25 February 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Opini
Ilustrasi: Dek Omo

Ilustrasi: Dek Omo

Karena Bahasa, Turis Bisa Bayangkan Salak Sebagai Ular

Komang Armada by Komang Armada
February 2, 2018
in Opini
45
SHARES

Bahasa menunjukkan bangsa. Itu peribahasa yang akrab saya dengar di Sekolah Dasar dulu yang bertahun-tahun kemudian saya amini kebenarannya. Kultur sebuah bangsa, seturut makna peribahasa tadi, berbanding lurus dengan ekspresi komunal warganya dalam berkomunikasi melalui media ungkap, yakni bahasa. Berbahasa konon proses pergulatan diri. Bahkan pada tataran tertentu, merupakan bagian dari sejarah pertikaian dan dominasi yang disebabkan oleh latar belakang pendidikan, relasi sosial budaya, emosi hingga konstruksi berpikir penuturnya.

Sebuah risalah menyebut, kekayaan kosa kata kita yang efektif kita gunakan baru sekitar 30 persen.  Sebagai konten pendidikan maupun perangkat bertutur sehari-hari.  Tujuh puluh persen sisanya tersimpan rapi di indeks-indeks kamus, sebagian tersembunyi sebagai khasanah literasi masa lampau maupaun manuskrip kuno yang oleh kendala tertentu tidak mungkin atau malas kita baca.

Bahasa bersifat arbitrer yang bermakna tidak tetap alias mana suka. Seakan membenarkan dalil tadi, timbullah upaya pintas semisal menyerap, memadankan unsur lain masuk ke dalam bahasa sendiri.  Menyebut beberapa contoh, kita lebih sering mendengar sorry dalam meminta maaf ketimbang kata ‘maaf’ itu sendiri.   Kita memilih kata madani (dari bahasa Arab) untuk menggantikan kata sipil , dekade menggantikan dasawarsa, komplain menggantikan keluhan dan banyak contoh lagi.

Di tengah upaya menyerap tadi, yang menarik dicermati adalah keseruan pergulatan psikis penuturnya.  Pergulatan yang saya maksud adalah bagaimana si penutur menyiasati, menemukan rumusan tepat, memilih-milih, berupaya maksimal memenangi ‘perang’ yang berlangsung di wilayah linguistik jangkauannya.  Hasilnya kemudian terbaca di beragam ungkapan sehari-hari penuturnya dalam konteks memfungsikan bahasa sebagai media penyampai.

Di desa saya, desa pertanian di pelosok di Bali utara yang sejak awal 1990-an mulai mengenyam pariwisata, belakangan, sebagian besar warganya mulai fasih mengucapkan breakfast sebagai pengganti kata mesampel (bahasa Bali).  Dua kata yang sama-sama berarti sarapan, hanya berbeda era, berlainan rasa ketika mengucapkannya.  Menyebut  mesampel  mulai terasa ketinggalan, udik.  Kata ini pun ‘tahu diri’ dengan menghilang pelan-pelan sebagaimana alur kematian sejumlah kosa kata kita lainnya.

Bahwa urusan berbahasa acap kali membuat kita gagap, iya.  Dari seorang kawan baik yang bekerja sebagai pemandu wisata, saya beroleh cerita bagaimana beberapa kosakata – dengan cara unik – dipadankan.  Dengan enteng kawan saya menyebut buah nangka sebagai  jackfruit, belimbing sebagai starfruit, salak sebagai snakefruit.

Saya tidak bermaksud berumit-rumit soal etimologi, hanya menyimpan penasaran dalam hati.  Ketika buah nangka, belimbing dan salak dipaksakan dibuat padanannya, maknanya menjadi bergeser.  Tidak lagi otentik sebagai kata yang menyandang ruh bahwa ketiganya merupakan buah yang identik dengan sebuah kondisi alam yang khas, dengan bentang tamasya yang khas pula, yakni alam tropis sebagai habitat tumbuh ketiganya.

Belum lagi imajinasi tambahan yang kita bebankan ke benak mereka. Manakala para wisatawan mengunyah buah belimbing, misalnya, tidak bisa tidak mereka ‘menggambar’ bintang di kepala masing-masing, atau  membayangkan sisik ular untuk sebiji buah salak.  Hemat saya (ini dari sudut saya saja, Anda berhak tidak setuju), para turis idealnya kita perkaya dengan khasanah kosakata kita sebagai negara tujuan wisata sebagaimana kita juga banyak diperkaya oleh kosakata mereka.  Kita tidak mau bersusah-susah mencari padanan buat kata pizza, steak atau hamburger, bukan? Sejauh ini kita manut dan dengan senang hati tetap menyebut hamburger sebagai hamburger, pizza sebagai pizza, steak sebagai steak.

Seandainya tren memadankan itu kebablasan, akan tiba waktunya kita mesti bersusah-payah menemukan padanan untuk batik, gamelan, keris, kolintang, sasando, reog dan seterusnya.

Lalu adakah pemadanan-pemadanan tadi untuk tujuan kepraktisan berbahasa semata?  Saya tidak yakin. Jangan-jangan itu cermin kerendahdirian, pengabaian terhadap kekayaan bahasa sendiri dan, yang menyedihkan : kita menempatkan diri sebagai hamba sahaya dalam relasi komunikasi yang kita bangun. (T)

Tags: BahasabaliPariwisataTuris
Komang Armada

Komang Armada

Petani, penikmat kopi dan penyuka sepak bola indah. Bisa dihubungi melalui nyomanarmada@yahoo.com

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi Florence W. Williams dari buku aslinya  dan diolah oleh Juli Sastrawan
Cerpen

Si Ayam Betina Merah | Cerpen Florence W. Williams

by Juli Sastrawan
February 24, 2021
Karya Surya Subratha yang dipamerkan di Kulidan
Acara

Pameran Surya Subratha di Kulidan || Menelisik Tradisi Membentang Ruang

Surya Subratha, seorang perupa kelahiran Bali. Ia kuliah di ISI Yogya dengan mengambil jurusan seni murni. Setelah tamat, setelah kepulanganya ...

December 27, 2020
Karya Ida Bagus Tugur yang tersimpan di rumah I Gusti Made Deblog
Arsip Komunitas Gurat Institute
Esai

Lukisan Kacang Goreng || Mengenang Ida Bagus Tugur melalui I Gusti Made Deblog

Awal dekade 70-an, sebuah proyek ambisius mulai dikerjakan di Taman Werdhi Budaya Art Centre yang berlokasi di Jalan Nusa Indah, ...

December 22, 2020
Ilustrasi tatkala.co | Nana Partha
Esai

Sakit Maag Lama dan Sulit Tidur, Bisa Jadi Psikosomatis

Kali ini saya ingin menulis tentang satu gangguan yang sering sekali muncul di tengah situasi yang serba tidak pasti seperti ...

May 15, 2020
Wulan Dewi Saraswati | @sarasvati_tarotbali
Esai

Mengintip Masa Depan Lewat Tarot, Candu atau Permainan?

Masa depan adalah hal unik yang ingin diketahui. Terlebih lagi, ketika kegalauan muncul akibat ketidakpastian akan hari esok. Bekonsultasi dengan ...

April 29, 2020
Esai

Investasi Politik dan Ingatan Pemilih dalam Kontestasi Pemilu

Di dalam masyarakat yang rasional, kontestan pemilu perlu investasi politik bertahun-tahun sebelum mencalonkan diri sebagai kontestan pemilu dan kemudian dapat ...

April 16, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jaja Sengait dari Desa Pedawa dan benda-benda yang dibuat dari pohon aren [Foto Made Saja]
Khas

“Jaja Sengait” dan Gula Pedawa | Dan Hal Lain yang Bertautan dengan Pohon Aren

by Made Saja
February 25, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Iin Valentine | Teater Kalangan
Esai

Mencari Titik Temu antara Lintasan Teater dan Sekitarnya

by Iin Valentine
February 25, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (155) Dongeng (11) Esai (1410) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (340) Kiat (19) Kilas (196) Opini (477) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (101) Ulasan (336)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In