MINGGU pagi, 14 Oktober 2018, sekitar pukul 08.00 Wita atau lebih beberapa menit, suasana di Vihara Buddhavamsa Singaraja yang terletak di Jalan Pulau Sugara No. 2 terasa lebih hangat dari biasanya. Bukan hanya karena matahari pagi yang menyinari, tetapi juga karena kehadiran beberapa anak muda di sana.
Mereka semua adalah pemuda-pemudi Buddhis yang tergabung dalam DPC Pemuda Theravada Indonesia (Patria) Kabupaten Buleleng. Bersama-sama mereka akan mengikuti Musyawarah Cabang II untuk memilih ketua baru masa bakti 2018 – 2020.
Mereka datang dengan pakaian yang rapi, kebanyakan dengan baju berwarna putih, dan tentu saja mereka semua mengenakan celana panjang. Sebagian dari mereka terlihat sedang lahap menikmati puding coklat lembut dan segelas air mineral, sebagian lagi terlihat mengobrol asik sambil sesekali tertawa ringan.
Mereka semua berbaur, baik anak gadis maupun anak bujang. Sampai akhirnya pembawa acara memberikan himbauan bahwa musyawarah cabang akan segera berlangsung, seketika seluruh peserta mengambil tempat duduk masing-masing.
Seperti kegiatan musyawarah pemilihan ketua pada umumnya, kegiatan ini juga diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan memanjatkan doa bersama. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan dan pembukaan oleh ketua DPC Patria Buleleng Masa Bakti 2016-2018, pemilihan pimpinan sidang dan sekretaris sidang, diikuti dengan sidang I yang membahas laporan pertanggungjawaban pengurus DPC Patria Buleleng Masa Bakti 2016 – 2018, tanggapan atau koreksi dan penyerahan sampai sidang II tentang pengajuan dan mekanisme pemilihan.
Ada 10 orang yang dicalonkan menjadi ketua dalam musyawarah kali ini, yaitu Gede Ariawan dari Vihara Girimanggala, Alasangker, Komang Adi Wiradnyana dan Ketut Alit Putra dari Vihara Samyag Dresti, Penglatan, Debby Rottana Novianti dan Luh Dewi Candra Astiti dari Vihara Samyag Darsana, Petandakan, Wahyu Sentosa dari Vihara Buddhavamsa, Singaraja, Putu Dipa Sanjaya dari Vihara Dharma Ramsi, Peamron, Feren Surya Putri dari Maacetya Buddha Manggala, Singaraja, serta Putu Suyasa dan Kadek Nova Ariawan dari Brahma Vihara Arama, Banjar.
Dari awal sampai akhir, kegiatan musyawarah cabang kali ini benar-benar santai, tidak membuat pesertanya mengantuk, bosan apalagi. Semua peserta seperti menikmati kegiatan. Semuanya enjoy. Bahkan, ke-enjoy-an mereka dapat dirasakan hampir di setiap rangkaian kegiatan. Contohnya, saat 10 calon ketua memasuki tempat yang disediakan, mereka berjalan satu per satu layaknya seseorang bintang yang disambut para fans. Seluruh peserta yang lain memberikan tepuk tangan dan sorak sorai yang meriah.
Tak hanya itu, saat pimpinan sidang memberikan pertanyaan, semua calon menyampaikan jawaban yang sesekali mengundang senyum dan tawa seluruh peserta musyawarah. Seperti saat semua calon sudah dipilih menjadi 3 besar atas nama Komang Adi Wiradnyana, Ketut Alit Putra, dan Putu Dipa Sajaya, pimpinan sidang memberikan pertanyaan berupa “Apa kekurangan dan kelebihan dari diri anda?”
Komang Adi Wiradnyana, yang pernah menjabat sebagai ketua di masa bakti sebelumya, menjawab seperti ini. “Kalau berbicara kekurangan dan kelebihan mungkin bisa ditanyakan kepada pacar saja, dia pasti tahu apa kekurangan dan kelebihan saya, dan karena dia sudah jadi pacar saya, berarti dia sudah menerima semua kekurangan dan kelebihan saya.”.
Seketika seluruh peserta kembali bersorak sorai sambil men-cie-cie-kan si calon ketua dan pacarnya yang juga menjadi peserta musyawarah. Barulah kemudian si calon ketua itu menjawab dan menyampaikan kekurangan dan kelebihan dirinya jika dilihat dari kaca matanya sendiri.
Beda lagi dengan Ketut Alit Putra yang sebenarnya sekali adalah adik kandung dari Komang Adi Wiradnyana. Sebelum menjawab, ia berkata seperti ini “Kenapa tidak tanya saya saja tentang kekurangan dan kelebihan Komang Adi ? Kan saya adiknya. Saya pasti tahu.”
Seluruh peserta tertawa. Kemudian ia mulai menjawab pertanyaan.
“Saya pernah menulis kekurangan dan kelebihan diri saya saat melamar kerja di sebuah tempat. Saya menulis begini. Kekurangan saya itu ya saya kurang gemuk, kelebihan saya ya saya tinggi, saya putih, saya punya senyum yang manis.”
Lagi-lagi seluruh peserta tertawa.
Mereka tahu bahwa itu bukanlah jawaban yang serius dan memang tidak dapat dipungkiri jawaban itu memang harus direspon senyum atau tawa. Setelah itu, barulah Komang Adi menjawab serius menyampaikan semua kekurangan dan kelebihan dirinya versi dia.
Calon satu lagi, Putu Dipa Sanjaya, calon termuda dari 3 besar calon yang ada, selalu memberikan jawaban yang serius, namun yang membuat peserta tertawa adalah kata-katanya sebelum menjawab pertanyaan, seperti “Sebelum saya semakin tertekan dengan jawaban dari kedua rival saya ini” atau “Saya sudah merasa saya semakin tertekan karena kedua rival saya ini.”
Maklum saja, Dipa, begitu panggilan akrabnya, memang masih muda, pengalamannya juga tak sebanyak Komang Adi Wira dan Ketut Alit Putra yang sudah lama terjun dalam dunia kepemimpinan. Namun, bukan berarti ia harus menyerah dan berhenti belajar begitu saja.
“Saya lebih suka aksi daripada komunikasi, tetapi ya nanti kita belajar bersama,” katanya.
Sampai tiba waktunya untuk memilih satu dari 3 orang calon yang ada, dan pemungutan suara pun dimulai, satu per satu peserta musyawarah memasukan kertas yang berisikan pilihannya ke dalam kotak, dan setelah semua memilih, barulah perhitungan suara dimulai.
Saat itu, bisa jadi adalah momen mendebarkan bagi semua calon. Hasilnya, Ketut Alit Putra mendapat suara terbanyak, disusul Komang Adi Wiradnyana dan Putu Dipa Sanjaya. Setelah itu, ketua terpilih memilih wakil ketuanya sendiri, dan terpilihlah Putu Dipa Sanjaya yang akan menemaninya memimpin DPC Patria Buleleng selama 2 tahun ke depan.
Pada saat itu juga, momen ke-enjoy-an peserta musyawarah cabang masih dapat dilihat. Seseorang memutar lagu We are the Champion dan seluruh peserta bernyanyi bersama, seolah mengatakan selamat secara bersama-sama.
Acara dilanjutkan dengan pemasangan slempang ketua dan wakil ketua patri kepada ketua dan wakil ketua yang baru, penyerahan berkas dan setmpel organisasi kepada ketua terpilih, kemudian sambutan ketua terpilih dan barulah msuyawarah ditutup.
Sejatinya, bebragai bentuk suka cita, pengalaman, ilmu, dan banyak hal bermanfaat lainnya yang telah mereka dapat di dalam perkumpulan ini. Tentu saja banyak hal yang baik maupun buruk telah mereka lalui bersama, sehingga semua menjadi lebih berkembang dan maju.
Komang Adi Wiradnyana berharap semoga apapun yang telah dilaksakan kepengurusan lama dapat memberikan sesuatu yang bermanfaat sebagai bekal untuk menjalini hidup ini. Terima kasih ia ucapkan kepada semua pihak yang terlibat dalam masa bakti kepengurusan sebelumnya. Pesannya, jangan pernah lupa setiap momen kebersamaan, melakukan berbagai hal positif dan juga menyenangkan.
Jika dalam masa kepengerusan sebelumnya, terdapat kekeliruan dalam ucapan maupun tindakan, ia mewakili kepenguran yang lama mohon maaf. Ia juga mengajak seluruh peserta untuk menjaga dan meningkatkan apa yang sudah mereka bangun dan lakukan secara bersama-sama. Komunikasi, koordinasi dan kerjasama akan membuat fondasi dalam berorganisasi semakin kuat. Tetaplah melakukan pengabdian sebagai generasi penerus yang merupakan tonggak utama yang akan menjaga perkembangan Buddha Dhamma. (T)