BAYANGKAN seekor naga, dalam mitologi Hindu atau dalam mitologi China, maka tampak ia gesit meliuk-liuk dalam segala cuaca, sekali waktu terbang di angkasa, membumbung tinggi, sekali waktu lain ia mendekam dalam goa. Dan api dari rongga mulut sesekali menyembur, sekadar menghangatkan badan atau mempertahankan diri dari musuh yang menyerangnya.
Kini bayangkan sebutir buah naga. Kulitnya bersisik, tapi daging buahnya halus dan lembut. Potonglah jadi dua. Ambil sendok, keruk daging buah dengan perasaan bahagia, lalu benamkan ke rongga mulut. Tak usah digigit, biarkan daging buah mencair hanya dengan sedikit tekanan lidah ke langit-langit mulut.
Biar daging naga itulah menggigit lidah, lalu biarkan luruh ke kerongkongan, dan rasakan betapa sejuk udara di nadi darahmu, seakan kemarau tak pernah ada.
Saya membayangkan seekor naga itu adalah Made Arnaja. Ia lelaki kelahiran Desa Tajun, Buleleng, 28 Oktober 1950. Dari “goa” tempatnya lahir, dulu, ia meliukkan tubuhnya, mengepakkan sayap, terbang ke Surabaya. Di kota itu ia menyemburkan ”api kesaktian” dari mulutnya dengan menjadi notaries.
Ia sukses. Lalu pulang, terbang kembali ke “goa” di Desa Tajun. Seakan bertapa, ia merawat masa tuanya dengan baik. Ia menjadi petani buah. Masa-masa bertempur di “medan perang” ia lupakan. Kini ia bertempur dengan dirinya sendiri. Bertempur dengan sabar di medan kebun buah naga.
Saya mengenal Made Arnaja beberapa bulan lalu. Waktu itu Minggu. Saya diajak suami yang wartawan untuk ikut liputan buah organik ke Desa Tajun. Saya ikut berkenalan dengan pemilik lahan buah organik yang diwawancara suami. Dia, Made Arnaja, dan saya terkesan.
Di masa ketika banyak pensiunan jalan-jalan ke luar negeri menikmati masa tuanya, Arnaja justru terbenam di antara rimbun kebun buah-buahan di kampungnya. Kebun dia memang luas berisi pohon buah beraneka ragam.
Sambil berjalan melihat kebun, Made Arnaja selalu dengan semangat menceritakan dari awal ia merintis lahan, lalu mencoba menanaminya dengan berbagai tanaman buah. Hasilnya, tumbuh dan berbuahlah biji-biji buah dengan kualitas yang bagus.
Saya berkali hanya berdecak kagum menyaksikan pohon buah yang tumbuh subur dan berbuah lebat.
“Kebun ini saya beri nama Rama Shinta Farm,” katanya.
“Kenapa Rama Shinta?”
“Karena Rama Shinta adalah tokoh pewayangan yang tidak hanya terkenal di Bali, tapi juga di negara-negara lain. Jadi kebun ini juga bisa dikenal bukan hanya di Bali, namun juga di negara lain. Selain itu juga gampang untuk diingat,” sahutnya.
Saya hanya mengangguk. Napas mulai ngos-ngosan. Yah. Kita ngobrol sambil mengelilingi lahan dua hektar. Lumayan capek. Tapi semua tak terasa saat melihat buah naga yang lebat dan beraneka ragam. Ada buah naga merah, putih, kuning, orange dan hitam. Takjub bukan?
Arnaja awalnya tak memikirkan untung saat mengembangkan buah naga di kampungnya. Dengan semangat mencoba, ia ingin membuktikan bahwa buah naga yang biasa tumbuh di gurun itu bisa juga tumbuh di dataran agak tinggi. Juga ada keinginannya untuk menjadi Buleleng secara lebih luas sebagai pusat buah-buahan.
“Ketika saya menanam, bukan berapa untung yang akan saya dapatkan melainkan berhasil atau tidakkah buah ini dikembangkan,” katanya.
Yang menarik, Arnaja mencoba mengembangkan buah naga kuning biasa, buah naga hitam dan buah naga kuning jenis Palora Equador serta jenis buah naga merah dan putih. Dan saat ini ia lebih fokus mengembangkan buah naga kuning jenis Palora Equador di daerah dengan ketinggian 1.100 mdpl dan luas 4 hektare yang berada di Batukaang, Kintamani, Bangli.
“Jenis Palora masih berbunga tetapi jenis buah naga kuning biasa yang bentuknya lebih kecil sudah sempat panen sekali,” katanya.
Buah naga Palora Equador itu memang langka. Jika Arnaja berhasil, mungkin itu akan menjadi contoh yang bagus bagi pengembangan buah itu di Bali, atau khususnya di Buleleng. “Kalau kita bisa kembangkan di Buleleng kenapa kita mesti jauh-jauh impor dari luar negeri,” ucapnya.
Selain buah naga, di kebun milik Arnaja juga terdapat berbagai jenis tanaman buah lainnya yang dirawat dengan baik dan tumbuh dengan baik. Dan tentu saja berbuah dengan baik pula. Salah satunya durian.
Durian juga bukan cuma durian montong yang sudah biasa kita dengar, tapi ada durian yang isinya merah. Kemudian ada juga durian tak berduri alias durian gundul.
Yang paling membuat saya menganga, ada durian asal Malaysia yang harga per kilo mencapai Rp. 350.000. Namanya durian Musang King. Bayangkan jika sebuah durian beratnya mencapai dua kilogram dan satu pohon berbuah hingga sepuluh sampai dua puluh buah. Duitnya berapa?
Khayalanku pecah saat Arnaja punya keingin mengadakan pesta makan durian di kebunnya. Dengan semangat aku langsung menyambar “Ayo, Pak, kita siap bantu garap!”
Rama Shinta pun tidak dikembangkan dalam satu tempat. Ada Rama Shinta 2 dan 3, sampai Rama Shinta 4. Rama Shinta 2 dan 3 terletak di Desa Depeha. Dan Rama Shinta 4 terletak di Desa Batukaang Kabupaten Bangli. Lahannya mencapai luas 7 hektar. Bisa dipakai areal perkemahan, disamping ditanami buah naga, jeruk, dan kopi.
Yang paling membuat saya kagum, Arnaja membuat pupuk organik sendiri. Ia memelihara kambing dan sapi kemudian mengolah kotoran ternak tersebut menjadi pupuk dan menyemai bibit sendiri.
Buah naga kuning dan orange yang susah didapat bibitnya, ia coba semai dari biji dari buah yang dibeli istrinya di supermaket. Sungguh perjuangan yang benar-benar diacungi jempol untuk seorang pensiunan yang harusnya sudah menikmati masa tua hanya dengan bersenang-senang.
Musim durian tiba, saat yang tidak pernah saya sangka ketika tiba-tiba Arnaja chat dan bilang, “Tu nanti siang ke rumah Tajun ya, kebetulan anak-anak saya kumpul dan jangan lupa buat orat-oret untuk rencana Pesta Makan Duren seperti yang pernah saya bilang!”
Waaah, pucuk dicinta ulam pun tiba. Tanpa pikir panjang saya bangunkan suami dan langsung menyampaikan kabar baik itu. Langsung saya orat-oret dan cur ke Tajun. Diskusi pun lumayan panjang dan alot sampai akhirnya kita sepakat membuat acara pesta ini sebagai Festival dengan nama “Festival Makan Duren.”
Semoga akan terselenggara dengan baik dan lancar dan jangan lupa buat yang baca tulisan ini ayo daftar biar nggak penasaran. (T)