24 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Ulasan

Menemukan Semangat Berkarya Melalui “Srimenanti” Joko Pinurbo

Teddy Chrisprimanata Putra by Teddy Chrisprimanata Putra
March 28, 2020
in Ulasan
11
SHARES
  • Judul Buku                   : Srimenanti
  • Penulis                         : Joko Pinurbo
  • Penerbit                       : PT. Gramedia Pustaka Utama
  • ISBN                             : 978-602-06-2908-7
  • Halaman                      : 138

Joko Pinurbo merupakan seorang pujangga kata yang lahir di Sukabumi dan sekarang tinggal di Yogyakarta. Sepak terjangnya mulai muncul ke permukaan sejak ia menerbitkan buku kumpulan puisi yang berjudul “Celana” dan hingga kini masih aktif menulis. Srimenanti merupakan novel perdana yang ditulis oleh Joko Pinurbo.

Hal yang membuat saya tertarik dengan karya-karya dari Joko Pinurbo adalah setelah saya mengetahui bahwa kemampuan Najwa Shihab atau yang akrab disapa Mbak Nana berasal dari kekagumannya dengan Joko Pinurbo. Itu ia ungkap saat Pembukaan Diklat Jurnalistik yang diselenggarakan oleh Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) di Lombok. Sejak saat itu, saya bertekad untuk membaca karya dari Joko Pinurbo. Sejujurnya secara basic saya tidak terlalu bisa menikmati puisi,  karena saya lebih menyukai cerita yang berlanjut. Pertemuan saya dengan “Srimenanti” pun terjadi secara tidak sengaja, sehingga saat itu saya memutuskan untuk meminang buku ini untuk mengenal Joko Pinurbo untuk pertama kalinya.

Sampul buku yang didominasi dengan warna biru cenderung tidak terlalu gelap juga tidak terlalu terang membuat pembaca tentu tertarik untuk memandang dan memilikinya ditambah dengan sosok perempuan yang di jemarinya terdapat kuas yang biasanya digunakan untuk melukis, sehingga pembaca sudah barang tentu bisa menebak bahwa tokoh utama dari novel ini berprofesi sebagai pelukis. Tetapi yang menjadi menarik adalah pewarnaan sosok perempuan ini. Kepala dan tangan kirinya dilukiskan berwarna biru tua, sedangkan tangan kanannya memiliki warna seperti umumnya warna kulit seseorang.

Untuk kedua kalinya saya bertemu dengan novel yang memiliki cerita dengan dua sudut pandang tokoh, sebelumnya dalam novel “Teman Tapi Menikah #1 dan #2” karya pasangan Ayudia Bing Slamet dan Ditto Percussion. Dua tokoh itu ialah Srimenanti yang berprofesi sebagai pelukis dan Sang Penyair. Hingga akhir cerita novel ini pun, penulis tak mengungkap siapa nama tokoh dari sang penyair ini. Tentu dengan metode penulisan novel ini menggunakan sudut pandang dari dua tokoh semakin memperkaya jalan cerita dari novel tersebut dan semakin menarik untuk pembaca ikuti.

Selain memperkaya sudut pandang, tentu dengan penulisan menggunakan sudut pandang dua tokoh ini memiliki tantangan untuk menyingkronkan jalan cerita agar sudut pandang tokoh satu dengan yang lain memiliki keterkaitan yang selaras. Hal ini berhasil dilakukan oleh Joko Pinurbo dalam novelnya ini. Sebagai seorang penyair, Joko Pinurbo cukup banyak menyisipkan berbagai kutipan puisi didalam ceritanya.

Bahkan novel ini berhasil dibuat oleh Joko Pinurbo berkat puisi dari Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Pada Suatu Pagi Hari”. Puisi inilah yang membuat Srimenanti dan Sang Penyair bertemu hingga menjadi kawan baik sampai akhir cerita. Uniknya dua tokoh utama ini memiliki idola, kawan-kawan dan lingkungan yang berbeda tetapi Jokpin (sapaan akrab Joko Pinurbo) mampu mempertemukan mereka berdua dengan cara membuat setiap tokoh yang ada dalam novel ini saling berkaitan satu sama lain. Entah itu teman kuliah, teman saat masih usia dini, hingga kawan kerja. Semua diceritakan dengan baik oleh Jokpin.

Walaupun memiliki cerita yang mampu membuat pembaca tak berpaling dan terus ingin membaca sampai akhir tanpa jeda, novel ini tentu memiliki kekurangan. Pergantian penuturan tokoh dalam novel ini tidak bisa kita ketahui lebih awal karena tidak ada sub judul yang menyertai disetiap mulainya cerita baru, sehingga sebagai pembaca kita mesti lebih hati-hati untuk mengidentifikasi apakaha cerita ini diceritakan dari sudut pandang Srimenanti atau Sang Penyair. Selain itu, layout novel yang minimalis membuat novel ini terasa kurang lengkap jika bisa saya ibaratkan “bagai sayur tanpa garam” bagus hanya saja ada yang kurang.

Novel ini menuntut kita untuk mengungkap sendiri siapa tokoh Sang Penyair yang menjadi salah satu tokoh utama dalam cerita ini. Setelah cerita melewati setengah jalan maka akan muncul titik terang siapa sebenarnya Sang Penyair ini dan menjadi jelas di akhir cerita. Penasaran? Silahkan baca novel ini, saya rasa novel ini cocok untuk kalian baca sebagai media untuk memperkaya kosa kata. Selamat membaca! [T]

Denpasar, 1 Februari 2020

Tags: BukuJoko PinurbonovelPuisiresensi buku
Teddy Chrisprimanata Putra

Teddy Chrisprimanata Putra

Alumnus Universitas Udayana yang lahir di Singaraja, 25 Desember 1995. Saat ini masih aktif dalam organisasi kepemudaan di Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia. Aktif menulis sejak tahun 2016 dengan membuat blog dan masih berlanjut hingga hari ini. Pembaca dapat menemukan tulisan-tulisannya pada www.pojokngilmu.wordpress.com. Pernah mengikuti Sayembara Essay yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia dan masuk dalam 10 besar essay terbaik.

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
Ilustrasi foto diolah dari Google
Esai

Geguritan Putra Sasana – Membaca Ulang Ba[ng]li Dari Dalam

kottamaning sang hyang śāstra, twara lenan panangkānñane jati, awinan saratang surud, ring sang mahā paṇdhita, pakedhӗpan śāstrane wkasing lӗngūt, pӗñcarang ...

February 17, 2019
Foto ilustrasi: Mursal Buyung
Opini

Semester 7, Masa Tua Mahasiswa, Masa-masa Menakutkan…

  SEMESTER 7 itu adalah masa-masa tua bagi mahasiswa dan menakutkan. Benarkah? Semester 7 adalah semester tua. Jika semester 7 ...

February 2, 2018
SEniman baca puisi dalam acara Mengunyah Geram Melawan Korupsi di JKP Denpasar
Opini

Seniman Melawan Korupsi

  Kesadaran adalah matahari. Kesabaran adalah bumi. Keberanian menjadi cakrawala. Dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. (WS Rendra, 1984) ADA anekdot ...

February 2, 2018
Opini

Bali dan Covid-19: Titik Balik Bali Untuk Masa Depan

Bali sudah memasuki minggu ke-2 memberlakukan Peningkatan Kewaspadaan Penyebaran Penyakit Akibat Corona Virus (COVID-19) yang dilakukan dengan penerbitan Surat Edaran ...

April 5, 2020
Cak Puspita Jaya, Blahkiuh, saat pentas di ajang Bali Mandara Mahalango di Taman Budaya Denpasar
Kilas

Cak Puspita Jaya, Blahkiuh: Menjunjung Kualitas Berkarya

  BAGI Sekaa Cak Puspita Jaya, hasil akhir bukanlah menjadi perkara. Apalagi kalau menyangkut jumlah penonton, tak menyurutkan semangat juga ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Pemandangan alam di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali. [Foto oleh Made Swisen]
Khas

“Uba ngamah ko?” | Mari Belajar Bahasa Pedawa

by tatkala
January 22, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Ilustrasi tatkala.co [diolah dari sumber gambar di Google]
Esai

Skenario Besar di Balik Tambahan Lirik Lagu “Bintang Kecil” di Bali | Meli tipat sing ada dagang

by Gede Gita Wiastra
January 24, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1356) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (310) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (328)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In