13 April 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

Demam Berdarah, Perang Lain yang Tak Pernah Usai

Putu Arya Nugraha by Putu Arya Nugraha
June 7, 2020
in Esai
161
SHARES

Ketika kita semua sedang berperang melawan virus “penakluk duania” saat ini, corona tipe SARS-Cov-2 penyebab pandemi Covid-19, virus demam berdarah dengue (DBD), secara sporadis terus melancarkan serangan. Ini memang musuh lama kita, yang sejak ditemukan pertama kali pada tahun 1968, terus menjadi masalah kesehatan serius masyarakat Indonesia.

Wajarlah saja dari 30 negara endemis DBD, Indonesia berada pada urutan ke-2. Secara nasional, saat ini ada sekitar 50 ribu jumlah kasus DBD, jauh lebih tinggi ketimbang kasus Covid-19 yang tercatat yaitu sebanyak 31 ribu terkonfirmasi. Syukurlah korban meninggal akibat DBD jauh lebih kecil, yaitu sebanyak 310 orang, seperenam korban tewas akibat Covid-19 yang sebanyak 1.851 orang. Yang mengagetkan lagi, jumlah kasus di Bali adalah kedua tertinggi di Indonesia setelah Jawa Barat, dengan jumlah kasus sebanyak 6 ribu lebih, dengan 13 korban meninggal dan bahkan kabupaten Buleleng, tercatat sebagai kabupaten dengan kasus terbanyak nasional, dengan 2.300 kasus dan 5 kematian.

Artinya, dari jumlah kasus maupun kematiannya, baik di propinsi Bali maupun di kabupaten Buleleng, DBD jauh lebih berat ketimbang Covid-19. Dalam hal Covid-19, propinsi Bali termasuk daerah yang tingkat kesembuhannya tertinggi, sekitar 59% (nasional 17%, global 32%) dan kematian terendah, sekitar 1% saat angka nasional sekitar 5.9%.

Situasi ini membuat Bali mendapatkan apresiasi dalam penanganan wabah Covid-19 dari pemerintah pusat dan bersama beberapa propinsi lain seperti DIY Yogyakarta dan Bangka Belitung telah dipertimbangkan untuk menjadi daerah pertama melakukan pelonggaran aktivitas sosial. Tentu saja tak dapat dilepaskan juga karena Bali merupakan aset andalan bidang pariwisata yang memiliki determinasi kuat secara ekonomi nasional. Lantas kenapa kita tetap lebih ngeri dengan Covid-19 dan seakan-akan DBD bukan apa-apa?

 Akan ada sejumlah alasan yang dapat dikemukakan. Sepertinya kita telah berdamai, atau tak sadar telah menyerah menghadapi DBD. Satu persoalan yang sudah sedemikian lama kita hadapi, pada suatu titik seakan-akan sampai juga pada satu keadaan teradaptasi atau lebih tepatnya sikap apatis. Tentu ini bukan hal yang baik. Sikap seperti ini jelas meniadakan greget otot-otot kita untuk tetap kencang melawannya. Keadaan ini mirip dengan bagaimana kita pun lelah dan lalu terbiasa menghadapi penyakit TBC yang setiap tahun di Indonesia diperkirakan membunuh sekurangnya sebanyak 67 ribu penderitanya.

Artinya, jika dirata-ratakan, setiap jam sedikitnya 8 orang Indonesia meregang nyawa dibantai kuman tuberkulosis itu. Sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan kematian akibat kecelakaan lalu lintas di negeri ini yang rata-rata setiap jama ada tiga orang meninggal di jalan raya. Dan ini pun sudah kita anggap biasa saja.

Alasan lain yang membuat kita lebih santai menghadapi DBD adalah, karena lain dengan Covid-19 yang ditularkan langsung dari manusia ke manusia, DBD hanya bisa ditularkan oleh nyamuk poleng Aides aegypti. DBD tetap membiarkan kita berpelukan hangat dengan sahabat atau keluarga, saat corona memisahkan kita yang tak suka sendirian, tercerai berai. Berada sendirian dalam ruangan isolasi jelas bukan pilihan orang-orang biasa seperti kita.

Walau memusnahkan nyamuk Aides mudah secara teoritis, faktanya hingga saat ini populasi tetap subur di sekitar kita. Kita pun selalu bersikap reaktif dan bertingkah menjadi pandir dengan berebut minta fogging (pengasapan) dan tak lupa menyalahkan pemerintah. Pengasapan, yang tampak heboh, sesungguhnya hanya prosedur yang memberi dampak paling sepele dalam program pengentasan nyamuk DBD. Sesuatu yang tampak heboh umumnya memang sedikit isinya dan kerap kali membuat kita menjadi abai dan terlalu santai.

Mestinya kita harus kembali pada hal-hal sederhana dan mudah yang sering kali punya kekuatan mengagumkan. Jika pengasapan butuh sedemikian banyak sarana, jadwal dan syarat jumlah tertentu kasus DBD di suatu lingkungan, maka tindakan-tindakan yang lebih efektif seperti menghilangkan genangan air sebagai habitat jentik si nyamuk poleng dapat kita lakukan setiap saat dan tak butuh sarana yang rumit-rumit. Apabila habitat bibit nyamuknya kita hilangkan, lalu bagaimana mungkin bisa tumbuh nyamuk dewasa sebagai vektor/penular?

Namun tentu, hal sederhana dan mudah ini tak cukup hanya dikerjakan oleh segelintir orang saja, namun harus secara serempak dikerjakan oleh semua orang dan terus-menerus. Harus ada kesadaran dan kepedulaian yang tak putus-putusnya. Jika bukan sebuah perang, sudah pasti ini strategi jitu melawan DBD. Satu rumah saja tak solid melakukannya, maka nyamuk dewasa yang tumbuh di situ dapat meneror orang lain dalam radius 100 meter. Maka berpelukan dalam komunitas  jangan cuma dalam pesta-pesta meriah, kepaduan pun menjadi keharusan dalam strategi pemberantasan DBD.

Fenomena yang terjadi dalam dunia medis dan penyakit memang sangat menarik. Sungguh mencengangkan sekaligus membingungkan, bagaimana mungkin virus SARS-Cov-2 yang hanya terdiri dari 30 ribu untai genom saat ini telah mengunci manusia yang super kaya dengan tiga milyar untai genom. Namun jangan buru-buru berkecil hati, tubuh kita sesungguhnya mampu menciptakan hingga 100 juta antibodi/kekebalan terhadap kuman yang berbeda.

Meskipun demikian, alam telah mengatur, dengan kekuatan maha dahsyat sebesar itu, manusia berpotensi menjadi mahluk diktaktor. Menganggap mahluk lain tak penting dan sah untuk dipinggirkan bahkan dimusnahkan. Dan kita telah berkali-kali diingatkan. Maka, super antibodi yang kita miliki harus selalu diikuti kerendahan hati dengan bersedia menguras genangan air sebagai strategi perang cerdas melibas DBD. [T]

Tags: demam berdarahkesehatanvirus corona
Putu Arya Nugraha

Putu Arya Nugraha

Dokter dan penulis. Penulis buku "Merayakan Ingatan", "Obat bagi Yang Sehat" dan "Filosofi Sehat". Kini menjadi Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Buleleng

MEDIA SOSIAL

  • 3.5k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi tatkala.co | Satia Guna
Cerpen

Utang | Cerpen Rastiti Era

by Rastiti Era
April 10, 2021
Foto: Mursal Buyung
Peristiwa

Pesan Kamboja Usai Ditebang di Kampus Bawah: Keiklasan Melepas Kenangan

SETIAP orang memiliki kenangan. Entah itu kenangan indah atau kenangan pahit. Termasuk kenangan terhadap pohon kamboja di Kampus Bawah Undiksha ...

February 2, 2018
Foto: Mursal Buyung
Esai

Tidak Ada Alam, Tidak Ada Puisi Hari Ini

  AKU mengenal tulisan berupa sajak abad 7 masehi masa kerajaan Sriwijaya, aku biasa menulis kepada batu yang biasa kita ...

February 2, 2018
Konfrensi pers Denpasar Art+Design tahun 2018 di Cush Cush Galery
Khas

12 Seniman dan 3 Tamu Terhormat di DenPasar Art+Design 2018.

JINGGA, warna langit yang merepresentasikan berbagai rona yang bercampur di kala terbit dan tenggelam matahari, yaitu saat terang dan gelap ...

October 6, 2018
Esai

“Mategul Tanpa Tali”: Sangkuni Hadir Kembali?

KONSPIRASI-Abdillah Ryo Saatnya mengatur muslihat dengan segenap siasat untuk musuh yang katanya penjahat Jerinx (SID) mengatakan ada elit global di ...

May 20, 2020
ILustrasi tatkala.co / Nana Partha
Esai

KETURUNAN GAJAH MADA DI BALI

Catatan Harian Sugi Lanus, 25 Januari 2021 1. Gajah Mada memiliki keturunan di Bali. Kisah ini masih beredar di Bali ...

January 25, 2021

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Suasana upacara ngusaba kadasa di Desa Kedisan, kintamani, Bangli
Khas

“Ngusaba Kadasa” ala Desa Kedisan | Dimulai Yang Muda, Diselesaikan Yang Muda

by IG Mardi Yasa
April 10, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Gde Suardana
Opini

Tatkala Pandemi, (Bali) Jangan Berhenti Menggelar Ritual Seni dan Budaya

by Gde Suardana
April 10, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (163) Dongeng (13) Esai (1455) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (11) Khas (352) Kiat (20) Kilas (203) Opini (481) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (10) Poetry (5) Puisi (108) Ulasan (342)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In