10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

BEMBENG, TAKSU YANG TENGET || Bagian kedua dari tiga tulisan

Nyoman Sukaya SukawatibyNyoman Sukaya Sukawati
December 15, 2020
inKhas
BEMBENG, TAKSU YANG TENGET || Bagian kedua dari tiga tulisan

Warga Banjar Gelulung Sukawati Gianyar di Tukad Bembeng [Foto=foto Sukaya Sukawati]

PENGANTAR:

Tukad Bembeng di kawasan Banjar Gelulung, Sukawati, Gianyar, Bali merupakan salah satu sungai yang sudah puluhan tahun terlupakan. Sejak masuknya air PDAM ke desa tersebut pada tahun 1980 sungai ini seperti tidak lagi dibutuhkan, terkucil di halaman belakang  desa, tak tersentuh.  Hal itu membuat kondisinya sangat menyedihkan, kumuh, liar, rusak dan dangkal karena ditunggangi sampah yang meruah.  Namun, sejak beberapa bulan lalu muncul antusiasme dalam jiwa anak muda banjar ini.  Merasa sedih melihat kondisi sungai, mereka memutuskan untuk memperbaiki keadaan.  Di bawah koordinator I Putu Dwipayana yang juga Ketua Sekaa Taruna Dharma Sentana Banjar Gelulung, para pemuda yang tergabung dalam organisasi Gepala atau Gelulung Pecinta Alam mulai bergotong royong setiap hari Minggu, sekaligus mengisi waktu di tengah pandemi, untuk memulihkan kelestarian Tukad Bembeng (Redaksi).

Warga Banjar Gelulung, Sukawati Gianyar, gotong royong memulihkan kelestarian Tukad Bembeng

______

BEMBENG itu bukan tukad biasa. Tidak main-main, Bembeng adalah tali taksu, penghubung dan pengikat desa-desa tua di sepanjang alirannya sebagai entitas penjaga spirit Bali.

Ibarat sabuk, hulu Tukad Bembeng yang ada di Ubud adalah gesper, disimbolkan dengan keberadaan Pura Gunung Raung di Taro, sedangkan hilirnya yang berakhir di Cengcengan, Sukawati, berupa campuhan dng Tukad Wos itu, laksana ujung sabuk.

Bila campuhan Cengcengan dihidupkan sebagai satu simpul spiritual, ditanam panca datu, sebagai Pura Campuhan Cengcengan, secara niskala ini akan terhubung dengan pura di hulu sungai. Itu melambangkan pertemuan dua kutub taksu, antara hulu dengan hilir, luan-teben, positif-negatif, kaja-kelod, seperti ujung sabuk yang terpasang pada gespernya dan nemugelang.

Pertemuan spirit hulu dengan hilir ini akan memancarkan spiral taksu yang terus bergerak, berputar, mengalir bak tarian kosmis Siwanataraja. Spirit taksu alami tersebut akan memberi energi luar biasa yang tanpa jeda bagi komunitas dan lingkungan di radius Tukad Bembeng.

Orang-orang yang tumbuh di sepanjang aliran Bembeng bukanlah kebetulan belaka mukim di sana. Mereka orang-orang terpilih, secara genetis dianugerahi beragam bakat dan spirit yang kuat sebagai penerima taksu yang tenget tukad ini.

Ini adalah japamala. Bembeng ibarat tali, sedangkan wilayah, desa, komunitas di sekitarnya sebagai biji-biji genitri. Bembeng dan lingkungannya adalah rangkaian gelang genitri maya yang memutar taksu satyam, siwam, sundaram.

Wilayah yang terhubung oleh garis Tukad Bembeng, di antaranya Ubud, Tebesaya atau Padangtegal, Peliatan, Pengosekan, Mas, Lodtunduh, Silungan, Batuan, Puaya, Sukawati atau Banjar Gelulung adalah rumah bagi orang-orang istimewa dengan bakat spesial, karakter spesial, spirit spesial. Mereka entitas yang berbeda dibandingkan orang kebanyakan.

Mereka para seniman kehidupan yang tumbuh dari generasi ke generasi bersama spirit yang mengalir alami dari Tukad Bembeng. Mereka mengerti itu dan seharusnya dapat menghayatinya dengan baik.

Bila eksistensi Bembeng terganggu maka aliran taksu pun terganggu dan mempengaruhi harmoni kehidupan.

Di luar itu, Bembeng ibarat seorang ibu yang penuh kasih. Ibu yang memberi dan merawat. Itu sebabnya orang Gelulung selalu memandang Bembeng dengan takzim.

“Kita berhutang banyak pada Bembeng. Sebagian energi hidup yang mengaliri jiwa raga kita adalah datang dari tukad ini.” kata Nyoman Arjana Putra, warga Gelulung yang juga seorang guru.

Secara alami, wilayah Bembeng-nya Gelulung mulai dari tikungan di pojok barat carik Gagalan, terus ke “bulakan” tempat sungai memecah diri jadi dua, satunya ke Penga dan satu lagi ke batan Celagi, lalu kedua cabang ini menyatu lagi di lubuk Paluh. Ya, inilah yang secara alami dianggap sebagai kawasan Bembeng dari Banjar Gelulung.

Selepas Paluh, Bembeng lanjut ke hilir yang galib disebut Tukad Bangka yang merupakan wilayah Banjar Dlodtangluk dan Banjar Tebuana hingga berakhir di Cengcengan.

Bembeng-nya Gelulung memang tidak panjang namun inilah bagian terindah dari lanskap Tukad Bembeng dan mudah diakses.

Di sini tempat ia memecah diri jadi dua aliran, yang secara gaib menjadikan dirinya tukad yang bukan saja elok tapi juga mengandung mistik. Ia tenget namun tidak menggertak.  Ia syahdu tetapi tetap dalam aura alaminya yg kuno dan misterius.

“Bembeng itu seperti ibu yg berwibawa namun hatinya penuh welas asih.” kata Ketut Gde Suaryadala, seorang palingsir banjar yang juga pejabat di Pemkot Denpasar.

Sejak dulu, Bembeng adalah tempat bagi warga menggantungkan sebagian hidupnya. Bila ada yang menikah, ritual mandinya akan dilakukan di sini. Bembeng jadi salah satu saksi bagi warga yang berikar membangun mahligai rumah tangga.

Ibu-ibu yang sebel karena habis melahirkan akan pergi menyucikan diri ke Bembeng dengan membawa sarana tiyuk puntul misi bawang sebagai pasikepan. Setelah beberapa kali ‘malukat’, mandi, keramas, berendam, mencuci pakaian atau kainnya sendiri, mereka akan merasa suci kembali dan kondisinya pulih dengan cepat, seakan tukad Bembeng telah menyerap dan menghanyutkan perasaan sebel mereka.

Bembeng yang menyediakan pasir terbaik dan batu koral untuk warga yang membuat bangunan rumah atau tempat suci.

Bembeng menyediakan air untuk kebutuhan hidup sehari-hari, untuk mandi, cuci maupun masak, juga buat hewan ternak.

Dulu, air minum warga berasal dari tukad ini, walau harus disaring dulu dengan topo atau gerombong kecil agar jadi air anakan yang layak minum. Toponya dibuat oleh Nang Retig dengan menggunakan batu padas terbaik yang diambil dari dinding Tukad Bembeng untuk menghasilkan air minum yang segar dan sejuk.

Sebagian sarana untuk upacara adat seperti buah2an dan daun-daunan tertentu, juga ikan, yuyu, udang dan binatang air lainnya juga diperoleh dari tukad ini.

“Bembemg adalah taman bermain yang paling lengkap bagi anak-anak Gelulung di masa lalu. Dia yang mengajari kami berbagai keterampilan survival,” kata Ketut Gde Suatyadala, “Bembeng yang mengajari kami berenang, menyelam, menangkap ikan dengan tangan kosong atao ngogo, membikin air minum dengan cara membuat suwukan di pasir, memancing, nyau, nyuluh ikan pada malam hari,” sambungnya.

Tukad Bembeng adalah tempat belajar bagi anak-anak setempat untuk bersahabat dengan alam, belajar mengenal beragam nama pohon, tanaman obat, tanaman upakara, belajar memanjat pohon mencari mangga atau juwet. Mengenali jenis daun-daun tertentu yang bisa dijadikan sayur unik, seperti don tabia bun, don bulunboon atau lainnya. Di Bembeng pula mereka belajar membaca perangai alam, misalnya mengenali tanda-tanda bakal ada air bah datang dari hulu.

Tukad Bembeng, Sukawati, Gianyar


Menurut Suaryadala, Bembeng memiliki tanah legit terbaik yang dulu sering dipakai anak-anak berlatih membuat seni kerajinan tangan untuk mengasah kreatifitas seni yang menghaluskan jiwa.

“Di sini kami belajar berinteraksi dengan binatang liar yang berbahaya seperti ular, dan sejak dini melatih adrenalin dengan terjun ke air dari tebing tinggi sambil mandi,” cerita Nyoman Arjana Putra.

Menurut Arjana, hingga tahun 1980 setiap anak dari Banjar Gelulung pasti punya ikatan emosi yang erat dengan Tukad Bembeng sebab mereka tumbuh di sini.

Dan tentu saja Bembeng memiliki gaibnya yang tenget. Inilah yang  dianggap menjaga dan merawat aura kesucian Bembeng. Sangat banyak kisah datang dari alam gaibnya dan sebagian warga banjar pernah mengalami dan berinteraksi dengan Si Penjaga Bembeng itu.

“Tapi saya tak berniat membabar cerita atau pengalaman tentang gaib Bembeng tersebut. Biarlah itu tetap sebagai kisah tenget yang samar-samar menggema di pangkung hati kita masing-masing.  Tak ada yg perlu diperjelas. Tak juga untuk ditakuti. Kami hanya perlu tetap menjaga rasa hormat pada Bembeng sebagaimana menghormati ibu yang telah memberikan banyak hal dalam hidup kami,” bisik Ketut Gde Suaryadala [T][***]

BACA JUGA:

  • BEMBENG YANG NGEMBENG || Bagian pertama dari tiga tulisan
  • BEMBENG, DARI SIGAR KE TUKAD BANGKA || Bagian terakhir dari tiga tulisan

Previous Post

Kedudukan Perempuan

Next Post

Mengapa Tamba-Ipat (Bisa) Menang Pada Pilkada Jembrana? || Winasa Effect? Ah…

Nyoman Sukaya Sukawati

Nyoman Sukaya Sukawati

lahir 9 Februari 1960. Ia mulai aktif menulis puisi sejak 1980-an di rubrik sastra surat kabar Bali Post Minggu asuhan Umbu Landu Paranggi. Dia pernah bergiat di dunia kewartawanan. Pada 2007 bukunya berjudul Mencari Surga di Bom Bali diterbitkan berkat bantuan program Widya Pataka Badan Perpustakaan Daerah Provinsi Bali bekerja sama dengan Arti Foundation, Denpasar.

Next Post
Mengapa Tamba-Ipat (Bisa) Menang Pada Pilkada Jembrana? || Winasa Effect? Ah…

Mengapa Tamba-Ipat (Bisa) Menang Pada Pilkada Jembrana? || Winasa Effect? Ah…

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co