27 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

Catatan Harian Sugi Lanus: Wajah Tuhan Dalam 11 Butir Kelapa

Sugi Lanus by Sugi Lanus
February 2, 2018
in Esai
63
SHARES

 

MALAM ini saya punya dongeng untuk anak saya, tentang wajah Tuhan dalam 11 butir kelapa.

[Spontan anak saya ambil kameranya dan merekam saya: “Guys.. kalian tak paham ini kalau bukan orang Hindu, pasti tak paham cerita dan obrolan kami ini”. Demikian komentarnya sambil tetap pegang kameranya hendak merekam saya].

Alkisah, Tuhan (Sang Sumber Cahaya Agung) memancarkan keindahan-Nya dalam bentuk cahaya. Maka terjadi-terciptalah semua penjuru mata angin, berkelopak 8 helai, ditambah tengah, atas dan bawah, jadi 11 helai.

Pancaran Tuhan yang pertama-tama mewujud dalam 11 kelopak cahaya, lalu jadi penjuru mata angin, juga di bumi menjadi beragam ciptaan, paling khas adalah buah kepala. Dari pancaran cahaya itu tercipta belasan bahkan puluhan jenis kelapa di bumi, sebagai pancaran warna-warni keilahian, sebagai prisma cahaya yang senantiasa memperindah kehidupan manusia.

Kelapa-kepala itu tumbuh di segala penjuru bumi, terutama di pulau-pulau yang berlimpah cahaya Matahari. Sampai sekarang di pantai-pantai yang penuh cahaya itulah tumbuh berbagai jenis kelapa, sebagai tumbuhan yang berbuah menyehatkan dan berguna dalam menjalani kehidupan sebagai manusia di muka bumi.

Alkisah di Bali ada 11 kelapa dimuliakan sebagai perwujudan Cahaya Agung itu. Karena manusia tidak bisa membayangkan langsung Sumber Cahaya Agung itu, maka para leluhur cendikiawan dan para guru spirtual Bali di masa lalu mengajari orang Bali bagaimana mesti merawat dan menanam kelapa-kelapa itu — yang tak lain adalah 11 wajah Tuhan dalam bentuk kelapa.

Kesebelas kelapa itu dikumpulkan dan dirangkai dalam berbagai upakara dan ritual suci, sebagai sarana bersyukur dan kembali merenungin Sumber Cahaya Agung itu. Itulah sebab kenapa upakara-upakara besar, seperti PEDUDUSAN AGUNG, kelapa dijadikan media dan sarana renungan, sebagai pintu melihat kembali ‘wajah’ Sang Sumber Cahaya Agung itu.

Kelapa disusun sedemikian rupa menjadi semacam kelopak-kelopak mata angin, seirama dengan NAWASANGA.

Nyuh = Kelapa.

1. UTARA — Nyuh Gadang (hijau tua) untuk Dewa Wisnu/
2. TIMUR LAUT — Nyuh Bejulit (biru) untuk Dewa Sambhu.
3. TIMUR — Nyuh Bulan warna putih letaknya di timur untuk Dewa Iswara.
4. TENGGARA — Nyuh Surya (dadu) untuk Dewa Maheswara.
5. SELATAN — Nyuh Udang (merah) untuk Dewa Brahma.
6. BARAT DAYA — Nyuh Bojog (jingga) untuk Dewa Rudra.
7. BARAT — Nyuh Gading (kuning) untuk Dewa Mahadewa.
8. BARAT LAUT — Nyuh Bingin  (hijau) untuk Dewa Sangkara.
9. TENGAH — Nyuh Sudamala (warna campuran) untuk Dewa Siwa.
10. ATAS — Nyuh Ancak untuk Parama Siwa (?).
11. BAWAH — Nyuh Randa untuk Sada Siwa (?).

[Anak saya nyeletuk: “Pantas sudah Pramuka lambangnya kelapa. Mereka pemuja para dewa.” Kami ketawa].

[Dongeng dicukupkan, tidak dilanjutkan. “Terlalu serius guys… Kalian kalau bukan orang Hindu tak bakal paham,” anak saya merekam suaranya sendiri dan arah kamera tetap ke wajah saya].

[Ternyata… setelah dicek kameranya, posisi kamera tidak dalam posisi ‘record’. Kami ketawa: “Dongeng sakti ini, dan gaib ini, mungkin dilarang direkam dalam video untuk dimasukkan dalam youtube…”]

Demikianlah, sebuah dongeng purba,’ Wajah Tuhan dalam 11 Butir Kelapa’. Penting diulang di akhir catatan saya ini, mengutip apa yang disampaikan anak saya: “Kalian kalau bukan orang Hindu tak bakal paham”. (T)

Catatan Harian, 6 Oktober 2017

Tags: agamadongengTuhan
Sugi Lanus

Sugi Lanus

pembaca manuskrip lontar Bali dan Kawi.

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
Ulasan

Drama Tragedi Komedia Absurd ala “Bangun Pagi Bahagia”: Hidup adalah (Bukan Sekadar) Kenangan

Membaca Eswe selalu membuat saya berhasil tersenyum. Bahagia. Namun bahagia bukanlah datang sendiri tanpa rasa lainnya. Bahagia justru muncul tak ...

October 8, 2019
Ilustrasi diolah dari Google/Gambar Animasi
Esai

Panduan Hidup Praktis Tanpa Ponsel Pintar

Di bulan Juni 2019, saya menghapus facebook karena telah bosan dengan isinya, berita-berita, artikel copy-paste, dan keluhan-keluhan pemuda galau, serta ...

March 9, 2020
Blind In Paradise karya I Gede Made Surya Darma
Kilas

Sebelas Perupa Merespons Pandemi di Rumah Paros

Penghabiasan tahun 2020, sebelas perupa memprakarsai pergelaran pameran bersama yang bertajuk “ Diarama Cronic “ di rumah Paros, Jl. Margapati, ...

January 1, 2021
Pan Balang Tamak Reborn oleh BET Jembarana
Ulasan

Pan Balang Tamak Mebarung di Art Center Denpasar – Catatan Telat Festival Seni Bali Jani

Puluhan remaja memadati halaman depan Gedung Kriya. Mereka adalah pelajar, warga sebuah desa di Bali. Diantaranya, Pan Balang Tamak yang ...

November 12, 2019
Foto koleksi penulis
Esai

Sakit Mata Obatnya Bunga Bintang – Pesan Alam untuk Cintai Lingkungan

SETIAP orang pasti pernah sakit, misalnya sakit mata (mata merah). Wabah sakit mata mudah menular ke orang-orang berbagai usia. Untuk ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Bermain sky di Jepang {foto Riris Sanjaya]
Khas

Bermain Ski ala Pandemi di Awal 2021 | Kabar dari Jepang

by Riris Sanjaya
January 26, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Made Adnyana Ole [Ilustrasi Nana Partha]
Esai

Filosofi Luluh Sate

by Made Adnyana Ole
January 26, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1362) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (312) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (329)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In