2 March 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

BENYAI

Oka Rusmini by Oka Rusmini
September 9, 2019
in Esai
24
SHARES

Edisi 9/9/19

KOPLAK menggaruk rambutnya yang mulai beruban dengan ujung kuku jempolnya yang panjang. Butiran-butiran ketombe menempel diujung kuku juga di dalam kukunya. Koplak menciumnya baunya sedikit apek, untung tidak ada Kemitir jika ada Kemitir pasti gadis cantik kesayangan Koplak itu akan mendelik, mata Kemitir yang bulat dengan bola mata besar berwarna kecoklatan itu pasti akan menatapnya dengan bersungut-sungut.

Sebetulnya Koplak tahu kebiasaan itu adalah kebiasaan buruk yang bagi Kemitir menjijikkan bagi koplak mengasikkan. Dua orang yang tumbuh bersama, bahkan gumpalan daging Koplak juga ada di daging Kemitir ternyata mereka tetap dua manusia yang memiliki keinginan yang berbeda-beda. Keingingan antara yang satu dengan yang lain tidak bergandengan, keinginan yang juga tidak bisa saling mengerti dan bersahabat. Memang berbeda arus, mau disamakan.

Membayangkan Kemitir saja kadang-kadang sudah membuat Koplak merasa diserang vertigo. Bayangkan jika dirinya menjadi Presiden.

“Kau tidak ingin naik tingkat, Koplak?”

“Naik tingkat apa? Aku sudah lama tidak sekolah. Tidak perlu naik tingkat lagi.”

“Maksudku, apa kamu tidak ingin menjadi Camat? Menjadi Bupati? Menjadi Gubernur? Menjadi Menteri… Menjadi…”

“Presiden! Begitu maksudmu?”

“Ya, Presiden sih terlalu tinggi.”

“Maksudku kau tidak ingin jadi Camat? Minimal daerah kekuasaanmu jadi lebih luas sehingga kau makin eksis.”

“Eksis?”

“Ya, eksis! Kau tahu arti kata itu?”

“Lalu kalau sudah eksis aku dapat apa?”

 “Kok dapat apa? Pertanyaan bodoh itu. Kau itu kan kepala desa teladan seluruh Indonesia. Kau harus bangga. Aku sebagai warga saja bangga melihat kau bertemu Preseiden, bersalaman dengan Presiden. Lalu kau berdekatan dengan Presiden juga menteri-menteri yang biasanya kulihat di TV. Apa kau tidak bangga sebagai kepala desa berprestasi? Sebali lagi, kau yang mewakili seluruh kepala desa untuk bertemu dengan Presiden. Kau tidak bangga?”

Koplak terdiam. Bibirnya tiba-tiba saja terasa kaku selama ini sesungguhnya dia bekerja ya untuk desanya. Tidak ada keinginan untuk jadi ini-itu lagi. Jabatannya sudah dua kali, desa yang dipimpinnya berkembang dengan baik, karena dana desa yang diberikan pemerintah memang dikelola Koplak untuk membangun kemandirian desa. Koplak tidak ingin latah membangun kantor desa yang mentereng. Dengan pondasi yang dikelilingi pahatan-pahatan Bali yang ribet dan justru membuat warga desanya enggan bertandang ke kantor Desa.

“Fasilitas harus lengkap dulu, minimal kita memiliki ruang besar untuk berkumpul warga desa,” suatu hari kepala desa seberang berkata pada Koplak ketika Koplak bertandang ke kantornya yang mirip hotel kecil megah dan mewahlah untuk ukuran koplak yang sebagian warganya bekerja bercococok tanam dan memelihara ternak.

“Kau tidak ingin membangun kantor desamu megah?”

Koplak tak menjawab pertanyaan kepala desa itu, yang memiliki kursi besar yang selalu diduduki ketika menerima tamu. Bahkan Koplak sempat menyaksikan bagaimana lagak Kades itu ketika seorang warga masuk keruangannya. Gayanya bak raja, bak bangsawan. Koplak pernah mencoba duduk dikursi milik Kades itu hampir saja dia jatuh terlentang ternyata kursi saang Kades memiliki roda. Koplak merengut kalau dia bekerja dengan kursi seperti itu bisa tidak jadi kerja, tetapi sibuk melatih tubuhnya untuk duduk manis sambil mengeser ke kiri ke kanan, kursi sudah bisa meluncur. Itu yang namanya eksis?

Koplak memang merasa senang bisa diundang Presiden dan ikut merayakan hari kemerdekaan di istana negara bersama ribuan orang-orang yang dianggap Presiden berprestasi dibidangnya. Terus kalau sudah dapat penghargaan sebagai kepala desa teladan seluruh Indonesia mau apa? Apa yang warga dapat dari penghargaan yang diberikan negara pada Koplak? Apakah Koplak akan diundang bicara? Tidak juga?

Apakah Koplak akan diberi kesempatan berbagi ilmu agar pikiran untuk memajukan desa sesungguhnya dimulai dari warga desa yang dibuat mandiri. Mandiri dalam arti warga desa memiliki penghasilan tetap disektor informal. Mandiri panganlah minimal dengan menanam beragam sayur dan umbi-umbian di sekitar pekarangan rumah. Itu hal sederhana yang biasa dilakukan orang-orang Bali pada masa lalu Koplak juga yakin itu dilakukan oleh seluruh orang-orang di desa pada masa lalu, mandiri pangan untuk keluarga dulu.

Makanya jadi orang seperti Koplak tidak boleh benyai, mengandalkan petunjuk dari pusat. Koplak dijabtan kedua ini tidak menginginkan apa-apa toh dia tidak lagi bisa maju jadi Kades lagi. Terus jika ada yang tertarik mencalonkannya jadi anggota ini-itu Koplak tidak tertarik. Baginya merawat desa adalah kemampuannya kerja lain tidak bisa. Apalagi berpolitik, wong KPK yang jelas sudah menunjukkan kinerja baik saja terus diotak-atik.

Bahkan di berita Koplak melihat DPR lagi-lagi mengajukan revisi UU KPK meski sudah berkali-kali ditolak publik. Isi revisinya masih berkutat seputar kewenangan penghentian kasus dan pembentukan dewan pengawas. Kedudukan KPK sebagai lembaga penegak hukum yang berada pada cabang kekuasaan eksekutif atau pemerintahan. Meskipun KPK merupakan bagian dari cabang kekuasaan eksekutif atau pemerintahan, namun dalam menjalankan tugas dan wewenangnya KPK bersifat independen. Pegawai KPK merupakan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang tunduk kepada peraturan perundag-undangan di bidang aparatur sipil negara

KPK dalam menjalankan tugas dan wewenangnya dapat melakukan penyadapan. Namun, pelaksanaan dapat dilakukan setelah mendapat izin dari Dewan Pengawas KPK

Bayangkan KPK yang sudah merombak dan mengaduk-aduk koruptor saja tetap disodok kiri-kanan. Apalagi Koplak? Hanya Kades berprestasi tingkat nasional. Kades! [T]

Tags: Anti KorupsiDPRKoplakKPKOka Rusmini
Oka Rusmini

Oka Rusmini

Ibu dari seorang anak lelaki. Yang mencoba memotret beragam kondisi sosial, budaya, dan politik di Indonesia dengan cara karikatural. Ala orang "Bali".

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi

Puisi-puisi IGA Darma Putra | Kematian Siapa Hari Ini?

by IGA Darma Putra
February 28, 2021
Lukisan Komang Astiari (croping)
Cerpen

Arwah Monster

Adikku Nohan tak pernah berhenti mematuk-matukkan jemarinya ke layar ponsel. Bocah empat belas tahun itu sesekali menggoyang-goyangkan ponsel putihnya, lalu ...

February 9, 2019
Pementasan Dongeng Tantri dari Bumi Bajra Sandhi di Festival ke Uma, Sabtu 24 Juni 2017./ Foto-foto: Kardian Narayana
Ulasan

Dongeng Tantri Bumi Bajra Sandhi di Festival ke Uma: Seakan Bukan Manusia

PENTAS drama Dongeng Tantri dalam Festival ke Uma, di Subak Uma Ole, Banjar Ole, Marga, Tabanan, Sabtu 24 Juni 2017 ...

February 2, 2018
Google
Opini

Generasi Micin, Di-bully atau Dikontrol?

  ISTILAH generasi micin kini populer. Sebutan ini sering digunakan orang ketika melihat ada orang yang perbuatannya tidak sesuai dengan ...

February 2, 2018
Ulasan

Kekuatan Rasa dalam Masa – Dari Pameran Seni Rupa 5 Sahabat di Santrian Gallery

  SELEPAS menuntaskan studi pendidikan seni di ISI Yogjakarta, mereka kembali ke asal. Namun persahabatan mereka tetap terjalin intens, walalupun ...

February 2, 2018
Esai

Bineka dan “Bhinneka”

AKHIR-AKHIR ini Garuda Pancasila dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” marak di berbagai media. Lambang negara dan semboyan negara ini jamak ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jro Alap Wayan Sidiana memanjat pohon kelapa di Desa Les, Buleleng
Khas

Jro Alap, Kemuliaan Tukang Panjat Kelapa di Desa Les

by Nyoman Nadiana
March 2, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Ilustrasi tatkala.co | Vincent Chandra
Esai

Di Nusa Penida, Ada Gadis Menikah dengan Halilintar

by I Ketut Serawan
March 1, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (156) Dongeng (11) Esai (1418) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (343) Kiat (19) Kilas (196) Opini (478) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (103) Ulasan (336)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In