26 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Peristiwa
Foto: Hardianta

Foto: Hardianta

Maaf, Bu Guru, Kami Tak Ikut Upacara Bendera – Jalan ke Sekolah Begitu Terjal…

tatkala by tatkala
February 2, 2018
in Peristiwa
24
SHARES

PENDIDIKAN harus diperjuangkan, seterjal apa pun jalan menuju tempat belajar. Karena pendidikan tak cukup selesai diperbincangkan di meja birokrasi dan di meja sidang wakil rakyat.

Kadek Puji Antari dan Gede Rudi Arnata benar-benar paham arti berjuang. Setiap hari mereka bangun saat subuh, mempersiapkan alat pelajaran, lalu bergerak ke sekolah ketika belum benar-benar pagi.

Mereka memang harus bangun sepagi-paginya, jauh lebih pagi dari teman-temannya di desa lain. Tentu karena jarak dari rumahnya di kawasan Abangan, Banjar Dinas Ceblong, Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Buleleng, menuju sekolahnya di SDN 6 Sudaji, sangat jauh untuk bisa ditempuh dengan jalan kaki. Sekitar 3 kilometer.

Puji dan Rudi memang harus berjalan kaki. Dengan gesit mereka melintas di tepi sungai, sesekali meloncat ke atas batu-batu di sela gemuruh air. Setelah itu kakinya diayun mendaki perbukitan terjal,  menuruni tebing, menyeberang jurang.

Dulu, dalam waktu-waktu memang ada jalan kecil yang bisa dilewati sepeda motor. Namun, bencana alam di awal tahun 2017 ini membuat semuanya makin sulit. Jalan kecil yang sulit itu disapu  banjir bandang. Ada juga jalan yang tak bisa dilewati karena tertimbun tanah longsor dari arah bukit.

Jalan yang bisa dilewati motorpun medannya sangat ekrem. Jalan yang terjal dikelilingi hutan itu sangat berbahaya hingga tak sembarang kendaraan bisa melewatinya. Pengendara tentu harus mahir jika tak ingin masuk jurang. “Jika tidak mahir, dan tak menguasai medan, bisa fatal,” kata Gede Suarsana, orang tua Puji.

Jadi, meski ada jalan pun, anak-anak lebih memilih jalan kaki ke sekolah. Tapi mereka anak-anak desa yang gesit. Tebing terjal, tepi sungai, batu-batu, tanah licin, sudah biasa dihadapi sejak kecil. Tapi jika harus dilakukan sembari sedang gesit-gesitnya mereka menempuh pendidikan, tentu “jalan terjal berliku naik-turun tebing” adalah gangguan yang amat serius.

Usia mereka 12 tahun, duduk di kelas 6, sebentar lagi mau ujian. Mereka tentu tak ingin putus sekolah hanya karena jalan ke sekolah yang sulit ditempuh. Maka, mereka tetap berjuang. Subuh bangun, lalu merangkak di sisi sungai, saban hari, adalah perjuangan yang tak begitu mudah.

Meski tak mudah, mereka bukanlah anak-anak sekolah yang manja dan cengeng. Semua itu dilewati tanpa keluhan. Meski beberapa kali mereka harus telat masuk kelas. Bahkan mereka  kadang tak bisa ikut upacara bendera pada hari Senin.

“Terutama pada hari Senin, mereka sering terlambat mengikuti upacara bendera. Namun kami memberikan keringanan jam masuk belajar, mereka tidak di haruskan ikut berbaris di pagi hari. Kasihan mereka,” kata Luh Martini, wali kelas mereka.

Jadi, maafkan mereka, Bu Guru, jalan ke sekolah memang begitu terjal. Terjal dalam arti yang sesungguhnya… (T/sumbangan data: Hardianta)

Tags: bencana alamPendidikansekolahsekolah dasar
tatkala

tatkala

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
Bermain pantomim pop bali di Rumah Mahima
Esai

Tujuan Pulang Kampung yang Tidak Terduga

Apa tujuan pulang kampung di masa pandemi seperti ini? Kesibukan apa yang dapat dilakukan disaat ada himbauan tidak boleh berkumpul ...

July 3, 2020
Esai

Kuliah di Pendidikan Teknik Informatika, Nanggung, Nggak Cukup S-1

Sebelum membaca, saya ingin menjelaskan bahwa tulisan ini tidak ada maksud sama sekali merendahkan pihak manapun, apalagi kampus yang menaungi ...

November 13, 2019
Foto/ilustrasi: Mursal Buyung
Esai

Jalan, Banyak Jalan, Jalan-Jalan atau Membuka Jalan?

"Banyak jalan menuju Roma" begitu kata bijak yang sering terlontar untuk membesarkan hati orang-orang yang merasa kecewa karena harapannya tak ...

January 15, 2019
Pantai Amed Karangasem
Perjalanan

Suatu Senja di Pantai Amed

Berkunjung ke Pantai Amed telah menjadi agenda yang kami rencanakan jauh-jauh hari. Kesempatan itu  tiba di bulan Januari lalu. Mengingat ...

April 2, 2020
Esai

Judicial Review: Kelompok Musik Penyerak Kata-kata

Suatu hari saya ke Art Center Denpasar untuk berkumpul dan latihan Bersama teman-teman Teater kalangan. Rencananya kami berkumpul di sekitaran ...

November 7, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Wayan Eka Artana Putra, pengelola kedai kopi mini di Pecatu, Badung
Khas

Pandemi, Bule jadi “Tamu Lokal”, Ngebon pun Biasa | Cerita dari Sebuah Kedai Kopi

by Nyoman Nadiana
January 26, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Made Adnyana Ole [Ilustrasi Nana Partha]
Esai

Filosofi Luluh Sate

by Made Adnyana Ole
January 26, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1362) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (311) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (329)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In