26 February 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
Seorang anak dari Desa Geluntung, Marga, Tabanan. [Dokumen foto Pak Chiek]

Seorang anak dari Desa Geluntung, Marga, Tabanan. [Dokumen foto Pak Chiek]

Pada Malam-malam Pandemi, Anak-anak Mewarnai Langit

Wayan Junaedy by Wayan Junaedy
August 28, 2020
in Esai

Malam-malam di masa pandemi ini, adalah malam-malam gemerlap cahaya. Di kejauhan sana, bintang-bintang bertaburan di langit yang pekat. Pada jarak yang lebih dekat, puluhan bahkan mungkin ada ratusan layang-layang bergerak ke sana ke mari dipermainkan angin, memancarkan lampu LED. Mirip kunang-kunang raksasa yang sedang merayakan malam. Atau, seperti sekumpulan pasukan pesawat luar angkasa yang sedang menyiapkan pertempuran besar pada film Star Wars.

            Mungkin di masa pandemi ini, ini menjadi semacam hiburan alternatif bagi anak-anak di tengah pembatasan aktivitas mereka. Setelah mereka kelelahan belajar secara online dari pagi, malamnya mereka bisa sedikit mengecap rasa bebas dengan menaikkan layang-layang yang dihiasi lampu warna-warni. Entah siapa yang pertama kali menaikkan layang-layang dengan lampu LED itu. Sekarang di seluruh penjuru langit bertaburan layang-layang bercahaya. Begitu indah. Seperti ketika kita melihat pemandangan sebuah kota di malam hari dari ketinggian bukit. Cahaya memang menghadirkan rasa romantis tersendiri. Seperti Tukad Badung yang tak pernah sepi diserbu pengunjung. Sungai yang dulu kotor dan kumuh itu, sekarang ditata bersih dengan puluhan lampu-lampu lampion yang enak dipandang. Iya, pada dasarnya kita memang menyukai cahaya.

            Bukan cuma anak-anak. Kalangan remaja, bahkan orang tua juga ikut hanyut dalam hiburan ini. Pas musim layang-layang ini, saat angin begitu bersahabat, layangan seberat apapun bisa naik.

            Sekarang ini kreativitas membuat layang-layang sudah semakin maju dan bervariasi. Di masa kecil saya dulu, hanya ada dua jenis layangan yang umum, yaitu layangan pere-perean dan pit gunting. Layangan pere-perean begitu sederhana dan gampang naik ke langit. Sedangkan pit gunting lebih rumit dan agak berat.

Tapi sekarang, variasi layang-layang semakin rumit dan artistik. Ada layangan capung, ketika terbang persis menyerupai capung. Ada layangan burung dengan dada membusur gagah. Juga celepuk (burung hantu), lengkap dengan gambar bulatan bola mata yang besar, paruhnya yang khas sebagai pemburu tikus, dan bulu-bulunya. Merayakan hari kemerdekaan, banyak juga yang menaikkan layangan dengan nuansa merah-putih. Ada juga yang membuat layangan dengan warna bendera timnas kesayangan, seperti Belanda. Bahkan ada yang sedikit nakal dengan membuat layangan, maaf, bentuknya seperti penis laki-laki. Yah… itulah kreativitas, tak bisa dibatasi.

            Tambahan lagi, sekarang layang-layang dihiasi lampu LED berbagai ragam. Warna-warni seperti pelangi. Ada yang berkedip-kedip. Ada yang biasa tanpa berkedip. Ada lampunya yang didisain mengikuti bentuk inisial hurup tertentu, sehingga ketika berkedip akan muncul sebuah huruf besar di langit. Ketika angin semakin kuat di atas, mereka meliuk-liuk mengikuti irama Sang Bayu. Kadang-kadang ada yang nguser sehingga membuat kawatir yang punya layangan. Langit menjadi begitu ramai.

Beda dengan jaman saya saat kecil dulu; layangan dinaikkan dari pagi sampai matahari terbenam, sehingga kulit jadi legam. Sekarang, layangan dinaikkan dari sore sampai malam. Anak-anak berkerumun, berbaur dengan remaja dan juga orang tua.

            Musim layangan ini menjadi berkah tersendiri bagi Yan Bracuk. Lelaki yang sehari-hari bekerja sebagai tenaga kebersihan di Monumen Pahlawan Margarana ini, bisa menikmati penghasilan tambahan dari membuat layangan. Saat biasanya di masa normal dia bisa mencari tambahan penghasilan dengan bekerja sebagai buruh lepas untuk proyek-proyek landscape taman, tapi sejak beberapa bulan ini pandemi telah merampas pekerjaan sampingannya itu. Bukan cuma dia, pandemi telah merampas penghasilan banyak orang. Kerajinan membuat layangan ini bisa mengembalikan sumber rejekinya lagi. Yan Bracuk yang dikenal handal membuat layangan. Orderan pun begitu deras datang, khusus dari anak-anak yang belum bisa mencipta sendiri.             Iya, di masa pembatasan ini, biarlah anak-anak menghibur diri dengan mewarnai langit. Biarkan mereka gembira untuk meningkatkan imun mereka. Dari pagi sudah suntuk dengan pembelajaran secara daring, biarkan malam menjadi sedikit milik mereka. Layangan juga erat dengan kreativitas mencipta.[T]

Wayan Junaedy

Wayan Junaedy

Lahir dan tinggal di kawasan Taman Margarana, Marga, Tabanan. Suka gowes, suka menulis, suka berteman

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi Florence W. Williams dari buku aslinya  dan diolah oleh Juli Sastrawan
Cerpen

Si Ayam Betina Merah | Cerpen Florence W. Williams

by Juli Sastrawan
February 24, 2021
Kegiatan relawan hingga malam hari di posko pengungsian Gunung Agung. /Foto: Kardian
Opini

Gunung Agung Terbangun, Solidaritas Orang Bali Mesti Terus Terbangun – Tanpa atau Sambil Selfie

  GUNUNG AGUNG tidak hanya bangun dari tidurnya , tapi juga membangunkan solidaritas orang Bali. Kira-kira begitu bunyi status facebook ...

February 2, 2018
Gubernur Bali Wayan Koster
Opini

Pandemi, Gubernur Koster, dan Gaya Komunikasi “Ketidakpastian & Kepastian”

Pandemi covid-19 tidak hanya menguji ketahanan kesehatan dan pangan masyarakat Bali namun juga menguji gaya komunikasi Gubernur Bali Wayan Koster. ...

June 8, 2020
Ilustrasi Juli Sastrawan
Opini

Poster “Kampus Rasa Pabrik” dan Ketakutan Birokrasi Kampus

RABU, 7 Februari 2018, okezone.com, menerbitkan sebuah berita yang mengejutkan saya. Berita yang berjudul, Pasang Poster “Kampus Rasa Pabrik”, Dua ...

February 13, 2018
Ulasan

Rajah Gairah Selepas Percintaan Kata || Novel “Yang Tersisa Usai Bercinta”

Judul: Yang Tersisa Usai BercintaPenulis: Cep Subhan KMPenerbit: Odise Publishing, YogyakartaISBN: 978-623-95462-2-9Tebal: 182 halamanCetakan Pertama: November 2020 Bahasa, beribarat dengan ...

January 8, 2021
Salah satu sudut pantai di Sapeken [Foto Taufikur Rahman Al Habsyi]
Esai

Mereka Tak Dilihat || Untuk Teman-teman Kepulauan Kangean

I Dr. Ignas Kleden dalam orasi mengenang Sutan Sjahrir di TIM, Jakarta 2006 yang berjudul Sutan Sjahrir: Etos Politik dan ...

December 22, 2020

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jaja Sengait dari Desa Pedawa dan benda-benda yang dibuat dari pohon aren [Foto Made Saja]
Khas

“Jaja Sengait” dan Gula Pedawa | Dan Hal Lain yang Bertautan dengan Pohon Aren

by Made Saja
February 25, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Menjangan Seluang [Foto: Michael Gunther]
Esai

Kenapa Orang Bali Tidak Memuja Arca-Lukisan Penulis Kitab?

by Sugi Lanus
February 26, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (155) Dongeng (11) Esai (1413) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (340) Kiat (19) Kilas (196) Opini (477) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (101) Ulasan (336)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In