28 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

Yang Kita Cari Adalah Hening

IGA Darma Putra by IGA Darma Putra
March 19, 2019
in Esai
36
SHARES

Hening itu dalam hati masing-masing.

Hening itu dalam pikiran masing-masing. Hening itu pada diri masing-masing. Hening itu pada lingkungan masing-masing. Mana mungkin mencari hening keluar, jika dalam hati dan pikiran hening tidak bermukim. Mana mungkin hati dan pikiran hening, jika di luaran sana situasi sedang keruh. Intinya, hening itu berasal dari dalam dan luar diri masing-masing.

Ngomong selalu gampang. Giliran diuji keadaan, keruh itu-itu juga yang menenggelamkan. Boleh saja bikin puisi sekardus, tapi yang namanya perasaan siapa tahu kan? Biasanya yang namanya perasaan tetap begitu-begitu saja. Sedikit saja lengah, maka dia akan jatuh terpuruk pada kesedihan yang tidak bisa dijelaskan. Kesedihan bisa diterjemahkan begini “yang ditemui bukanlah yang dicari, yang datang bukan yang dinanti”.

Saat kesedihan itu datang, boleh saja bikin tulisan se-bus besar, tapi siapa yang menjamin kalau kesedihan yang keruh itu bisa hilang kemudian? Saya tidak ingin mengatakan kalau perasaan-perasaan semacam itu tidak baik. Bahkan kesedihan bisa menyediakan dirinya sebagai benih banyak hal. Bukan hanya tulisan, tapi juga cara hidup. Contohnya Sutasoma, tokoh sentral pada kakawin Sutasoma atau Purusadhasanta, sedih karena melihat penderitaan orang lain, lalu berhasil mengatasinya dan menjadi Buddha.

Keheningan yang kita bicarakan kali ini, sudah menjadi topik hangat pada jaman dahulu. Seringkali keheningan itu dihubungkan dengan Bulan dan bayangannya. Bulan berada di atas, dan bayangannya ada pada air telaga. Di telaga itu hiduplah seekor burung Cangak. Cangak itu, diam-diam merindukan Bulan. Boleh kan saya rubah sedikit peribahasanya? Cangak merindukan Rembulan. Si Cangak itu, ingin bertanya kepada Bulan. Begini “Apa yang bisa hamba temukan di telaga ini selain bayang-bayang Puan?”.

Bayangan bulan di dalam telaga konon adalah ciri keheningan. Hanya setelah heninglah segala yang sebelumnya tidak terpikirkan bisa dipikirkan. Segala yang tidak diketahui bisa diketahui. Bahkan segala yang samar-samar bisa menjadi jelas. Begitu rumusnya menurut Mpu Kano. Siapa Mpu Kano? Beliau adalah penanggungjawab kakawin Arjunawiwaha. Beliau lebih dikenal dengan nama Mpu Kanwa.

Selain Mpu Kanwa, ada lagi penyair yang tergila-gila pada rembulan. Namanya Rumi. Dia dengan senang hati menjadi budak bagi Rembulan. Ia berkata “Akulah budak sang bulan. Ini satu-satunya yang ku ingin. Jadi Jangan banyak bicara padaku tentang yang lain daripada bulan, lilin, rasa manis gula”. Begitulah, Bulan dan bayangannya di dalam telaga adalah hening. Hening yang kita cari beramai-ramai.

Ada banyak karya shastra yang lahir dari permenungan terhadap pencarian hening ini. Bahkan ada salah satu jenis karya shastra kakawin yang khusus membicarakan cara mengadakan hening. Apalagi jika membaca teks-teks yang agak tua, seperti teks tutur dan tattwa, itu pembicaraan super duper buanyak. Kebanyakan teks itu berbahasa Jawa Kuna, jadi untuk mengerti, seseorang musti memahami bahasanya.

Salah satu contohnya mari kita baca ungkapan berikut ini; amrati mani karnni yatika ni mesya taya sah. Amrati berarti memberati. Mani berarti permata. Karnni adalah telinga. Yatika berarti itu. Ni adalah partikel penghubung. Mesya berarti berisi. Taya berarti tidak. Sah berarti lepas. Jika digabung menjadi “memberati permata telinga itu berisi tidak lepas”. Apa maksudnya?

Hasil terjemahan sepenggal-sepenggal di atas, akan saya sesuaikan sedikit. Kata taya yang berarti tidak, bisa berafiliasi dengan kata “ketiadaan” atau “kekosongan”. Kata “memberati permata telinga” saya artikan bahwa kemampuan yang dimiliki telinga itulah yang diberatkan atau dikonsentrasikan. Kemampuan telinga tentu saja adalah mendengar. Jadi ungkapan tadi setelah saya sesuaikan, menjadi “telinga mendengar isi ketiadaan yang seolah lepas”. Bagaimana telinga mendengar isi ketiadaan? Jawabannya bisa didapat dengan menutup telinga!

Ungkapan tadi yang kita bicarakan, adalah kata-kata Kresna kepada Nilacandra dalam sebuah karya shastra kakawin berjudul Nilacandra atau Siwa-Buddhakalpa. Ungkapan itu dikatakan oleh Kresna saat membahas tentang tahapan yoga. Penjelasan selanjutnya adalah tentang bagaimana cara-cara beryoga. Penjelasan lanjutan itu tidak saya terangkan pada tulisan ini. Bukan karena pelit, tapi penjelasannya sangat teknis dan panjang. Tangan Cangak saya yang mungil ini pun mulai kelelahan. Maaf.

Maksud saya menunjukkan ungkapan itu, hanya karena saya ingin menunjukkan bahwa keheningan itu memang dicari-cari. Bahwa keheningan itu bisa didapat dengan menutup telinga, adalah salah satu jalannya. Tentu saja, keheningan bisa didapat dengan cara yang lain. Tapi jalan termudah dan terdekat adalah dengan menutup telinga. Bisa juga ditambah dengan menutup mata. Jangan dulu menutup hidung, dan mulut, nanti tidak bisa bernafas.

.

CANGAK YANG LAIN:

  • Swastyastu, Nama Saya Cangak
  • Pemimpin dan Pandita
  • Aturan Mati
  • Muka Gua
  • Siapa yang Tahu?
  • Panduan Nyepi ala Cangak
  • Kembali

.

Oh iya. Hampir saya lupa. Saat saya ketik tulisan ini, di luar sedang hujan. Ibu sedang menyapu. Saya tahu itu, bahkan saat saya tidak melihatnya. Saya diberitahu oleh indera yang lain, suara sapunya sampai ketelinga saya. Bapak mungkin sedang di Pura karena besok Purnama. Besok adalah hari dimana bulan bersinar penuh menurut perhitungan wariga. Bulan Purnama Kadasa adalah bulan indah yang saya nanti-nanti.

Pernah sekali waktu saya perhatikan, pendar bulan saat Purnama Kadasa berbeda dengan yang lain. Di sekeliling rembulan, terlihat cahaya lain seperti cahaya berlapis-lapis. Mungkin itu yang disebut makalangan oleh nenek saya dahulu.

Di antara segala bentuk keindahan yang ditawarkan bulan purnama. Pikiran menghianati situasi. Ia jauh-jauh pergi ke New Zealand. Tapi karena ia sangat cepat, jarak menjadi tidak berarti. New Zealand adalah nama tempat yang dari dulu saya dengar penuh kedamaian, tapi di tempat itu pula banyak orang meninggal karena kedamaian itu dikhianati. Entah apa sebabnya. Ada yang bilang karena agama.

Tapi agama adalah akhlak yang bagai perahu untuk menyeberangi lautan tidak hanya dengan pandangan. Setidaknya itu yang dikatakan Syekh Fattaah dalam Gubahan Pecinta (A Travel Guide). Agama adalah Sang Hyang, yang berarti sangat mulia dan dihormati. Setidaknya begitu menurut penuturan teks-teks lontar sehingga ia disebut Sang Hyang Agama. Lalu apa sebabnya? Saya tidak mau berasumsi, atau berspekulasi. Katakanlah saya pengecut, bahkan untuk sekadar spekulasi. 

Belum lagi habis pikiran itu menjelajahi bagian dunia lain, saya hanya bisa melihat berita-berita tentang banjir dan gempa yang melanda. Konon situasi itu, bisa disiasati dengan suatu cara. Jika ada gempa, berlindung pada tanah lapang. Jika ada badai dan petir menyambar, berlindung pada gua. Jika ada banjir, berlindung pada tanah yang tinggi. Jika semua itu datang bersamaan kemana harusnya berlindung? Atau jika segala bencana itu merasuk hingga ke dalam alam pikiran kemana mestinya berlindung?

Terlalu banyak hal-hal yang terjadi di luaran sana. Dan belum ditemukan suatu solusi yang bisa melindungi banyak orang. Ada banyak masalah besar yang belum terselesaikan. Seperti telaga ini, yang kian hari makin mengering. Saya sungguh ingin bertanya pada para bijaksana, haruskah kita tinggalkan telaga ini? Ataukah kita akan menetap disini? Dimanakah telaga baru yang menawarkan kedamaian bagi semua penghuninya?

Dimanakah mestinya dicari segala keheningan? Kita memang mencari hening itu kemana-mana. Tapi di atas semua itu, kita hanya ingin mencari dan menanti sesuatu yang sederhana tapi sulit ditemukan. KEBAHAGIAAN. [T] 

Tags: heningkehidupanrenungan
IGA Darma Putra

IGA Darma Putra

Penulis, tinggal di Bangli

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

Puisi Sapta adalah puisi berpola dengan 7 suku kata 7 baris dan 7 bait. Puisi Panca berpola 5 sukukata 5 ...

January 16, 2021
Foto-foto: Adhi Mahardika
Peristiwa

Seni Mural Padmaksara: Merayakan Aksara Bali dan Gantungan Mimpi di Pohon Harapan

BANYAK yang tahu, dalam rangka menyambut hari jadi ke-229 Kota Denpasar, digelar berbagai kegiatan tanggal 27 Februari – 3 Maret ...

February 2, 2018
Gianluigi Buffon/ Lukisan: Ida Bagus Pandit Parastu
Esai

Selamat Ulang Tahun ke-40 Gianluigi Buffon, Kau Superman yang Loyal

BUFFON! Setiap mendengar nama ini, ada dua hal yang terbayang di benak; passion dan kesetiaan. Sebagai fans Juventus sejak awal ...

February 2, 2018
Ilustrasi tatkala.co | Nana Partha
Esai

Mengingat Pesan Nenek di Tengah Wabah Corona

Suara sepeda motor yang agak kencang terdengar nyaring ketika beberapa anak sibuk bermain di depan sebuah kamar. Salah seorang anak ...

April 24, 2020
Esai

Covid-19: Sebuah Pandemi, Sebuah Cerita [2] – Herd Immunity dan New Normal

Pandemi Covid-19 membuat teori herd immunity banyak didiskusikan oleh akademisi medis juga non-medis, disebarluaskan oleh jurnalis dan medianya, kemudian dikonsumsi ...

June 13, 2020

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Moch Satrio Welang dalam sebuah sesi pemotretan
Kilas

31 Seniman Lintas Generasi Baca Puisi dalam Video Garapan Teater Sastra Welang

by tatkala
January 27, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Puji Retno Hardiningtyas saat menyampaikan ringkasan disertasi dalam ujian terbuka (promosi doktor) di Universitas Udayana, Selasa, 26 Januari 2021.
Opini

Antara Keindahan dan Kehancuran | Wacana Lingkungan Alam dalam Puisi Indonesia Modern Karya Penyair di Bali Periode 1970-an Hingga 2010-an

by Puji Retno Hardiningtyas
January 28, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1363) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (312) Kiat (19) Kilas (193) Opini (472) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (330)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In