11 April 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

Berkendara di Jakarta: Tak Berani, Tak akan Jalan – Tak Siaga, Tabrakan!

PanchoNgaco by PanchoNgaco
June 8, 2020
in Esai
16
SHARES

Mendekati tengah hari, berada di bawah Jembatan Penyeberangan di bilangan Grogol dan terjebak lampu merah, tentunya bukan hal yang bisa disebut menyenangkan. Jarak antar kendaraan begitu intim sampai-sampai tidak jelas yang kita injak itu aspal atau kaki pengendara sepeda motor lain. Saya perhatikan, para pengendara sepeda motor sibuk melindungi hidung dan mulut mereka dari asap knalpot, sementara orang lain yang berada di dalam mobil tanpa AC, sibuk kipas-kipas.

Kendaraan-kendaraan umum, yang dikatakan aktivis lingkungan bisa menjadi salah satu alternatif dalam mengurangi dampak buruk pemanasan global, pada kenyataannya semakin memperparah pemanasan setempat. Kondisi kendaraan yang sudah tua dan tak terawat terlihat pada warna gas buangannya yang semakin pekat dan menyesakkan paru-paru orang sekitar.      Belum lagi dengan suara knalpotnya.

Pengamen dan pengemis mulai muncul. Mereka tidak lagi memasang wajah memelas seperti biasa, melainkan menatap dengan penuh ancaman. Saya lebih baik berpura-pura tidak melihatnya. Untung saja, tak satu pun dari mereka menuju ke arah saya.

Selagi menunggu lampu lalu lintas yang tak kunjung menyalakan warna hijaunya, saya memandang ke dalam mobil Mercedez-Benz C-Class yang berada persis di sebelah kiri saya. Betapa nyamannya mereka bisa merasakan hawa sejuk dari AC sembari mendengarkan lagu untuk menghindari bisingnya kendaraan.

Yah, selagi merasa nyaman di dalam sana, mereka sama sekali tidak menyadari bahwa jarak kendaraan di sekitar mobilnya semakin dekat dan bergesekan dengan kulit mobil itu. Begitulah kira-kira, tidak ada yang sepenuhnya beruntung saat terjebak lampu merah.

Keadaan menyesakkan seperti ini, membuat saya tidak lagi menganggap kewajiban lemburan yang menumpuk di kantor dari semalam sebagai hal yang menyebalkan. Bahkan saya malah berharap lemburan tadi seharusnya lebih banyak, sehingga saya tidak perlu pulang di tengah hari begini. Sekalian saja menginap di kantor dua hari! Sudah menyesakkan, lama pula si lampu merah ini berganti jam kerja dengan si hijau.

Tiiiinnnn!!!tiinn…!!!…teeet…toooot…teeet….toooot!!!!!doooong…doooongggg!!!!

Aduh! Begitu lampu merah berubah jadi hijau, keadaan ternyata berubah menjadi seperti Pasar Tanah Abang. Semua orang tidak ada yang mau mengalah. Mulai sodok sana-sini, selip kanan-kiri, serempet depan-belakang. Rasanya seperti berada pada medan perang, di mana peluru ditembakkan bertubi-tubi dari semua arah. Kendaraan muncul dari sana-sini dan hampir semua nyaris bertabrakan.

Saya masih sempat memperhatikan jalan, namun bingung sekali menentukan sisi mana yang sebenarnya mendapat giliran jalan. Mau melanggar atau tidak, semua terus membunyikan klakson. Gendang telinga saya seperti meminta tolong karena tidak kuat lagi menerima suara klakson bercampur knalpot kendaraan-kendaraan itu.

Saya pun jadi ikut-ikutan main sodok dan selip agar bisa menyelamatkan gendang telinga saya secepat mungkin. Dengan modal spion kiri saja, saya tidak ada waktu memperhatikan daerah kanan jalan dan akhirnya melaju menuju jalan yang lebih kecil.

Begitu berbelok ke jalan yang lebih kecil, ternyata ada rintangan lain menunggu saya. Sepanjang jalan yang kanan-kirinya berdiri komplek pertokoan itu dihiasi dengan bopeng-bopeng seperti bekas jerawat pada wajah kakak sepupu saya. Saya pun terkejut dan langsung menurunkan laju kecepatan motor hingga nyaris terjatuh.

Sekarang giliran motor saya yang mual karena menghajar jalanan berlubang itu. Sungguh, kendaraan yang dirawat dengan apik pun akan bobrok juga jika harus menghadapi jalanan Jakarta yang seperti ini.

Saya pikir bopeng itu hanya ada di sekitaran komplek. Kenyataannya, kondisi itu masih terus menghiasi hingga Tanjung Duren Barat berakhir. Selama perjalanan, saya melihat beberapa orang nyaris terjatuh karena menghindari bopeng tersebut. Akhirnya saya pun memilih untuk memperhatikan jalan saja, agar tidak celaka karena keasyikan memperhatikan orang lain.

Memasuki daerah Jalan Patra, saya akhirnya bisa mengistirahatkan tangan saya yang sedari terjebak lampu merah tadi, terus memasang rambu siaga pada rem. Jalanan yang cukup hijau dan sejuk itu agak lebar dan sepi. Saya menikmati perjalanan pulang sambil menenangkan kedua mata, yang juga sedari tadi siaga memelototi kendaraan dan jalan di sekitar saya.

Selagi asyik merelaksasikan tubuh dan pikiran, tiba-tiba sebuah minibus keluar dari salah satu gang tanpa membunyikan klakson lebih dulu. Sontak saya mengerem mendadak dan tidak dipungkiri, saya berteriak memaki-maki sang supir. Ternyata setelah minibus tadi, masih banyak kendaraan lain yang serupa. Tiba-tiba saja moncong sebuah kendaraan muncul tanpa memberikan tanda pada pengendara di sekitarnya. Lagi-lagi membuat sadar, berkendara di Jakarta memang tidak bisa santai.

Sekitar 500 meter lagi, saya akan tiba di rumah. Saat terjebak di lampu merah (lagi), saya melihat beberapa sepeda motor berhenti jauh di depan garis putih, bahkan ada yang sampai berhenti tepat di tengah jalan. Saya jadi teringat pada perkataan kakak,
“Namanya juga Jakarta, enggak melanggar, ya enggak bakal nyampe! Garis putih itu cuma lukisan polisi lalu lintas aja tau.”

Saat lampu hijau menyala, lagi-lagi saya nyaris diserempet orang yang melanggar rambu-rambu.

Macet lagi, sodok-sodokan dan selip-selipan lagi. Kendaraan umum juga semakin liar. Mungkin karena merasa yang mempunyai jalan, mereka jadi bisa berhenti mendadak bisa di tengah jalan, di depan motor orang. Begitu dapat penumpang, bus umum itu langsung memotong jalan dan menyalib secepat angin, tanpa menyadari jika ukuran kendaraannya besar sekali.

Yah, berkendara di Jakarta memang “jika tidak berani, tidak akan jalan – jika tidak siaga, tabrakan!” [T]

Tags: DKI JakartaJakartalalu lintas
PanchoNgaco

PanchoNgaco

Penikmat kopi pahit dan pekerja teks komersial yang masih gemar menikmati sastra dan menulis apa saja untuk tetap waspada. Menetap di Jakarta.

MEDIA SOSIAL

  • 3.5k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi tatkala.co | Satia Guna
Cerpen

Utang | Cerpen Rastiti Era

by Rastiti Era
April 10, 2021
Foto: Van Amri
Opini

Galungan dan Anggota Dewan: Kena “Todong”, Ada HP Mati, Ada Tenang Saja

HARI Raya Galungan dan Kuningan tentu saja disambut bahagia semua umat Hindu di Bali. Namun, tak begitu dengan sejumlah anggota ...

February 2, 2018
Sumber foto: Google
Opini

Terkenang Budak Bali – Kisah Pergulatan Menjunjung Hak Azasi

JANGANKAN sebagai budak, jadi babu pun sesungguhnya tak seorang pun sudi. Tetapi, Bali punya sejarah perbudakan yang sangat mengenaskan, ketika ...

February 2, 2018
Opini

Bali dan Covid-19: Titik Balik Bali Untuk Masa Depan

Bali sudah memasuki minggu ke-2 memberlakukan Peningkatan Kewaspadaan Penyebaran Penyakit Akibat Corona Virus (COVID-19) yang dilakukan dengan penerbitan Surat Edaran ...

April 5, 2020
Foto: Mursal Buyung
Esai

Hikayat Bunga-Bunga – Sebuah Dongeng untuk Bhuja*

ALKISAH pada zaman bunga-bunga masih saling berbicara, diadakan perjamuan yang mengundang seluruh bunga. Bunga-bunga datang ditemani pokok, ranting, dan daun-daun. Bunga-bunga berdatangan penuh senyum dan wewangian. Mereka berbaris pelan dan ...

February 2, 2018
Ilustrasi diolah dari Google
Esai

Catatan PPL: Menjadi Guru yang Memanusiakan Anak Didik

JANGAN bosan-bosan untuk membaca catatan PPL saya. Memang beginilah salah satu cara saya untuk mengasah otak agar tetap berpikiran jernih, ...

October 10, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Suasana upacara ngusaba kadasa di Desa Kedisan, kintamani, Bangli
Khas

“Ngusaba Kadasa” ala Desa Kedisan | Dimulai Yang Muda, Diselesaikan Yang Muda

by IG Mardi Yasa
April 10, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Gde Suardana
Opini

Tatkala Pandemi, (Bali) Jangan Berhenti Menggelar Ritual Seni dan Budaya

by Gde Suardana
April 10, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (163) Dongeng (13) Esai (1455) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (11) Khas (352) Kiat (20) Kilas (203) Opini (481) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (10) Poetry (5) Puisi (108) Ulasan (342)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In