30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Buku “Badriyah” Ayu Weda: Biografi Kekalahan Perempuan

I Wayan ArtikabyI Wayan Artika
February 2, 2018
inUlasan

Foto: Putik

45
SHARES

Judul Buku : Badriyah

Pengarang : Ayu Weda

Penerbit : Gambang Buku Budaya

Tahun Terbit : Maret 2016

Jumlah Halaman : xiv + 207 halaman

ISBN : 978-602-6776-15-0

SELURUH cerita dalam kumpulan cerpen Badriyah (Ayu Weda, 2016) menampilkan tokoh perempuan dewasa. “Aku” narator dalam “Badriyah” , Wilda dalam “Kasto”, Sukma dalam “Sang Guru”, “mbak” dalam “Pak Menteri dan Rakyatnya, Ratna dalam “Psikopat”, Rusmini dalam “Anak”, We Mundri dalam “We Mundri”, Putu Laras dalam “Putu Laras”, Renata dalam “Penari Tango”, para perempuan dalam “Capsa”, tampaknya juga “aku” narator dalam “Candu Jabatan (Surat untuk Teman SMA)”, dan Ambra dalam “Badanku Rumahku”. Karena itu, esai ini memandangnya sebagai biografi perempuan, dengan penjelasan tambahan: perempuan yang kalah. Seluruh cerita ini ikrar kekalahan perempuan, khusunya ketika melakukan relasi dengan laki-laki.

Pada umumnya biografi dipahami sebagai riwayat hidup seseorang. dalam esai ini bukanlah biografi perseorangan yang dimaksud tetapi biografi kolektif: biografi perempuan sebagai lawan laki-laki dan kalah lalu berdalih pada kodrat, cinta kasih, pengabdiaan, keiklasan, ketulusan yang semua hanyalah hiburan atau legitimasi emosional khas kaum perempuan. Beberapa cerpen mencoba melawan laki-laki (“Badriyah”, “Putu Laras”, dan “Badanku Rumahku”), kalah, kecuali sedikit kemenangan dalam “Psikopat” atau “Tari Tango” namun kemenangan yang lumrah dan tidak berarti. Kumpulan cerpen ini biografi perempuan yang kalah. Tapi dalam kekalahan besar itu perempuan berdamai dengan cara menjadi hamba laki-laki (istri kedua dari tiga istri, pengagum seorang guru, pemburu cinta laki-laki). Inilah dunia perempuan yang digambarkan dalam Badriyah.

Cerpen “Badriyah” mewakili kekalahan perempuan yang diterima sebagai kemenagan oleh perempuan sendiri. Ini sebagai paradoks dalam diri perempuan. Merasa menang tetapi sesungguhnya kalah. Tokoh “aku” yang berkisah menyadari bahwa menjadi istri kedua dari tiga istri sebagai penderitaan namun ini baru dirasa setelah dialami. Lalu memilih bercerai. Karena itu, bisa lepas dari derita yang ditimbulkan oleh kuasa laki-laki dalam wujud praktik poligami.

“Badriyah” mengungkapkan sejumlah pandangan perempuan terhadap perempuan, seperti (1) pernikahan jalan pembebas derita seorang janda, (2) beralihnya cinta istri menjadi penghambaan kepada suami, (3) melalui penghambaan, seorang istri memperoleh rasa diayomi, (4) istri menolak dipoligami, dan (5) pernikahan sama dengan penghambaan. Pandangan ini menyebar di seluruh cerpen. Satu sisi perempuan kuat dan mandiri tetapi ketika melakukan relasi dengan laki-laki perempuan tidak berarti apa-apa. Arti hidup diperoleh lewat menjadi hamba dan menerima pengayoman laki-laki, walaupun “Di dompetnya tidak pernah ada uang” (hal.4).

Kapan perempuan harus menolak kodratnya (bergantung, menghamba, iklas, manut, diam)? Kapan perempuan berbalik arah dari kodrat? Kapan perempuan harus melawan? Dalam “Badriyah” diungkapkan, seorang perempuan (istri) baru melawan ketika dirinya gagal bertahan dalam poligami. Perlawanan inipun bukanlah perlawanan sesungguhnya seperti yang dilakukan Calon Arang dalam tradisi sastra Jawa Kuna. Mengapa istri tidak sejak semula memilih menjadi yang kuat untuk menandingi dan menundukkan suami? Ketika perempuan melawan laki-laki walaupun ini perlawanan semu, apakah dipicu oleh sikap jujur atau karena sakit hati atas kekalahan dan sedikit rasa marah? Mengapa perempuan hanya bisa keluar dari sistem hegemoni mskulinisme dan bukan melawan sistem itu hingga hancur, seperti cerpen perempuan radikal dalam sastra Lekra? Ketika seorang istri keluar dari sistem berbagi cinta, seperti tokoh “aku” dalam “Badriyah”, sama halnya dengan kekalahan namun dimaknai kemenangan bagi si istri, bukan demikian sesungguhnya namun hanya pelarian dari rasa tidak sanggup bertahan. Inilah kemunduran pandangan perempuan dalam dunia modern yang diagungkan. Merasa diri berkuasa namun seungguhnya mereka sengaja membuang diri karena tidak sanggup melawan laki-laki.

Pikiran inilah yang harus ditangkap ketika menyimak biografi perempuan dalam kumpulan cerita ini. Semua yang digambarkan perempuan yang kalah, perempuan yang berdamai, perempuan yang menghamba atau menjadi budak, dan perempuan yang hanya bisa berpaling ke dalam kodratnya sebagai perempuan. Suara itulah yang mendominasi cerpen ini. Jangan-jangan inilah rumusan simpulan sejarah perjuangan gender yang ternyata semuanya utopia.

Biografi kekalahan perempuan dalam cerita-cerita ini mengingatkan bahwa betapa utopisnya perjuangan atau perlawanan gender. Perlawanan gender tidak pernah terjadi secara radikal. Hasilnya pun tetap moderat. Hal ini dijelaskan oleh cerita-cerita antologi Badriyah. Kumpulan cerpen ini kisah mengenai betapa tidak berdayanya perempuan walaupun di sisi lain memiliki kesuksesan hidup. Mereka sebatas menolak tanpa perlawanan balik. Tidak ada ide perempuan untuk memulai melakukan perlawanan. Perempuan hanya menjadi pendompleng atau budak laki-laki. Mungkin saja ini kekuatan yang didapat oleh laki-laki secara relasional, yang hanya ketika hubungan itu terjadi antara laki-laki dan perempuan. Cerita-cerita dalam Badriyah menyajikan kejujuran biografis yang tidak bisa diganggu gugat karena pada akhirnya perempuan menjadi bangga atas segala kekalahannya, dengan sekadar berlari atau menolak tunduk. Perempuan sendiri tidak perlu pembelaan gender atau perjuangan untuk kesetaraan. Perempuan tidak membutuhkan itu karena yang dibutuhkan hanyalah menjadi budak kaum laki-laki (entah ia suami, guru, atau a boy).

Ketika perempuan tampaknya mengeluh atas takdirnya, kecuali We Mundri (dalam “We Mundri”), maka keluhan ini tidak terlalu penting. Keluhan ini bagian hidup perempuan yang mereka nikmati sendiri, walaupun tidak dapat dijelaskan karena perempuan tidak jujur. Salah kalau keluhan ini direspons iba berlebihan. Keluhan perempuan yang sering disejajarkan dengan penderitaan merupakan kebahagiaan perempuan yang paling dalam. Mungkin di sini ada jawaban mengapa seorang selir tercantik rela membakar diri di kobaran api kremasi raja, bukti budak setia. Hal ini terjadi karena selir itu bahagia dengan cara membakar diri. Ini sama sekali bukan tindakan bodoh, pilihan yang membaggakan dan membahagiakan. Layonsari juga bunuh diri dan menolak menjadi istri utama raja. Maka tersindirlah kaum perempuan modern oleh Calon Arang yang memulai hidup dengan praktik melawan kerajaan Kadiri. Tersindirlah perempuan modern dengan sikap dan praktik hidup Men Brayut yang siap melahirkan anak-anaknya. Mengapa Tuung Kuning kalah oleh penjudi karena keinginan laki-laki Bali untuk tetap mengunggulkan diri dalam lembaga ideologi purusa.

Sumbangan penting cerita dalam antologi cerpen Badriyah ini bukan karena materi kisahnya yang dikatakan oleh Seno Gumira Ajidarma dalam kata pengantar buku ini, tetapi pada pengakuan jujur para perempuan, seperti “aku” dalam “Badriyah”, Ambra, Rusmini, Putu Laras. Mereka perempuan yang kalah oleh takdir laki-laki. (T)

Tags: BukuCerpenPerempuan
Previous Post

Razia Warung? Ah, Saya Selalu Sukses Puasa Dikurung Warung

Next Post

Karena Bahasa, Turis Bisa Bayangkan Salak Sebagai Ular

I Wayan Artika

I Wayan Artika

Dr. I Wayan Artika, S.Pd., M.Hum. | Doktor pengajar di Fakultas Bahasa dan Seni, Undiksha Singaraja. Penulis novel, cerpen dan esai. Tulisannya dimuat di berbagai media dan jurnal

Next Post

Karena Bahasa, Turis Bisa Bayangkan Salak Sebagai Ular

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co