12 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Teror Kreatif Putu Wijaya di Tanah Kelahirannya – Catatan 3 Monolog dari Tabanan

Made NurbawabyMade Nurbawa
February 2, 2018
inUlasan

I Gusti Bagus Arya Maheswara membawakan naskah berjudul “Teror”, di Aula SMAN 1 Tabanan. /Foto: mediapelangi.com

16
SHARES

 

ORANG Tabanan (sebaiknya) berbangga memiliki seorang maestro di dunia seni modern, drama atau teater dan film, yang lahir di Tabanan: I Gusti Ngurah Putu Wijaya. Karena dengan begitu, Tabanan menjadi kabupaten yang punya maestro cukup lengkap dari berbagai bidang seni, misalnya Ketut Marya di bidang tari, Nyoman Nuarta di bidang patung, dan Made Wianta di bidang lukisan.

Bangga, karena di mana pun mereka tinggal, dan bagaimana pun terkenalnya Putu Wijaya dan maestro-maestro itu hingga ke seluruh dunia, mereka tetap disebut sebagai “orang Tabanan” yang bisa menularkan energi kreatifnya ke tanah kelahirannya di Tabanan.

Jika bukan mereka yang datang langsung menghembuskan napas kreatifnya ke kampung halaman di Tabanan, maka para seniman dan kreator Tabanan sendirilah yang menyerap napas kreatif para maestro itu di Tabanan. Para kreator di Tabanan tak harus mendatangkan mereka, tapi bagaimana cara menempatkan mereka sebagai Guru Drona, dan kreator Tabanan bisa belajar dengan media apa saja.

Mungkin itu yang dilakukan tiga orang dramawan muda Tabanan serta para kreator yang lain ketika menggelar pementasan monolog di Auditorium SMAN 1 Tabanan (SMASTA), Jumat 22 Desember 2017, mulai sore hingga malam hari.

Acara itu adalah salah bagian dari rangkaian Festival Monolog Bali 100 Putu Wijaya yang dimuali dari Singaraja. Festival itu sudah berlangsung di berbagai kabupaten dan kota di Bali, namun untuk yang di Tabanan tentu menjadi sangat istimewa karena Putu Wijaya yang 100 naskahnya dimainkan dalam festival itu memang lahir di Tabanan.

Monolog dan Lain-lain

Dalam acara itu dilangsungkan tiga pementasan monolog dari tiga dramawan muda Tabanan. Mereka masing-masing I Gusti Bagus Arya Maheswara membawakan naskah berjudul “Teror”, lalu I Gede Arum Gunawan membawakan naskah “Trik” dan Ni Made Lisa Purwanti membawakan naskah “Kursi”. Ketiganya tampil sepenuh jiwa, sehingga penonton ikut larut menjadi dirinya sendiri.

Monolog adalah seni drama atau pementasan peran yang dilakukan oleh satu pemain atau sendirian. Walau apa yang diucapkan oleh pemain tidak ditujukan kepada orang lain tetapi materi, topik dan metode komunikasi dalam seni drama ini bisa menjadi pengingat atau membawa pesan moral bagi orang lain. Ibaratnya seperti jaman now, ketika satu orang membuat status di media sosial, tetapi 12345 orang ikut terbawa perasaan (baper).

Memang, seperti dikenal banyak orang naskah-naskah monolog yang ditulis Putu Wijaya banyak mengangkat dinamika sosial, memuat kritik dan ditujukan sebagai “teror mental” bagi penontonnya. Tidak terkecuali pada malam itu, penampilan monolog yang dibawakan oleh I Gusti Bagus Arya Maheswara, I Gede Arum Gunawan dan Ni Made Lisa Purwanti mampu memukau penonton dengan hebusan pesan moral yang teramat dalam.

Mas Ruscitadewi, dramawan dari Denpasar yang datang menonton mengatakan Arum Gunawan bermain hebat. Ia memainkan monolog Trik, permainannya nyaris sempurna, hanya di awal saja ia terpeleset, agak bingung mencari pembuka. Ia menggunakan trik ngarja (bermain arja – teater tradisional Bali). Main arjanya bagus, namun kesannya justru tidak nyambung dengan permainanan selanjutannya.

Ni Made Lisa Purwanti membawakan naskah “Kursi”.

Mas Ruscitadewi mengatakan, permainan monolog dari Arum Gunawan itu adalah salah satu permainan unggul yang pernah ia tonton di kalangan dramawan muda. Hanya permainannya kurang didukung oleh lampu dan tata artistic yang memadai.

Dwi Maheswara, yang memainkan naskah Teror, menurut Mas Ruscitadewi juga bagus mainnya. Dia bermain tanpa beban, mengalir dan mengalur dan enak sekali. Hanya pembagian karakternya masih kurang kaya, dan terkesan sepotong-sepotong. Tapi untuk ukuran anak SMA, permainan Dwi Maheswara sudah bagus sekali.

Lisa Purwanti yang memainkan naskah Kursi juga bermain lumayan tanpa beban. Dia tampak sangat nyaman dengan tubuhnya. Hanya saja permainannya masih monoton, irama dan karakter-karakter yang dimainkan kurang menonjol. Kalau ada yang melatih dan benar melatihnya, ia bisa jadi aktris monolog yang hebat.

Teror dan Napas Kreatif

Para dramawan muda Tabanan itu layak diberikan penghargaan setinggi-tingginya karena menjadi semacam terompet besar untuk menghembuskan napas kreatif Putu Wijaya ke tanah kelahirannya. Para dramawan inilah yang terkena teror kreatif dari Putu Wijaya dan menembakkan teror itu lagi ke para seniman muda lainnya.

Dengan begitu, diharapkan para tokoh-tokoh seniman tua, termasuk pejabat berkompeten di pemerintahan, ikut mendukung gerakan kreatif itu agar terus tumbuh maestro-maestro baru di daerah Lumbung Beras Bali itu.

Langkah Ketut Boping Suryadi, seniman kawakan yang juga Ketua DPRD Tabanan, adalah salah satu contoh dari dukungan besar untuk gerakan kreatif yang besar. Boping adalah penggagas acara itu bekerjasama dengan Taeter Jineng SMAN 1 Tabanan.

Selain Boping, hadir juga dalam acara itu Asisten II Setda Kabupaten Tabanan I Wayan Miarsana, Kepala SMAN 1 Tabanan I Made Jiwa, Perwakilan Polres Tabanan, Pembina Teater Jineng, guru-guru, orang tua siswa, siswa perwakilan sekolah di se-Tabanan termasuk perwakilan sejumlah sanggar antara lain Sanggar Warok, Sanggar Leklok, Sanggar Natya Praja (Desa Bajera) dan Sanggar Brahma Diva Kencana (Kediri).

Nah, betapa besar dukungan itu. Semua orang bergerak, semua orang menjadi penggerak, semua orang digerakkan.

Di awal acara, I Ketut Boping Suryadi menyampaikan bahwa dirinya ikut menggagas acara ini sebagai bentuk apresiasi terhadap Putu Wijaya, maestro sastra kelahiran Tabanan. “Ini bentuk apresiasi kita terhadap sang maestro, Putu Wijaya, yang berasal dari Tabanan,” ujarnya.

I Gede Arum Gunawan mengatakan, acara Festival 100 Monolog Putu Wijaya di Tabanan merupakan pementasan naskah monolog ke 75, 76 dan 77 di Provinsi Bali. Pementasan ini bertujuan agar kita semakin mencintai tanah air, apalagi Putu Wijaya adalah seniman terkenal yang lahir dan berasal dari Tabanan. “Kita harus menghargai seniman asal daerah kita sendiri,”ujar pembina teater Jineng ini.

I Gede Arum Gunawan membawakan naskah “Trik”

Lanjut Arum Gunawan, tiga naskah monolog Putu Wijaya banyak menggambarkan carut-marut dan gejolak sosial politik yang kerap terjadi di negeri ini, seperti masalah pendidikan, teror informasi, korupsi, trik dan intrik politik, perebutan kursi kekuasaan dan sebagainya.

Menurut dia, melalui penampilan seni monolog kita mencoba menjelaskan apa yang sedang terjadi kepada diri kita sendiri, namun semua itu bukan untuk kita tiru, sebaliknya dapat menjadi pelajaran berharga agar kita tidak ikut-ikutan melakukannya karena kita cinta kepada tanah air. “Melalui karya seni lah kita ungkapkan kecintaan kita pada tanah air Indonesia, pungkas Arum Gunawan.

Boping Suryadi tampil bersama Komunitas Anak Angin. /Foto: FB-Jero Arum

Daya Kreatif yang Terus Berkembang

Selain monolog, malam apresasi dalam acara it uterus merambat, semakin mengalir dalam “satu jiwa” manakala Boping tampil bersama Sanggar Anak Angin membawakan lima buah lagu yaitu Matahari Telah Pergi, Mengejar Bayangan Menangkap Angin, Anak Jaman, Debu Berkabut dan Menjadi Matahari, dimana warna syairnya tidak jauh dengan “nafas” dalam naskah-naskah monolog Putu Wijaya.

Hembusan jiwa seni semakin kencang menembus relung jiwa, ketika improvisasi para sastrawan maestro Bali seperti Bawa Samar Gantang yang tampil memukau dengan puisinya berjudul “Sepeda”.

Penyair Bawa Samargantang membawakan puisi Sepeda. /Foto: FB-Klemis

Dalam improvisasinya Bawa Samar Gantang tampil sambil menuntun sepeda ontel yang sudah 45 tahun setia menemaninya. Begitu juga Mas Ruscitadewi tampil penuh apresiasi terhadap pelaksanaan Festival 100 Monolog Putu Wijaya, khususnya bagi para penggagas, apalagi digelar bertepatan dengan Hari Ibu 22 Desember. Dengan penuh penghayatan Mas Ruscitadewi membawakan puisi berjudul “Ibu”.

Malam apresiasi racikan komunitas teater Jineng SMAN 1 Tabanan berlangsung cukup sukses. Semoga dengan seni bisa menghapus kekotoran-kekotoran dalam diri, baik kotor dalam pikiran, perkataan maupun prilaku.Terakhir sebelum ditutup acara diisi dengan penampilan band Uap Kata, band anak muda dari Bajera Selemadeg yang semakin hari terus bertumbuh. Selamat dan terus lah berkarya, bersama satu jiwa cinta tanah air (T).

Tags: Festival Monolog Bali 100 Putu WijayaMonologPutu WijayatabananTeater
Previous Post

Pameran B to B: Komitmen dan Kebersamaan dalam Medium Seni Rupa

Next Post

“Lengis Colek” Warisan Kakek – Cerita Konyol Soal Cinta dan Guna-guna

Made Nurbawa

Made Nurbawa

Tinggal di Tabanan dan punya kecintaan yang besar terhadap tetek-bengek budaya pertanian. Tulisan-tulisannya bisa dilihat di madenurbawa.com

Next Post

“Lengis Colek” Warisan Kakek – Cerita Konyol Soal Cinta dan Guna-guna

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Krisis Literasi di Buleleng: Mengapa Ratusan Siswa SMP Tak Bisa Membaca?

by Putu Gangga Pradipta
May 11, 2025
0
Masa Depan Pendidikan di Era AI: ChatGPT dan Perplexity, Alat Bantu atau Tantangan Baru?

PADA April 2025, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh laporan yang menyebutkan bahwa ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Buleleng,...

Read more

Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

by Karisma Nur Fitria
May 11, 2025
0
Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

PEMALSUAN kepercayaan sekurangnya tidak asing di telinga pembaca. Tindakan yang dengan sengaja menciptakan atau menyebarkan informasi tidak valid kepada khalayak....

Read more

Enggan Jadi Wartawan

by Edi Santoso
May 11, 2025
0
Refleksi Hari Pers Nasional Ke-79: Tak Semata Soal Teknologi

MENJADI wartawan itu salah satu impian mahasiswa Ilmu Komunikasi. Tapi itu dulu, sebelum era internet. Sebelum media konvensional makin tak...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co