10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Keluarga Saya di Desa Kayuputih Punya Tradisi Merayakan Imlek – Inilah Penyebabnya…

Putu Arya NugrahabyPutu Arya Nugraha
January 22, 2020
inKhas
Keluarga Saya di Desa Kayuputih Punya Tradisi Merayakan Imlek – Inilah Penyebabnya…
138
SHARES

“Gong xi fat chai”

Pastilah pembaca kaget dengan judul tulisan ini. Dan akan lebih heran lagi jika mengetahui, saya ini ikut merayakan Imlek setiap tahunnya. “Apamu sih yang China?” Pertanyaan ini sering diarahkan kepada saya, juga kepada saudara-saudara saya, oleh teman-teman dalam mimik wajah penasaran. Karena agak bingung juga, salah seorang sepupu saya menjawab sekenanya saja, “Hp-ku yang China hahaha!”.

Ya, memang aneh, keluarga kami yang tinggal di Desa Kayuputih, Kecamatan Banjar, yang bukan keturunan Tionghoa, setiap tahun ikut merayakan Imlek. Dan menjadi unik, saat perayaan Imlek itu tak ada di antara kami yang berkulit putih dan bermata sipit, seperti yang lazim dijumpai saat saudara-saudara kita, keturunan Tionghoa merayakan Imlek di klenteng Ling Gwang Kiong di bekas pelabuhan Buleleng atau klenteng Seng Hong Bio di Kampung Baru, Singaraja.   

Perayaan Imlek keluarga dadiakami (keluarga dalam kekerabatan satu kawitan/leluhur), dilakukan sehari mendahului perayaan Imlek nasional, biasanya sehari sebelum penanggalan Bali  tilem kepitu (purwani). Pagi harinya, salah satu anggota keluarga pergi ke kota Singaraja membeli bahan masakan khas Tionghoa. Kokinya adalah salah satu anggota keluarga yang punya kebisaan turun temurun  memasak hidangan China yang kemudian akan dibagi-bagikan untuk semua, bahkan ada yang dibungkus dibawa pulang. Rasanya lumayan juga, khas chinese food, bahkan aromanya pun sudah tercium dari jauh.

Kami yang beribadah dalam perayaan itu, menggunakan pakaian nasional, meski ada beberapa orang keluarga yang memakai pakaian adat Bali. Pun kongco kami dibangun tetap dalam gaya bangunan tradisional Bali, hanya saja pada dinding bangunan bagian dalam tertempel lukisan-lukisan China, juga beberapa patung dan lilin berukuran besar. Tatacara ibadah yang kami lakukan sama dengan tradisi Tionghoa adalah hanya menggunakan dupa untuk berdoa, tanpa bunga. Seseorang membagikan dupa untuk semua, lalu setelah selesai dikumpulkan kembali.

Di halaman kongco diramaikan oleh pedagang camilan, bandar judi mong-mongan yang selalu ramai hingga membuat malam purwani tilem kepitu itu makin meriah. Usai ibadah, biasanya pada tengah malam, kami bubar dan beberapa orang tinggal untuk mekemitatau bermalam di kongco yang dibangun di atas dataran tinggi itu. Dulu, di tahun delapanpuluhan, keesokan hari setelah ibadah perayaan Imlek malam sebelumnya, kongco kami selalu dikunjungi “keluarga China” kami dari Singaraja. Namun belakangan ini sudah hampir tak pernah lagi.

Lalu, kenapa kami merayakan Imlek? Hal ini pernah saya tanyakan kepada ayah saat kanak-kanak. Dijelaskan kalau dahulu sekali, menurut bebaos (kata-kata orang pintar), salah seorang anggota keluarga dadia kami telah berbuat salah terhadap pedagang China yang berjualan ke desa kami. Dari cerita-cerita yang tak terlalu terang tersebut, sepertinya leluhur kami melakukan satu kejahatan yang telah menyebabkan pedagang China itu tewas.

Di sinilah sebetulnya kisah ini menjadi menarik. Tak jelas informasi mengenai tuntutan hukum yang dikenakan kepada leluhur kami saat itu, tampaknya sebuah kejahatan yang tak terungkap dan tak tersentuh hukum. Namun, ada hal-hal yang bagi saya mencengangkan kemudian terjadi. Berbagai kesulitan hidup telah mendera keluarga dadia kami jauh setelah peristiwa itu terjadi. Maka, diputuskanlah untuk bertanya kepada orang pintar mengapa nasib keluarga kami sedemikian buruk?

Begitulah yang kemudian diyakini, seperti kisah yang telah diceritakan di atas. Segala nasib buruk yang menimpa keluarga kami, adalah sebuah ganjaran akibat kejahatan yang telah dilakukan di masa lalu, oleh leluhur kami. Maka untuk menyudahi hukuman itu, yang bukan diputuskan oleh pengadilan dan bukan perdata maupun pidana, namun berdasarkan bebaos, kami diharuskan mendirikan sebuah bangunan kongco untuk memuja roh pedagang China yang telah terbunuh itu, dikenal sebagai hyang dewa, lengkapnya hyang dewa kongco. Semenjak itu dan selanjutnya, seterusnya keturunan keluarga dadiakami harus nyungsung (memuliakan dengan menyembah) hyang dewakongco ini. Ajaib, segala kejadian buruk dan kesialan yang menimpa keluarga kami, rasanya perlahan berkurang. Percaya tidak percaya!

Bagaimana mungkin, karma buruk orang lain, meski itu keluarga sendiri, pahalanya bisa dikenakan pada yang lain? Jika dicermati konsep hukum Karma Pahala dalam filsafat Hindu, mestinya ia berlaku fair dan personal. Dosa seseorang tak mungkin membuat orang lain yang diseret ke neraka. Model beginian hanya bisa terjadi dalam peradilan dunia. Namun demikianlah, keyakinan yang telah terbagun dalam pengalaman hidup yang panjang, bagai bangunan kongco itu sendiri, akan eksistensi energi yang diberi nama hyang dewa. Sebuah kesalahan yang dianggap berat, menghilangkan nyawa seseorang, akan mendapat vonis hukuman kultural yang berat pula yaitu, menyembah sang korban sebagai dewa, oleh keluarga dan keturunan pelakunya, selamanya.

Tradisi ini sesungguhnya bagus pada gagasannya untuk menakuti kita melakukan kejahatan, bukan pada pelaksanaan hukumannya itu sendiri. Jika ini diyakini oleh semua orang di bumi, pastilah takkan terjadi pembantaian massal orang-orang tak berdosa akibat sentimen G30S-PKI, atau holocoust oleh NAZI terhadap etnis Yahudi, juga genosida yang menimpa muslim Bosnia serta pembersihan suku Tutsi dan Hutu di Rwanda. Dari berbagai kejahatan keji ini, mungkin perlu dibangun dan disembah ratusan juta hyang dewa di seluruh dunia!

Cerita-cerita tentang dosa dan berbagai hukumannya, hanyalah panduan dan nilai-nilai yang melayang-layang begitu saja dalam atmosfir bumi yang kian lelah dan suram ini. Ia baru membawa makna dan hakikat saat siapa saja telah menarik ke dalam udara pernafasannya lalu mewujudkannya dalam energi kehidupan, dalam gerak tangan dan buah pikirannya. Bicara begini, jadi ingat dengan sosok Gus Dur, bapak pluralisme yang senantiasa membumikan nilai-nilai spiritual yang melayang jauh di langit. Berkatnyalah, dalam spirit humanisme yang hangat, saat menjabat presiden RI yang keempat, menerbitkan Inpres no 6/2000 tentang Imlek sebagai hari libur nasional. Kita semua bersaudara, Gong Xi Fat Chai! [T]

Tags: balibulelengCinaDesa KayuputihImlekTionghoa
Previous Post

Ciwaratri, Betulkah Lubdaka Masuk Surga?

Next Post

Ini yang Terjadi di Jembrana Bila Tol Gilimanuk-Tabanan Terealisasi

Putu Arya Nugraha

Putu Arya Nugraha

Dokter dan penulis. Penulis buku "Merayakan Ingatan", "Obat bagi Yang Sehat" dan "Filosofi Sehat". Kini menjadi Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Buleleng

Next Post
Ini yang Terjadi di Jembrana Bila Tol Gilimanuk-Tabanan Terealisasi

Ini yang Terjadi di Jembrana Bila Tol Gilimanuk-Tabanan Terealisasi

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co