3 March 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
Ilustrasi diambil dari

Ilustrasi diambil dari

Saya Membayangkan Sang Suratma Membaca Sastra Bali Modern

I Putu Supartika by I Putu Supartika
June 28, 2020
in Esai
89
SHARES

Apakah Sang Suratma membaca karya sastra Bali modern? Jika Ia membacanya, karya siapakah yang sedang dibaca-Nya saat ini?

Saya membayangkan akan sangat seru jika saya bisa memergoki Sang Suratma tengah membaca cerpen Katemu ring Tampaksiring karya Made Sanggra. Ia duduk di atas sebuah kursi lengkap dengan meja di depannya. Tangan kanan-Nya memegang pena sambil mencatat segala perbuatan manusia di dunia, sementara tangan kiri-Nya memegang buku Katemu ring Tampak Siring. Dengan suntuk Ia melakukan kedua kegiatan tersebut secara bersamaan. Seperti tak terpengaruh antara satu pekerjaan dengan pekerjaan lainnya. Membaca iya, mencatat pun juga berjalan sebagaimana mestinya.

Dan tiba-tiba di akhir cerita, Ia terkesiap setelah tahu jika Ni Luh Rai dan Van Steffen ternyata saudara kandung, padahal mereka berdua saling mencintai. Saking terkesiapnya, pena di tangan kanannya hampir saja melompat dan jatuh ke lantai. Untung saja dengan sigap pena itu ditangkapnya dan Sang Suratma kembali mencatat di atas lembaran kertas atau sejenisnya yang entah kapan akan diselesaikan-Nya.

Atau mungkin saja, saat ini Sang Suratma tengah membaca puisi karya Suntari Pr yang berjudul Basa Bali. Dengan kemampuan deklamasi yang baik, Ia memulai membaca setiap kata-kata dalam puisi itu.

“Tan uning titiang ring karanan ipun, suksman titiange kategul antuk benang sutra, ngranjing manyusup tulang ngantos ka sumsum, sane dados bagian awak titiange…” mungkin begitu Ia membacanya sambil sesekali mengangkat tangan kirinya, atau tangannya menepuk dadanya saat Ia mengucapkan kata ‘titiange’ sebagaimana yang dilakukan orang-orang di bumi ketika membaca puisi.

Kadang juga, saat membaca puisi Ia memainkan mata-Nya, atau sedikit menggeser posisi kaki-Nya. Jika misalnya Ia sedang membaca puisi itu, apakah Ia pernah mendengar jika saat ini puisi itu dianggap sebagai tonggak lahirnya puisi modern berbahasa Bali. Atau jangan-jangan Sang Suratma sudah pernah mendengarnya dan kini Ia tengah tersenyum karena ternyata ada puisi modern berbahasa Bali yang ditulis lebih dulu tapi belum ada yang menemukannya?

Lalu bagaimana jika Ia tidak sedang membaca cerpen atau puisi, melainkan membaca novel. Sebelum memulai membaca isi novel itu, Sang Suratma terlebih dahulu melihat gambar sampulnya: seorang lelaki bertubuh atletis berpakaian ala kerajaan membawa sebilah keris, sementara di belakangnya ada gajah yang tersangkut di batang pohon. “Ki Baru Gajah,” kata-Nya membaca judul novel itu sambil manggut-manggut dan kemudian mulai membuka halaman pertama.

Mungkin perlu waktu dua hari untuk menghabiskan novel itu. Setelah membacanya mungkin juga Ia akan berseloroh: pengarangnya jadi Perbekel toh sekarang.

Tak hanya membaca, bagaimana seandainya pada suatu siang yang cukup terik dengan lalulalang kendaraan yang tak putus-putus Sang Suratma mengendap-endap datang ke toko buku menyamar sebagai seorang manusia. Mungkin saat itu Ia sedang cuti, atau memang mendapat giliran libur dan memutuskan untuk mengisi liburan atau cuti-Nya dengan mendatangi toko buku.

Di toko buku tak ada yang curiga dan tak ada yang menyadari jika Ia adalah Sang Suratma. Penjaga toko buku menghampirinya: nyari buku apa Pak? Sang Suratma yang telah menyamar menjadi manusia menjawab: saya lihat-lihat dulu, dan ditimpali dengan si penjaga toko buku: oh, silakan Pak.

Di toko buku Ia langsung menuju ke rak buku yang memajang koleksi buku-buku sastra Bali modern. Dilihatnya buku itu masih menumpuk setinggi rak bukunya. Seperti tak ada yang pernah menyentuh. Bahkan terlihat seperti tak terurus karena diselimuti debu yang cukup tebal. Melihat itu, Sang Suratma mungkin akan berpikir: ternyata orang Bali tak suka beli buku sastra Bali modern ya, pantas saja pengarangnya sering curhat di facebook.

Ditarik-Nya satu buku dan Ia mulai membacanya. Kasihan dengan pengarangnya karena bukunya tak laku, Ia membeli masing-masing tiga buah buku itu dan dibawanya ke kasir. Beberapa harinya, pengarangnya mendapat kabar jika bukunya laku tiga. Lumayan walaupun dengan potongan yang cukup banyak, namun ia bisa datang ke penjual cilok dan mentraktir dirinya sendiri dengan sebungkus cilok dari uang penjualan bukunya.

Atau jangan-jangan saat istirahat siang, Sang Suratma sering berselancar di internet membuka blog www.suarasakingbali.com. Dibacanya satu persatu tulisan yang ada di dalamnya. Ketika membaca bisa saja Ia geleng-geleng kepala saat melihat viewer-nya yang tak lebih dari 200 yang kemudian dilanjutkan dengan mengelus dada: kasihan penulisnya, capek-capek nulis, tak dapat uang, tak ada yang baca pula. Mending penulisnya ganti profesi jadi penjual skripsi sajalah, kan sama-sama nulis.

Setelah membayangkan beberapa aktivitas yang dilakukan Sang Suratma yang berkaitan dengan sastra Bali modern, tiba-tiba saya ingin mengajukan satu pertanyaan: Apakah Sang Suratma mau mendanai penulis sastra Bali modern untuk menerbitkan buku? [T]

Tags: sastrasastra bali modern
I Putu Supartika

I Putu Supartika

Pengamat cewek teman dan peternak sapi ulung yang tidak bisa menyabit rumput. Belakangan nyambi menulis cerpen

MEDIA SOSIAL

  • 3.5k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi diolah dari gambar Google
Cerpen

Bagaimana Surat Pertama Ditulis | Cerpen Rudyard Kipling

by Juli Sastrawan
March 3, 2021
Suasana acara The Golden Story - Lomba Akustik & DJ Perform 2017 di halaman Apple Mart jalan A Yani Singaraja, Sabtu (16/12) malam.
Kilas

The Golden Story di Singaraja – Musik Akustik itu Asyik, DJ Selalu Dilirik

  BULELENG tak pernah ketinggalan dalam hal kreasi bermusik. Karya-karya musisi Buleleng pun tampil dan menyeruak di berbagai event yang ...

February 2, 2018
Foto: koleksi penulis
Peristiwa

“Singaraja Movement”, Kebangkitan Skena Musik Bawah Tanah Singaraja?

DALAM skena musik bawah tanah di Bali, kota Singaraja memang tak terlalu masyur namanya. Berbeda ketika membicarakan jalan kreativitas seni ...

February 2, 2018
Bondres Rarekual [Foto: Ist]
Khas

Menghitung Penghasilan Bondres Rarekual | Pra Pandemi & Pas Pandemi

Rarekual adalah grup lawak dari Buleleng yang biasa naik panggung dengan gaya bebondresan yang bebas tanpa pakem ketat. Nama grup ...

January 4, 2021
Ilustrasi: Kadek Heny Sayukti
Cerpen

Intuisi

  Cerpen: Devy Gita “Menurutku, hanya lelaki pengecut yang mendekati wanita yang sudah menjalani prosesi sakramen pranikah di gereja.” Bram ...

February 2, 2018
One menu at Dayu's Warung - Ubud. (The picture was taken from the TripAdvisor Review)
Essay

Counscious Healthy Eating

I personaly believe that food is medicine. Food is energy. Good food – good energy. Lately , I even getting ...

April 1, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jro Alap Wayan Sidiana memanjat pohon kelapa di Desa Les, Buleleng
Khas

Jro Alap, Kemuliaan Tukang Panjat Kelapa di Desa Les

by Nyoman Nadiana
March 2, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Dr. I. Made Pria Dharsana. SH. M.Hum
Opini

Tergerusnya Demokrasi Indonesia

by I Made Pria Dharsana
March 3, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (157) Dongeng (11) Esai (1419) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (343) Kiat (19) Kilas (196) Opini (480) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (103) Ulasan (337)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In