18 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
Lukisan Gusti Nyoman Lempad

Lukisan Gusti Nyoman Lempad

Catatan Harian Sugi Lanus: Kematian Tiba-Tiba, Dialog I Kawiswara & I Rasutama

Sugi Lanus by Sugi Lanus
February 2, 2018
in Esai
110
SHARES

 

“Dening raga kacatri dadi manusa, pamragatnya pacang mati, eda ampah-ampah, reh tuara ada tawang, yan pidang gantine mati, dadakan-dadakan, uripe tan keneng apti.”

Terjemahannya:

Karena kita ditunjuk/ditakdirkan jadi manusia, ujung-ujungnya akan mati, jangan gegabah, karena tidak akan paham, kapan ajal tiba, mendadak-mendadak, panjang usia tiada bisa ditebak”.

Demikian Pupuh Durma dari Gaguritan Kawiswara-Rasutama. Dalam tembang gaguritan ini bersaudara Kawiswara dan Rasutama membahas perihal kehidupan dan hakikatnya, tentang nafas masuk dan keluar, tentang pejalanan batiniah dan ketubuhan kita.

Karena kematian bisa tiba-tiba dan usia tidak tertebak kapan berhenti, tiada paham dimana titik terakhir perhentian nafas kita, maka lanjutnya:

“Uli jani jumunin buwin malajah. eda suwud mangenehin, sipat apang tawang, dewa gamane di awak, sastrane eda ngengsapin apang pedas singsal, ento ingetang sai-sai”

Terjemahnya:

“Dari sekarang ulangin lagi belajar, jangan berhenti merenungi, batas (atara baik dan buruk, kedurjanaan dan kebajikan) agar dipahami, (karena) hakikat kesucian-kemuliaan ada dalam diri, pedoman sastra-suluh diri jangan dilupakan, agar jelas ujung pangkalnya, itu yang diingat terus menerus”

Kemauan belajar kembali menjadi penting. Mengevaluasi apa yang menjadi pengetahuan kita tentang diri kita masing-masing, tentang kebajikan dan pikiran kita menjadi penting. Bukan kecerdasan perihal hal di luar, bukan menghitung hal-hal lain, tapi bagaimana pemahaman tentang hakikat diri menjadi mendasar dalam memahami jalan menuju kematian dan bagaimana bisa maksimal dalam menjalani hidup.

Hal ini dijelaskan secara lebih rinci dalam pupuh lanjutannya bahwa kematian itu adalah perjalanan ke dalam diri. Melalui mati kita menuju diri kita sendiri, sebab ‘hakikat diri’ memang ‘tidak bertubuh’ maka kematian adalah jalan menuju ‘hakikat diri’.

“Apan tawang awake mula tanpa paawak, witing Ongkara jati, hana rwa bhinneda, ulihing rwa bhinneda, wit uning Tiga Sakti, to ne mangolah, mangadakang pati urip.”

Terjemahannya:

“Agar dipahami bahwa [hakikat] diri kita memang tiada bertubuh, berasal dari aksara suci Om yang sejati, ada muncul rwa bhinneda (binari), asalnya Sang Tiga Sakti (upeti-stiti-pralina/energi pendorong kelahiran-pertumbuhan-kematian), itu yang bermanisfestasi, memunculkan kematian dan kehidupan.”

Dari zat tunggal itu, menjadi energi terdalam yang memunculkan binari alam semesta (kutub positif negatif, hitam-putih, sekala-niskala), lalu menjelma kekuatan Sang Tiga Sakti (upeti-stiti-pralina/energi pendorong kelahiran-pertumbuhan-kematian), di sana muncul pengerak munculnya kehidupan di alam raya, menjadi ‘kehidupan’ dan berujung ‘kematian’, lalu siklus ini berputar tiada henti. Hidup-tumbuh-sirna, lalu hidup kembali dan tumbuh serta sirna berputar seperti spiral yang viralitasnya berlipat dan bergulung dalam tatanan kesemestaan jagat raya.

Maka, jika mati tiba, ‘kita’ kembali berjalan ke ‘alam hakikat’. Kita kembali berjalan dari ruang dan waktu ke dimensi yang ‘non-ruang’ dan non-waktu’, yang tak terbayangkan dengan perangkat otak tubuh dan imajinasi kita, lalu (katanya) sejenak jeda, dan selanjutnya berputar dalam putaran yang tiada terperikan, kadang menjelma kembali, kadang memasuki alam-alam yang berlapis-lapis, sesuai hukum ‘rta’ dan ‘karma’ yang mengerakkan alam semesta dan meregulasi perjalan tubuh ke roh lalu ke ‘hakikat’.

Apa yang tertuliskan dalam paragraf atas terakhir (yang saya tulis itu) mungkin tidak sepenuhnya benar-benar benar adanya. Sebab, kematian bukan rumusan dan pengalaman pikiran juga bukan pengalaman tubuh. Tubuh dan pikiran lebih menjadi departure area, ruang tunggu yang nantinya kosong ketika ‘take off’, dan jika kita bahas pengalaman ‘terbang’ dari ‘departure are’ itu bukanlah pembahasan atau pembabaran yang benar-benar sahih adanya.

“Sami nakeh kadongdong kaden iya, kenken baan mangingetin, tuwi gelah twara tawang, awak ngamalingin awak, sane puyung kaden jelih, bakat kendelang, kasungkemin aba mati.”

Terjemahannya:

“Semua tebak-tebakan yang tidak-tidak kita kira iya (benar), bagaimana caranya mengingat/memahami, apa yang tidak kita punya (tidak kita alami) tidak kita pahami, diri kita mencuri dari diri kita (diri kita [cenderung] menipu diri kita), yang kosong kita kira berisi, menjadikan kita terlena gembira/berbangga, kita bawa (kepalsuan-kegagalpahaman) itu sampai mati”.

Belajar menjadi jujur sejujurnya dengan diri yang tak paham, atau kurang paham, atau pura-pura paham, atau terlanjur diri merasa percaya diri merasa paham, terlanjur ngaku-ngaku paham, atau dikira paham oleh orang lain padahal tidak, adalah pergulatan pikiran manusia dari awal penciptaan otak manusia atau dari awal peradaban homo sapien.

‘Awak ngamalingin awak’, diri menipu diri kita sendiri, adalah halusinasi melekat (dan membuat kecanduan) dalam perjalanan hidup manusia di dunia. Ketika kematian tiba, ketika ‘diri’ berpulang ke ‘hakikat diri’, maka sang diri yang dalam tubuh yang biasa memanipulasi dirinya sendiri, tak lagi bisa ‘terbelah’ menjadi kontradiksi diri lagi. Kontradiksi diri lenyap ketika kematian tiba.

Barangkali kita (tubuh dan pikiran kita yang berkuasa atas ketubuhan dan kehidupan di dunia), ketika kematian tiba, baru bisa sepenuhnya secara alamiah berhenti memanipulasi diri dengan sepenuh-penuhnya. Jika demikian, kematian adalah titik padamnya manipulasi diri oleh pikiran dan kehidupan yang melekatinya. Ketika kematian tiba, kita tiada kuasa lebur ke titik ‘keberadaan-ketiadaan’ yang tiada bertubuh, pulang kembali menjadi ‘tunggal’ yang jujur, mendekati ‘hakikat awal penciptaan’. (T)

Catatan Harian 4 November 2017

Tags: balifilsafathindu
Sugi Lanus

Sugi Lanus

pembaca manuskrip lontar Bali dan Kawi.

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
9 perempuan book launch
Essay

Still We Rise | Balinese Women Movements: 2 Empowering Projects, 21 Inspiring Women

2021 - A New Year for More Female Voices “Still I rise”. Lecturer, writer, and feminist activist Sonia Kadek Piscayanti...

by Irina Savu-Cristea
December 24, 2020

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Ilustrasi diolah dari beberapa sumber di google
Opini

Bela Rakyat, Padahal Rakyat Lebih Bangga Lihat Mahasiswa Tamat

HALO agan-agan mahasiswa di seluruh pelosok negeri ini. Bagaimana kabar agan-agan semua? Apakah sudah ikut demo 121? Atau mungkin agan-agan ...

February 2, 2018
Kilas

Rehat : Single Perdana Bligungyudha saat Pandemi

Pandemi Covid19 yang terjadi beberapa bulan ini memaksa banyak orang untuk melakukan kegiatan di tempat tinggal masing – masing. Anjuran ...

April 4, 2020
Ilustrasi tatkala.co || Nana Partha
Esai

Cerita Nang Lepug, Perawat Covid-19

Di tengah lelah  fisik karena ada acara keluarga yang meninggal dan membahas pandemi Covid19 yang begitu menakutkan pukul 21.33 wita ...

June 9, 2020
Parade Teater Muda Bali Utara; 2020
Ulasan

Parade Teater Muda Bali Utara; Perasaan yang Keruh Dalam Episode Daun Kering

Setelah jejak terakhir di tahun 2017, di tahun 2020 ini Parade Teater Muda Bali Utara kembali hadir untuk menyapa kawan-kawan ...

October 12, 2020
Lukisan Komang Astiari
Cerpen

Tinggalkan Komang di Sini

Cerpen: Ayu Sugiharti Pratiwi ___ “Bli De, Bli De…” Sudah sejak bangun tidur Gek Istri menyebut-nyebut nama suaminya sambil memetik ...

June 16, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jukut paku di rumah Pan Rista di Desa Manikyang, Selemadeg, Tabanan
Khas

Jukut Paku, Dari Tepi Sungai ke Pasar Kota | Kisah Tengkulak Budiman dari Manikyang

by Made Nurbawa
January 16, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Gus Bass [Foto dokumentasi penulis]
Esai

Gus Bass, Bumbu Sate dan Tempe | Catatan Orang Tua tentang Menu untuk Anak

by Gus Surya Bharata
January 17, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (65) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1349) Essay (6) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (2) Khas (308) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (327)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In