruhnya sangat besar bagi kehidupan, baik fisik maupun spiritual.

Ketiga nadi dari Tukad Bembeng ini dianggap semacam saluran prana yang secara filosofis mengalirkan vitalitas kesucian sebagai produk dari “yoga semesta” atau alam.

Jro Gde Kacut, seorang yang dikenal cukup lama malang-melintang dan lalu-lalang di dunia spiritual, mengatakan ada sejumlah titik yang merupakan orbital energi kesucian dari Bembeng itu.

Warga Banjar Gelulung, Sukawati Gianyar, gotong royong memulihkan kelestarian Tukad Bembeng


Menurut penerawangan Jro Gde Kacut, titik-titik tersebut antara lain ada tepat di sibakan aliran sungai, di utara Tegal Sigar. Titik berikutnya di wilayah barat tegal, yakni di Penga, juga di timur tegal atau sekitar Batan Celagi. Terakhir ada di Paluh, di selatan tegal.

“Di empat titik tersebut saya lihat pancaran energi sakralnya cukup cemerlang, meskipun relatif masih tertidur, barangkali karena belum banyak dimanfaatkan dan dieksplorasi,” katanya.

Melihat bentuk energi Bembeng yang demikian, menurut Made Sarjana itu sangat bagus untuk aktifitas spiritual yang berkaitan dengan pencerahan rohani, kesehatan fisik, kesuburan atau meraih kebahagiaan.

Energi Sushumna, Ida, dan pingala Bembeng ini adalah tungabhadra atau kekuatan suci yang mengalir tanpa batas, yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan hidup.

Melalui teknik interaksi atau aktivitas tertentu, energi suci tersebut akan dapat membantu memperbaiki, memurnikan, atau menyelaraskan energi tubuh kita untuk tujuan pencerahan lahir-batin.

“Kalau diperhatikan, orang-orang tua dulu yang intens berinteraksi dengan Bembeng, rata-rata kualitas kesehatan mereka sangat baik. Saya percaya itu karena pengaruh energi Bembeng,” ujar Made Sarjana.

Penamaan bagian-bagian dari Tukad Bembeng, seperti Sigar, Penga, Paluh, Tukad Bangka, dan lainnya itu sesungguhnya menyiratkan potensi kesucian yang dimiliki sungai ini.

Paluh, misalnya, menurut Sarjana kata itu bentukan dari “paan iluh” atau “paha perempuan”. Ini mengasosiasikan yoni, bagian dari lingga, sebagai simbol kemakmuran, kesuburan, keindahan, kesejahteraan, dsb.

Begitu juga dengan Tukad Bangka atau sungai mati, sepintas itu seperti berkesan buruk, tapi sebenarnya tidak demkian. Dalam konteks kesucian Bembeng, Tukad Bangka itu secara spiritual bermakna sebagai jalan mencapai moksa, atau moksartham jagadhita ya ca iti dharma, yakni mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.

“Jadi manfaat energi Bembeng bagi kita adalah di Sigar sebagai trigger pencerah rohani atau pikiran. Penga dan Batan Celagi untuk menyelaraskan energi positif dan negatif lahir-batin kita, di Paluh kita menghayati keindahan atau kemuliaan hidup. Dan itu semua adalah jalan untuk mencapai moksa yang disimbolkan dengan nama Tukad Bangka. Begitu kira-kira,” tutup Made Sarjana. [T][***]

BACA JUGA:

  • BEMBENG YANG NGEMBENG || Bagian pertama dari tiga tulisan
  • BEMBENG, TAKSU YANG TENGET || Bagian kedua dari tiga tulisan
Previous Post

Beda-Beda Proses Menciptakan Puisi || Catatan Workshop Siar-Siur Kalangan

Next Post

Apakah Masih Mungkin Mengalahkan PDI Perjuangan di Tabanan?

Nyoman Sukaya Sukawati

Nyoman Sukaya Sukawati

lahir 9 Februari 1960. Ia mulai aktif menulis puisi sejak 1980-an di rubrik sastra surat kabar Bali Post Minggu asuhan Umbu Landu Paranggi. Dia pernah bergiat di dunia kewartawanan. Pada 2007 bukunya berjudul Mencari Surga di Bom Bali diterbitkan berkat bantuan program Widya Pataka Badan Perpustakaan Daerah Provinsi Bali bekerja sama dengan Arti Foundation, Denpasar.

Next Post
Apakah Masih Mungkin Mengalahkan PDI Perjuangan di Tabanan?

Apakah Masih Mungkin Mengalahkan PDI Perjuangan di Tabanan?

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more

PENJARA: Penyempurnaan Jiwa dan Raga

by Dewa Rhadea
May 30, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

DALAM percakapan sehari-hari, kata “penjara” seringkali menghadirkan kesan kelam. Bagi sebagian besar masyarakat, penjara identik dengan hukuman, penderitaan, dan keterasingan....

Read more

“Punia Digital”: Dari Kotak Kayu ke Kode QR

by Dede Putra Wiguna
May 30, 2025
0
“Punia Digital”: Dari Kotak Kayu ke Kode QR

SETELAH melaksanakan persembahyangan di sebuah pura, mata saya tertuju pada sebuah papan akrilik berukuran 15x15cm, berdiri tenang di samping kotak...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co