2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Sang Naga dari Tajun

Pande Putu SriasihbyPande Putu Sriasih
February 2, 2018
inKhas
Sang Naga dari Tajun

Made Arnaja/ Foto koleksi penulis

206
SHARES

BAYANGKAN seekor naga, dalam mitologi Hindu atau dalam mitologi China, maka tampak ia gesit meliuk-liuk dalam segala cuaca, sekali waktu terbang di angkasa, membumbung tinggi, sekali waktu lain ia mendekam dalam goa. Dan api dari rongga mulut sesekali menyembur, sekadar menghangatkan badan atau mempertahankan diri dari musuh yang menyerangnya.

Kini bayangkan sebutir buah naga. Kulitnya bersisik, tapi daging buahnya halus dan lembut. Potonglah jadi dua. Ambil sendok, keruk daging buah dengan perasaan bahagia, lalu benamkan ke rongga mulut. Tak usah digigit, biarkan daging buah mencair hanya dengan sedikit tekanan lidah ke langit-langit mulut.

Biar daging naga itulah menggigit lidah, lalu biarkan luruh ke kerongkongan, dan rasakan betapa sejuk udara di nadi darahmu, seakan kemarau tak pernah ada.

Saya membayangkan seekor naga itu adalah Made Arnaja. Ia lelaki kelahiran Desa Tajun, Buleleng, 28 Oktober 1950. Dari “goa” tempatnya lahir, dulu, ia meliukkan tubuhnya, mengepakkan sayap, terbang ke Surabaya. Di kota itu ia menyemburkan ”api kesaktian” dari mulutnya dengan menjadi notaries.

Ia sukses. Lalu pulang, terbang kembali ke “goa” di Desa Tajun. Seakan bertapa, ia merawat masa tuanya dengan baik. Ia menjadi petani buah. Masa-masa bertempur di “medan perang” ia lupakan. Kini ia bertempur dengan dirinya sendiri. Bertempur dengan sabar di medan kebun buah naga.

Saya mengenal Made Arnaja beberapa bulan lalu. Waktu itu Minggu. Saya diajak suami yang wartawan untuk ikut liputan buah organik ke Desa Tajun. Saya ikut berkenalan dengan pemilik lahan buah organik yang diwawancara suami. Dia, Made Arnaja, dan saya terkesan.

Di masa ketika banyak pensiunan jalan-jalan ke luar negeri menikmati masa tuanya, Arnaja justru terbenam di antara rimbun kebun buah-buahan di kampungnya. Kebun dia memang luas berisi pohon buah beraneka ragam.

Sambil berjalan melihat kebun, Made Arnaja selalu dengan semangat menceritakan dari awal ia merintis lahan, lalu mencoba menanaminya dengan berbagai tanaman buah. Hasilnya, tumbuh dan berbuahlah biji-biji buah dengan kualitas yang bagus.

Saya berkali hanya berdecak kagum menyaksikan pohon buah yang tumbuh subur dan berbuah lebat.

“Kebun ini saya beri nama Rama Shinta Farm,” katanya.

“Kenapa Rama Shinta?”

“Karena Rama Shinta adalah tokoh pewayangan yang tidak hanya terkenal di Bali, tapi juga di negara-negara lain. Jadi kebun ini juga bisa dikenal bukan hanya di Bali, namun juga di negara lain. Selain itu juga gampang untuk diingat,” sahutnya.

Saya hanya mengangguk. Napas mulai ngos-ngosan. Yah. Kita ngobrol sambil mengelilingi lahan dua hektar. Lumayan capek. Tapi semua tak terasa saat melihat buah naga yang lebat dan beraneka ragam. Ada buah naga merah, putih, kuning, orange dan hitam. Takjub bukan?

Arnaja awalnya tak memikirkan untung saat mengembangkan buah naga di kampungnya. Dengan semangat mencoba, ia ingin membuktikan bahwa buah naga yang biasa tumbuh di gurun itu bisa juga tumbuh di dataran agak tinggi. Juga ada keinginannya untuk menjadi Buleleng secara lebih luas sebagai pusat buah-buahan.

“Ketika saya menanam, bukan berapa untung yang akan saya dapatkan melainkan berhasil atau tidakkah buah ini dikembangkan,” katanya.

Yang menarik, Arnaja mencoba mengembangkan buah naga kuning biasa, buah naga hitam dan buah naga kuning jenis Palora Equador serta jenis buah naga merah dan putih. Dan saat ini ia lebih fokus mengembangkan buah naga kuning jenis Palora Equador di daerah dengan ketinggian 1.100 mdpl dan luas 4 hektare yang berada di Batukaang, Kintamani, Bangli.

“Jenis Palora masih berbunga tetapi jenis buah naga kuning biasa yang bentuknya lebih kecil sudah sempat panen sekali,” katanya.

Buah naga Palora Equador itu memang langka. Jika Arnaja berhasil, mungkin itu akan menjadi contoh yang bagus bagi pengembangan buah itu di Bali, atau khususnya di Buleleng. “Kalau kita bisa kembangkan di Buleleng kenapa kita mesti jauh-jauh impor dari luar negeri,” ucapnya.

Selain buah naga, di kebun milik Arnaja juga terdapat berbagai jenis tanaman buah lainnya yang dirawat dengan baik dan tumbuh dengan baik. Dan tentu saja berbuah dengan baik pula. Salah satunya durian.

Durian juga bukan cuma durian montong yang sudah biasa kita dengar, tapi ada durian yang isinya merah. Kemudian ada juga durian tak berduri alias durian gundul.

Yang paling membuat saya menganga, ada durian asal Malaysia yang harga per kilo mencapai Rp. 350.000. Namanya durian Musang King. Bayangkan jika sebuah durian beratnya mencapai dua kilogram dan satu pohon berbuah hingga sepuluh sampai dua puluh buah. Duitnya berapa?

Khayalanku pecah saat Arnaja punya keingin mengadakan pesta makan durian di kebunnya. Dengan semangat aku langsung menyambar “Ayo, Pak, kita siap bantu garap!”

Rama Shinta pun tidak dikembangkan dalam satu tempat. Ada Rama Shinta 2 dan 3, sampai Rama Shinta 4. Rama Shinta 2 dan 3 terletak di Desa Depeha. Dan Rama Shinta 4 terletak di Desa Batukaang Kabupaten Bangli. Lahannya mencapai luas 7 hektar. Bisa dipakai areal perkemahan, disamping ditanami buah naga, jeruk, dan kopi.

Yang paling membuat saya kagum, Arnaja membuat pupuk organik sendiri. Ia memelihara kambing dan sapi kemudian mengolah kotoran ternak tersebut menjadi pupuk dan menyemai bibit sendiri.

Buah naga kuning dan orange yang susah didapat bibitnya, ia coba semai dari biji dari buah yang dibeli istrinya di supermaket. Sungguh perjuangan yang benar-benar diacungi jempol untuk seorang pensiunan yang harusnya sudah menikmati masa tua hanya dengan bersenang-senang.

Musim durian tiba, saat yang tidak pernah saya sangka ketika tiba-tiba Arnaja chat dan bilang, “Tu nanti siang ke rumah Tajun ya, kebetulan anak-anak saya kumpul dan jangan lupa buat orat-oret untuk rencana Pesta Makan Duren seperti yang pernah saya bilang!”

Waaah, pucuk dicinta ulam pun tiba. Tanpa pikir panjang saya bangunkan suami dan langsung menyampaikan kabar baik itu. Langsung saya orat-oret dan cur ke Tajun. Diskusi pun lumayan panjang dan alot sampai akhirnya kita sepakat membuat acara pesta ini sebagai Festival dengan nama “Festival Makan Duren.”

Semoga akan terselenggara dengan baik dan lancar dan jangan lupa buat yang baca tulisan ini ayo daftar biar nggak penasaran. (T)

Tags: buahbulelengpertanian
Previous Post

Jangan Jadi Petani di Bali, Berat…

Next Post

In Memoriam Agus Sadikin Bakti: Santailah ke Nirwana, Ingat “Menang Kalah Sehat”

Pande Putu Sriasih

Pande Putu Sriasih

Ibu Rumah Tangga, tinggal di Singaraja, Bali

Next Post
In Memoriam Agus Sadikin Bakti: Santailah ke Nirwana, Ingat “Menang Kalah Sehat”

In Memoriam Agus Sadikin Bakti: Santailah ke Nirwana, Ingat “Menang Kalah Sehat”

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co