23 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

Covid-19: Sebuah Pandemi, Sebuah Cerita [1]

Rsi Suwardana by Rsi Suwardana
June 8, 2020
in Esai
47
SHARES

Lima bulan sudah virus korona-gaya-baru (SARS-CoV-2) menjadi beban kesehatan global. Beban kesehatan yang ditimbulkan benar-benar penuh seluruh: menyebar ke seluruh dunia; menginfeksi seluruh sendi-sendi kehidupan. SARS-CoV-2 adalah agen penyebab penyakit Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).

Sebelum melanjutkan tulisan ini, kembali ditekankan bahwa SARS-CoV-2 adalah nama virusnya, sedangkan Covid-19 adalah nama penyakitnya. Perbedaan penyebutan ini mirip seperti HIV/AIDS, dimana HIV adalah istilah untuk virusnya, adapun penyakitnya disebut dengan AIDS.

SARS-CoV-2 merupakan anti-tesis bagi definisi ‘sehat’ itu sendiri. Virus ini menginfeksi sel-sel saluran nafas, menimbulkan gejala seperti demam, batuk, sesak nafas, hingga kematian pada kondisi-kondisi tertentu. Meski sebagian besar kasus Covid-19 bersifat ringan atau tanpa gejala, namun tetap saja si pasien akan menjadi ‘pesakitan’ yang terisolir dari lingkungannya.

Begitu pula dengan pola interaksi masyarakat yang kian tersekat. Pemerintah pusat dan turunannya di daerah, memperkenalkan slogan belajar, bekerja, dan beraktivitas dari rumah. Tagar #dirumahsaja memenuhi jaring-jaring media sosial di Indonesia. Segala hingar-bingar aktivitas sosial dan ekonomi dipaksa berhenti oleh pandemi Covid-19. Bayang-bayang kecemasan serta stigma bisa saja menghantui pikiran masyarakat yang terinfeksi SARS-CoV-2, juga kelompok masyarakat yang sehat dan afiat.

SARS-CoV-2 seakan-akan menertawakan jargon sehat fisik, sehat psikis, dan afiat sosial (termasuk ekonomi) yang digunakan untuk mendefinisikan status ‘sehat’ sesuai konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) serta UU nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan. 

Berita baiknya, Covid-19 bukanlah satu-satunya pandemi yang pernah menimpa umat manusia. Pandemi Pes (black death), membunuh lebih dari setengah populasi Eropa pada abad ke-14. Konsep ‘karantina’ pertama kali muncul dan digunakan untuk meredam pandemi ini.

Pandemi influenza (virus Influenza tipe H1N1) tahun 1918 diperkirakan menginfeksi 500 JUTA ORANG atau sepertiga populasi dunia kala itu, 20-50 juta diantaranya meninggal dunia. Peristiwa mematikan ini terjadi bersamaan dengan Perang Dunia pertama. Letupan-letupan kasus influenza terus terjadi hingga saat ini, meski kasusnya lebih terlokalisir. Flu burung dan flu babi adalah tipe virus influenza yang mewabah dua dekade terakhir, walau jumlah kasus dan kematiannya tidak separah pandemi 1918.

Pandemi HIV/AIDS tahun 1980-an sedikit berbeda dari pandemi yang terjadi sebelumnya. Tidak seperti perjalanan penyakit influenza yang mengganas selang beberapa hari, HIV menggerogoti sistem pertahanan tubuh pasiennya secara perlahan—dalam hitungan tahun. Obat-obatan anti-retrovirus (ARV) sedikit banyak berperan untuk menekan angka kematian dari kasus AIDS. Belum ada vaksin yang terbukti efektif untuk mencegah infeksi HIV.

Pandemi selanjutnya diakibatkan oleh sepupu dari SARS-CoV-2, yakni SARS-CoV yang menyebabkan penyakit SARS tahun 2002, dan MERS-CoV yang mengakibatkan penyakit MERS pada tahun 2012. Dua jenis virus ini termasuk golongan virus corona, namun tidak menyebar secepat dan semudah SARS-CoV-2.

Pandemi SARS dan MERS menginfeksi kurang dari sepuluh ribu pasien (SARS tercatat menginfeksi delapan ribu orang, sedangkan pasien MERS kurang dari tiga ribu jiwa), dengan angka kematian masing-masing dibawah seribu orang. Vaksin sempat akan dikembangkan untuk SARS dan MERS. Tetapi, penelitiannya tidak dilanjutkan karena angka penularan kedua pandemi ini berhasil ditekan secara signifikan. 

Sebelum pandemi Covid-19, dunia kesehatan internasional sempat dilanda kecemasan ketika wabah Ebola terjadi di benua Afrika tahun 2014. Wabah ini disebabkan oleh virus dengan nama yang sama yakni Ebola, menginfeksi 28 ribu orang dan membunuh hampir SETENGAHNYA (total kematian mencapai angka 11 ribu orang).

Presentase angka kematian lebih tinggi pada tenaga kesehatan (nakes) yang merawat pasien Ebola yakni sebesar 61% hingga 74%. Oleh karena itu, penggunaan alat pelindung diri (APD) pada nakes menjadi syarat mutlak sebelum bertugas di ruang perawatan pasien Ebola. Pemakaiannya juga lebih kompleks jika dibandingkan dengan APD untuk perawatan pasien Covid-19. Bak kostum seorang astronot. Kecuali peruntukannya bukan untuk bertahan hidup di luar angkasa, melainkan bertahan hidup dari ganasnya virus Ebola. 

Bersyukurnya para peneliti berhasil menemukan obat-obatan sebagai terapi pasien Ebola, dan vaksin (iya vaksin!) untuk mencegah penularannya. Kedua mantra ini kemudian digunakan untuk mengatasi wabah Ebola yang kembali terjadi di Republik Demokrat Kongo—Afrika, sejak tahun 2018 dan terus berlangsung secara sporadis hingga saat ini.

Pada akhirnya, tiap pandemi pasti memiliki alur penghabisannya masing-masing. Entah berakhir karena kuman penyebab pandemi-pandemi itu bermutasi menjadi lebih ‘jinak’, atau karena sebagian masyarakat telah memiliki sistem kekebalan tubuh untuk mencegah penularan yang lebih massif. Terakhir, karena kemajuan paradigma kesehatan sehingga memungkinkan ditemukannya obat-obatan (farmakologis) seperti antibiotik dan antiviral, serta upaya non-farmakologis berupa karantina kesehatan atau perilaku hidup bersih dan sehat.

Lalu, bagaimanakah akhir cerita dari Covid-19?.

Bersambung…

Tags: ceritacovid 19pandemi
Rsi Suwardana

Rsi Suwardana

Lulus sebagai dokter umum tahun 2018, memiliki ketertarikan dalam bidang mikrobiologi

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
Ilustrasi tatkala.co | Nana Partha
Esai

Memaknai Kata “Terserah” Dari Kacamata Kesehatan Jiwa

Belakangan ini, kata yang cukup favorit terdengar dan dibaca di media massa adalah “terserah”. Banyak yang kemudian bereaksi terutama tenaga ...

May 22, 2020
Esai

Seuntai Harmoni: Alam, Kebersamaan dan Denyut Jantung Kita

Sering kali kita melewatkan fenomena menarik dan menakjubkan di sekitar kehidupan sehari-hari. Menemukan dan menyadari fenomena-fenomena yang unik dan mengesankan ...

September 13, 2020
Sumber foto: http://kpu-bulelengkab.go.id/
Esai

Nomor Urut 1 dan 2 Selalu Keok – Mitos Polos Pilkada Buleleng

PASANGAN calon kepala daerah dalam event Pilkada boleh ngomong apa saja ketika mendapatkan nomor urut tertentu saat pengundian nomor urut ...

February 2, 2018
Lukisan: Komang Astiari
Cerpen

Kambing-Kambing

Di mana-mana tebalnya langit selalu sama, begitu juga jaraknya dengan bumi, baik dengan bumi bagian selatan maupun bagian utara. Yang ...

February 16, 2019
Ilustrasi dikroping dari akun FB De Punk Gen
Esai

Mbloooo, Hari ini Valentine, Mblooo, Mari Ngisi TTS atau Berdoa agar Hujan

SEMUA orang tahu kalau hari ini, tanggal 14 Februari diperingati sebagai hari merayakan kasih sayang. Hari-hari sebelumnya di sepanjang jalan ...

February 14, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Pemandangan alam di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali. [Foto oleh Made Swisen]
Khas

“Uba ngamah ko?” | Mari Belajar Bahasa Pedawa

by tatkala
January 22, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Ni Nyoman Sri Supadmi
Esai

Teknologi Berkembang, Budaya Bali Tetap Lestari

by Suara Perubahan
January 23, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1355) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (310) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (328)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In