5 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Anomali Diri dalam “Api Kata”

B. B. SugionobyB. B. Sugiono
November 3, 2019
inUlasan
Anomali Diri dalam “Api Kata”
32
SHARES
  • Judul : Api Kata
  • Penulis : Kim Al Ghozali AM
  • Penerbit : Basabasi, 2017
  • ISBN : 9786023913336
  • Jumlah Halaman :107

___

Kim Al Ghozali AM tak menentukan untuk menjadi siapa dan apa! Tapi ia lebih mementingkan menjadi botol kosong: menerima segala bentuk cairan, entah itu miras ataupun zamzam. Hal semacam itu tidak hanya ia kutuk ke dalam diri sendiri, tetapi juga ia berlakukan untuk diri yang lain: diri yang hidup dalam Api Kata.

Buku kumpulan puisi ini jika dilihat dari judulnya Api Kata merupakan transformasi dari sebuah judul puisi  pada halaman 79 buku ini, yaitu “Bara Api Kata”. Puisi dalam “Bara Api Kata” oleh penulisnya ditujukan khusus untuk Umbu Landu Paranggi selaku guru yang telah menjadikannya yakin pada jalan puisi, begitupun bimbingan-bimbingan yang tiada lelah, seperti yang disampaikan pada akhir pengantar.

Membaca puisi-puisi dalam buku Api Kata seolah-olah juga tertarik-terseret untuk mengenali sosok penulisnya yang memiliki pola pandang yang luas dan antikemonotonan. Hal tersebut bisa dilihat pada puisi pembukaannya yang begitu kuat menyajikan pandangan sufistik: tak ada sayap di punggungku / sebagai nabi mikraj melintasi/ batas burung-burung terbang// (“Musahab Puisi Tercipta” hlm. 11). Tentu hal ini adalah suatu cara untuk  meminta kembali dan lebur pada masa lampau. Mengenang waktu-cerita yang keberadaannya telah terjadi berabad-abad yang lalu dan mencoba menjadi pengingat tentang perjalanan yang dilakukan Sang Nabi dari Masjidilaqsa ke Sidratulmuntaha (langit ke tujuh). Bahkan ungkapan-ungkapannya terus diperkuat dengan narasi-narasi baru, sekalipun terhimpun dalam satu judul: kata satu-satunya/ bekal manusia pertama turun/ ke dunia// kata adalah mahluk sorga// (“Musahab Puisi Tercipta” hlm. 12) . Ungkapan-ungkapan ituterus-menerus menguatkan kejadian-kejadian heroik di masa lalu dan menghadirkan Adam dan Hawa sebagai pemilik segala kata yang diwariskan Tuhan dari surga.

Penulis merasa tak cukup menggambarkan pola pandang sufistik yang dituangkan untuk mengawali 40 puisi yang terhimpun dalam buku Api Kata. Oleh karena itu, ia terus-menerus bertualang untuk mencari diri-diri, pola pandang yang lain: pada lekuk bibir perempuan rusia/ masih mengalun nada-nada pesta/ bau wiski/gelayut sepi/ dan kami terus terjaga/ bulan karam di atas meja makan/ sebuah hotel/ malam bikin kota jadi sedih/ lampu sepanjang jalan/ menyeret musik ke dalam mimpi// (“Suatu Malam di Sebuah Hotel” hlm. 17).

Pengeksploitasian diri dalam penggalan bait ini menggambarkan keliaran seorang penulisnya. Menunjukkan bagaimana mengemas penguasaan indra untuk menjadi pengamat dan peneliti atas sesuatu yang pernah dilihat, dirasakan, dan menjadi pelaku tanpa campur tangan sesuatu di luar dirinya. Lalu kami pergi seketika/ dari kamar hotel di pembaringan/ pada tanah dan kesia-siaan ini/ yang tak lagi cinta// (“Suatu Malam di Sebuah Hotel” hlm. 19).Dalam penggalan puisi tersebut, kata digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang lebih besar dari kata-kata itu sendiri, yaitu tentang diri si penulis.Ia Mengungkapkan perjalanannya tentang kehidupan seorang penulis yang benar-benar berposisi sebagai botol kosong. Tidak ingin menjadi otonom yang monoton atas entitas diri: karakter maupun kefanatikan ideologi.

Terlepas dari hal itu, penggalan puisi ia paham/ langkah hanya tertuju pada tugu perbatasan/ dan tak ada yang bisa ditinggalkan/ selain kenangan bagi seorang kawan/ serta kekasih/ atau cinta juga keisengan masa remaja// kini pertanyaan panjang akan cemas kematian/ segera terjawab ketika badan sudah terbujur/ tanpa beban// (“Menjelang Eksekuti Mati” hlm. 29)menggambarkan tentangkembali menjadi sosok baru layaknya seorang sejarawan yang takingin tertinggal oleh segala peristiwa. Tentunya hal ini sangat relevan dengan pernyataan Wellek dan Werren (dalam I Wayan Artika, 2016), yaitu sastra menceritakan sejarah sehingga sastra dapat dipandang sebagai dokumen sejarah. Dalam buku puisi ini, sejarah tidak hanya menjadi cerita yang merekam segala bentuk-bentuk peristiwa lampau, tetapi juga dipelintir menjadi pemberi pesona hias yang luar biasa dengan pilihan-pilihan diksi yang bisa dinikmati: terlebur ke dalam setiap kata-kata dengan makna yang sulit rampung.

Tidak cukup hanya sampai di situ, sang penulis terus menggali diri, melompati bentuk-bentuk yang telah dijajaki semasa perjalanan atau pencarian jati diri yang tak pernah selesai. Sosok realisme yang dibagun semakin menjadi-jadi: kuat dan teguh. Bahkan kentara seperti yang berusaha digamparkan pada penggalan puisi berikut. Sebuah tempat/ menghimpit/ ketegaran dan keberanian/ darah panas dan kehormatan/ di sini jimat besi berkilau telah/ tersarung dan tergantung/ sebagai sejarah atas darah/ mengalir sia-sia; mungkin juga kasta/ bagi kelelakianmu// (“Jeruji” hlm. 31).Hal ini seakan menjadi penjara bagi kata-kata dan bait-bait yang lahir karena kata dibuat begitu tajam untuk mengungkap sebuah peristiwa kelam yang pernah disaksikan oleh mata ataupun telinga. Sang diri penulis pun mencoba menempatkan bahasa sebagai penyalur dan pengungkap rahasia-tersebunyi. Dalam hal ini, seolah bahasa menjadi seorang petugas kebersihan yang keras kepala ingin menyapu segala sampah kebohongan.

Namun, hal yang sedikit berbeda disampaikan dalam penggalan puisi berikut: tapi ia—yang telah ibrahim temukan/ dalam pengembaraan sunyinya—tak akan meninggalkannya dalam detik-detik/ menjelang celaka// (“Pembakaran Ibrahim” hlm. 42).Diri yang hadir pada puisi dan penggalan bait tersebut seolah mengambarkan sosok kanak-kanak yang begitu mudah menerima dan mengangkat persoalan mitos-mitos, sangat polos, juga lugu. Hal yang sama terlihat pada penggalan puisi karena cinta/ kau rengut segala/ daya kusimpan//tak ada birahi// mawar dan lembut rambutmu terbit/ dari sepasang angin-gelombang// (“Sebab Cinta” hlm.43) yang begitu lembut menggambarkan erotisme. Sama seperti yang terangkum di halaman berikutnya, kubikin cahaya dari serpih mimpi semalam/ kekasih/ kristal mawar akan segera memenuhi lembah kita/ impian-impian kita/ dan kita menyaksikan hari-hari/ keluar masuk dari pintu waktu// (“Prelude” hlm. 45),kata seolah menjelma nyanyian-nyanyian paling damai yang muncul dari dalam goa kesunyian dan menggambarkan gairah yang berkaitan dengan erotisme. Begitu anggun, indah, takada sedikitpun kegalakan yang dipamerkan, kecuali estetik-puitiknya. Peralihan diri penulis untuk menjadi sosok selanjutnya tetap dipertahankan dengan penuh ketidakpuasan: tidak ingin menjadi sesuatu yang satu ‘monoton’. Tetapi ingin menjadi sosok yang terus mengalami perubahan ‘berganti-ganti’ dengan penuh pencarian jati diri yang disampaikan jati diri yang disampaikan lewat kata dalam puisi-puisinya.

Kampung halaman yang begitu dekat dengan sosok kehidupan penulis masuk menjadi objek penting dengan gaya ungkap surialisme sehingga terus menimbulkan kebaruan di antara yang masih baru [dalam artian, kebaruan yang terwakili oleh kata-kata dalam setiap puisi yang terkumpul dalam buku Api Kata untuk menggambarkan kebaruan yang dimiliki penulisnya],  seperti pada penggalan puisi batu yang menggelinding/ menjadi kampung/ kampung batu/ hati sekeras batu/ para lelaki dengan badan tegap/ dan kaki-kaki besi/ memacu kuda api/ memacu kuda api/ menembus belantara sepi/ menelusuri rimba suci// (“Watu-Ewuh” hlm. 89). Dari dalam kampung kata-kata digaungkan menjadi sedemikan rupa, warna, dan pesona yang tak semua orang bisa memilikinya. Penggalan bait ini oh alam malam yang bening dan hening/ dua kali kecil berjumpa di ujung desa/ percik air bersuara ganjil, burung-burung malam/ ikan jadi-jadian/ monyet-monyet kutukan/ dan pohon beringin keramat// (“Balada Malam Desa” hlm. 97) seolah adalah penghantar untuk memasuki “pintu gaib” kampung yang sedang ingin disampaikan oleh Sang Diri Penulis. Ia mencoba memberita tahu tentang hal-hal yang ada di kampung yang tak semua orang bisa menyaksikannya, seperti adanya ikan-ikan gaib, monyet yang sejatinya bukan sebangsa monyet, dan pohon beringin yang angker yang semuanya ada tanpa harus percaya dengan keberadaannya.

Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan adalah kegigihan sosok Sang Diri Penulis yang bersedia membuka pintu atas diri selebar mungkin, bahkan tidak terbatas. Ia bersedia menampung segala bentuk yang kemudian dihidupkan ke dalam kehidupan puisi yang merupakan hasil olahan dari dunia nyata. Persoalan-persoalan semacam ini bisa menjadi hal yang sulit, terutama terkait pemaduan segala bentuk: pengetahuan, paham, agama, karakter, dan sebagainya, yang ternyata dapat diselesaikan secara tuntas oleh Sang Diri Penulis (Kim Al Ghozali AM) dalam kumpulan puisinya. Keluwesan tersebut tidak mungkin semata-mata tanpa dasar dan tujuan. Kalau melihat pernyataan Mahmoed Darwish dalam sebuah puisinya yang diterjemahkan oleh M. Bundhowi: sebuah puisi di waktu yang sulit/ adalah bunga-bunga indah di atas kuburan, kemungkinan Kim Al Ghozali AM juga ingin bermakna seperti yang disampaikan Mahmoed Darwish dalam puisi tersebut. Ia menemukan keindahan dalam kepelikan. Ia memposisikan diri sebagai anomali. Ia menjadi apa saja dalam dalam puisi-puisinya. [T]

Tags: BukuCerpenresensi buku
Previous Post

Pasca Minikino Film Week 5: Bali International Short Film Festival Gelar Workshop dan Layar Tancap di Lombok

Next Post

Menyelami “Sisi-Sisi Yang Menghidupkan” dari Gallang Riang Gempita

B. B. Sugiono

B. B. Sugiono

lahir di Tempuran, Bantaran, Probolinggo. Kini merantau di Singaraja, Bali; menjadi pekerja teks: penyair dan prosais. Untuk menghubunginya bisa melalui nomor 082301299466. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di sejumlah media massa di Indonesia, cetak maupun elektronik, antara lain: Koran Tempo, Harian Rakyat Sultra, Denpasar Post, Malang Post, Kurung Buka, Galeri Buku Jakarta, dan lain-lain. Salah satu pendiri Majalah Lentera Bayuangga (MLB).

Next Post
Menyelami “Sisi-Sisi Yang Menghidupkan” dari Gallang Riang Gempita

Menyelami “Sisi-Sisi Yang Menghidupkan” dari Gallang Riang Gempita

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ritual Sebelum Bercinta | Cerpen Jaswanto

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025

“Hey, do you sell this sauce? How much is it?” tanya seorang turis perempuan, menunjuk botol sambal di meja. “It’s...

by Dede Putra Wiguna
June 5, 2025
Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025

MATAHARI menggantung tenang di langit Ubud ketika jarum jam perlahan menyentuh angka 12.30. Hari itu, Minggu, 1 Juni 2025, Rumah...

by Dede Putra Wiguna
June 4, 2025
Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng
Kuliner

Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng

SORE menjelang malam di Pasar Senggol, di Pelabuhan Tua Buleleng, selalu tercium satu aroma khas yang menguar: adonan tipis berbahan...

by Putu Gangga Pradipta
June 4, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co