26 February 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
Foto ilustrasi: Mursal Buyung

Foto ilustrasi: Mursal Buyung

Tatkala Bali Mencari Keseimbangan Pariwisata

Gde Suardana by Gde Suardana
March 26, 2020
in Esai
58
SHARES

Disadari atau tidak, Industri pariwisata telah mengkonsumsi semua budaya dan alam Bali hingga mencapai titik nadir di saat Covid-19 mewabah dunia. Kini, tiba waktunya budaya dan alam Bali mencari keseimbangannya sendiri.

Dalam sekian kurun waktu, industri pariwisata Bali hanya bertindak sebagai pengguna (eksploitasi) budaya dan alamnya.

Budaya sakral dieksploitasi secara berlebihan. Tari-tarian sakral, sebagai tari wali, digunakan untuk memenuhi hasrat pariwisata. Misalnya, Tari Rejang yang seyogyanya dipentaskan untuk menyambut kehadiran dewa-dewi pada saat piodalan upakara yadnya justru dikomersialkan untuk menyambut wisatawan. Tari Sang Hyang Jaran, sebuah tari spiritual dair jaman pra-Hindu yang berfungsi sebagai penolak bala, digunakan sebagai sebuah tontonan. Semua tari sakral dikomodifikasi menjadi tari balih-balihan hanya untuk menghasilkan segemerincing dolar.

Tarian wali lainnya, seperti Tari Baris, Pendet, Sang Hyang Dedari, Barong yang dahulu selalu ditampilkan di areal suci, yaitu jeroan pura, kemudian dikomodifikasi, ditampilkan di areal komersial, seperti di panggung pertunjukan, hotel, restoran, kafe, hingga konferensi internasional.

Alam Bali pun tak luput dari keegoisan industri pariwisata Bali. Setiap jengkal tanah, air, dan udara Bali tercemar oleh aroma keserakahan  industri pariwisata. Tanah Bali yang subur, bukit-bukit yang indah, pegunungan yang eksotis, hutan yang perawan, jurang, tebing, sawah disesaki hotel berbintang, restoran dan kafe.

Pantai yang menyimpan terumbu karang, pasir pantai yang menjadi lahan spiritual seperti melasti, hingga udara tak lepas dari eksploitasi pelaku pariwisata.

Tak hanya budaya dan alam yang dieksploitasi, manusia Bali pun menjadi objek untuk memuluskan pemenuhan hasrat industri pariwisata. Sampai manusia Bali telah tercerabut dari budaya dan alam Bali. Jika melintasi jalan berliku di kawasan pedesaan, tak banyak melihat petani yang menggarap sawah. Manusia Bali telah meninggalkan kesuburan tanahnya dan segala budaya dan ritual beralih menjadi manusia pemuja pariwisata.

Manusia Bali tak banyak lagi yang dapat melahirkan tari eksotik dan sakral. Apakah kreativitas manusia Bali telah tumpul? tentu tidak. Genetik Manusia Bali modern tetap sama dengan genetik leluhur manusia Bali. Bedanya adalah, leluhur Manusia Bali mencipta sebuah tari untuk dipersembahkan kepada Tuhan-nya, dewa-dewi, batara-batari, dan leluhurnya. Sedangkan, manusia Bali modern mencipta semata-mata dipersembahkan kepada pariwisata, untuk mendapatkan kebahagian materi dari turis.

Kini, Manusia Bali tak lagi memiliki keinginan untuk menjaga, merawat, atau sekadar mempertahankan alam dan budaya. Jika merawat saja tidak berkenan apalagi mencipta. Jiwa manusia Bali telah hampa. Kosong. Semua dipersembahkan untuk pariwisata.

Manusia Bali pun kini tak lagi mendapatkan manfaat dari alam Bali yang telah lama ditinggalkannya. Manusia Bali tak lagi memetik daun kelapa dari pohonnya untuk sarana ritual, tak lagi memetik bunga dari kebunnya untuk dipersembahkan kepada leluhurnya, tak lagi mendapatkan padi dari sawahnya untuk memenuhi kebutuhan pokok dan ritual. Semuanya telah habis hanya untuk bisa secepatnya mendapatkan manfaat dari industri pariwisata yaitu dolar.

Semua upaya eksploitasi itu telah membuat Bali rapuh. Tak ada lagi pegangan dari budaya dan alam di saat manusia Bali diancam bencana alam atau penyakit. Gunung Agung batuk-batuk saja telah membuat manusia Bali resah membayangkan tidak akan mampu bertahan.

Hantaman virus corona (Covid-19) secara global telah membuat industri pariwisata Bali yang selama ini diagung-agungkan mati suri. Semua bidang di sektor pariwisata, seperti hotel, restoran, kafe, lokasi wisata, tersungkur. Ternyata, industri pariwisata tak bisa dihandalkan untuk menopang kehidupan manusia Bali.

Virus yang telah mewabah di sekitar 189 negara, membunuh ribuan nyawa manusia, akhirnya melumpukan seluruh sendi dan urat nadi manusia Bali.

Apakah wabah ini akan menyadarkan manusia Bali?

Semoga. Setidaknya, manusia Bali mulai termenung sejenak memikirkan nasibnya yang malang. Berkontemplasi untuk sekadar bertanya apakah nasib manusia Bali akan bertahan lama menghadapi ancaman global ini.

Semoga manusia Bali tersadar bahwa pariwisata tidak dapat menolongnya. Pariwisata hanya bisa dinikmati pada saat kehidupan alam ini normal.

Pariwisata tak dapat menopangnya. Begitu wisatawan satu per satu pergi meninggalkan Bali, terasa tak ada harapan. Begitu, setiap negara yang terkena wabah Covid-19 menutup negaranya (lockdown), manusia Bali merana. Tak ada turis, yang dipuja-puji yang beranjang sana lagi. Tak ada geliat industri pariwisata. Sepi.

Pantai Kuta sepi seakan sama seperti dahulu kala ketika turis belum mengenalnya. Nusa Penida terdiam. Manusia Bali di sana tersengat. Apakah kehidupan manusia di pulau eksotik itu akan kembali seperti sedia kala saat pulau itu masih perawan.

Pura seperti Tanah Lot, Ulu Watu, Ulun Danu Batur, Besakih sepi dari hiruk pikuk turis. Di satu sisi, semua pura yang menjadi destinasi wisata seakan bersih dari polusi manusia (turis).

Wabah Covid-19 membawa kembali Bali menuju keseimbangannya. Kembali menjadi Bali yang dulu. Bali yang eksotik. Pulau seribu pura yang memancarkan aura spiritual di salah satu titik bumi.

Kini saatnya, manusia Bali memahami perilaku alam Bali yang telah menuju keseimbangannya. Saatnya, untuk menjadi manusia Bali yang selalu menjaga alam dan budayanya. Manusia Bali yang tak enggan lagi menggarap tanahnya. Kembali menjadi manusia Bali yang selalu tulus mencipta untuk membahagiakan leluhurnya, batara-batari, dewa-dewi, dan Tuhan-nya. 

Menjadi manusia Bali yang tak lagi jumawa dengan pesona pariwisata.

Inilah waktunya tatkala Manusia Bali beristirahat dari ritual memuja pariwisata. Melakukan refleksi untuk mencari format baru pariwisata yang bisa mewariskan budaya dan alam bagi generasi berikutnya. Sebuah bentuk pariwisata baru yang mampu menjaga keseimbangan alam, budaya, dan manusianya. Semoga!. [T]

Tags: balicovid 19Pariwisata
Gde Suardana

Gde Suardana

Mantan wartawan, kini Wasekjen DPP Persadha Nusantara

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi Florence W. Williams dari buku aslinya  dan diolah oleh Juli Sastrawan
Cerpen

Si Ayam Betina Merah | Cerpen Florence W. Williams

by Juli Sastrawan
February 24, 2021
Hidayat dari Komunitas Kontur mementaskan naskah monolog Buku karya Putu Wijaya
Ulasan

Kelemahan Klasik yang Tetap Terasa – Catatan Pentas 3 Monolog di Kampus FBS Undiksha

  MINGGU malam, 12 November 2017, dilangsungkan pementasan ke 62, 63, 64 dari Festival Monolog Bali 100 Putu Wijaya. Tempatnya ...

February 2, 2018
Foto ilustrasi (Dok Penulis)
Esai

Guru Kontrak yang Terjerumus ke Dunia Rias: Cita-cita dan Suka-suka

Terlahir sebagai seorang anak petani tambak  yang dari kecil lebih akrab dengan bubu, sau, anco, titi, udang, ikan, kepiting, air ...

April 5, 2019
Foto: koleksi penulis
Opini

Mahasiswa Kos dan Mahasiswa Rumahan: Punya Galau Masing-masing

SUDAH banyak yang bicara soal mahasiswa kos atau bicara soal merantau. Mahasiswa kos yang memikul harapan orang tua sejauh ratusan ...

February 2, 2018
Peserta Puu.I.See di Canasta Creative Space
Khas

Black Out Poetry: Menemu Puisi dalam Berita Koran –Catatan Puu.I.See di Canasta

Puu.I.See adalah satu program di Canasta Creative Space, Jalang Tukad Sanghyang  No.2, Panjer, Denpasar, beranggotakan kawan-kawan muda yang gemar sastra, ...

May 30, 2019
Ilustrasi: Surya Pratama
Esai

Cerita Konyol Tentang Kunci, Tukang Kunci, dan Nasib Sial

KUNCI, benda kecil itu, meski amat berguna, tapi kerap juga membawa kesengsaraan. Bukan hanya mahasiswa indekosan yang sering panik karena ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jaja Sengait dari Desa Pedawa dan benda-benda yang dibuat dari pohon aren [Foto Made Saja]
Khas

“Jaja Sengait” dan Gula Pedawa | Dan Hal Lain yang Bertautan dengan Pohon Aren

by Made Saja
February 25, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Umberto Eco
Esai

Baca Lontar Bersama Umberto Eco

by Sugi Lanus
February 25, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (155) Dongeng (11) Esai (1411) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (340) Kiat (19) Kilas (196) Opini (477) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (101) Ulasan (336)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In