12 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Refleksi Visual Made Sudana

HartantobyHartanto
May 12, 2025
inUlas Rupa
Refleksi Visual Made Sudana

Made Sudana, "Segaragunung", mix media on canvas (croping oleh tatkala)

JUDUL Segara Gunung karya Made Sudana ini memadukan dua elemen alam yang sangat ikonikal: lautan dan gunung. Dalam tradisi Bali, gunung sering kali dianggap sebagai tempat suci, lambang stabilitas, dan sumber kehidupan yang suci. Sedangkan lautan menunjukkan kebesaran, kedalaman, dan aliran energi kehidupan. Penggabungan kedua unsur ini bukan hanya mengundang perenungan tentang kekuatan alam, tetapi juga mengingatkan kita pada ritual dan filosofi leluhur yang kerap kali menyatu dengan elemen alam dalam upacara keagamaan di Bali. Di Bali, kedua tempat ini sangat di sucikan. Dimana “Segaregunung” merupakan simbol dari lingga dan Yoni,  dalam pertemuan ini dipercaya akan memunculkan suatu energi.

Karya ini memadukan simbolisme tradisional dan estetika modern  yang dalam dan dimensi spiritual – merupakan hubungan antara gunung dan laut. Ini, secara kosmologis di Bali dihormati sebagai tempat sakral. Karya Made Sudana ini menangkap makna transendental, mengacu pada simbol lingga dan yoni—representasi kesatuan antara maskulin dan feminim.

Dari segi simbolis, karya ini tampak sebagai jalinan narasi antara kekuatan alam dan spiritualitas masyarakat Bali. Lapisan-lapisan tekstur dan penggunaan media campuran mengisyaratkan proses pelapisan makna—sebagian pengamat dapat membaca ini sebagai representasi dari perjalanan spiritual, di mana unsur keras (gunung) bertemu dengan unsur cair (laut). Keterlibatan objek pelepah sebagai elemen tiga dimensi seolah menjadi jembatan yang menghubungkan konsep abstrak tersebut dengan realitas fisik, mengajak pengamat untuk merenungkan hubungan antara materialitas dan transendensi. Penataan yang tersusun seakan mengundang kita menyelami proses kontemplatif yang mirip dengan ritual penyucian dalam tradisi Bali, di mana unsur-unsur alam dimanifestasikan sebagai simbol dari perjalanan batin manusia.

Dengan ukuran 246 x 216 cm dan bahan acrylic di atas kanvas, karya ini memberi ruang ekspresi yang luas, menciptakan suasana yang imersif (pengalaman yang mendalam dan menyeluruh) untuk penikmat seni. “Segaregunung” sebagai tema menghubungkan dua elemen alam yang kontradiktif tapi saling melengkapi. Dalam konteks Bali, harmoni ini mencerminkan keseimbangan dalam kehidupan spiritual dan material. Penekanan pada pertemuan antara gunung dan laut menunjukkan perpaduan dua kekuatan besar yang melambangkan dinamika dan keseimbangan alam semesta.

Karya ini digelar pada perhelatan 29 tahun Kelompok Seni Galang Kangin (KSKG) di Neka Art Museum Ubud, dari tanggal 18 April hingga 18 Mei 2025. Pameran senirupa ini bertema “Metastomata : Metamorphosis Manifesto Galang Kangin”, diikuti oleh 12 perupa anggota KSKG, dan 3 orang perupa undangan. Tema tersebut, sebagai langkah merefleksikan manifesto Galang Kangin yang digagas antara KSKG dan Thomas Freitag pada 21 Juni 2002.

Made Sudana, “Ayam”, mix media, acrylic, & klase, 2025

Seni rupa kontemporer sering kali mencerminkan konteks ruang dan waktu, serta mengintegrasikan elemen budaya lokal dengan eksplorasi konsep global. Dalam hal ini, karya Made Sudana yang mengangkat simbol lingga dan yoni sebagai representasi kesatuan energi penciptaan dapat dilihat sebagai upaya untuk menghubungkan tradisi Bali dengan wacana seni rupa kontemporer yang lebih luas.

Pendekatan seni rupa kontemporer juga memungkinkan interpretasi yang lebih fleksibel, di mana karya seni tidak hanya dilihat dari aspek visual, tetapi juga dari makna filosofis dan spiritual yang terkandung di dalamnya. Elemen-elemen seperti pelepah pisang yang digunakan dalam karya ini menunjukkan eksplorasi media campuran, yang merupakan ciri khas seni rupa kontemporer.

Kanvas yang tidak konvensional dengan sudut-sudut yang unik menunjukkan eksplorasi bentuk yang melampaui batas tradisional. Seni rupa kontemporer sering kali melawan norma estetika dengan menghadirkan inovasi dalam bentuk dan media – seperti pada pilihan kanvas dengan beberapa sudut, kreasi Made Sudana ini. Karya ini tidak hanya menarik secara visual tetapi juga mengandung makna filosofis personal Sudana, yang mendalam.

Karya  lukisan abstrak  Made Sudana ini,  memiliki tekstur kaya dan penggunaan warna yang dinamis. Latar belakangnya didominasi oleh warna abu-abu dengan percikan merah, biru, kuning, dan hijau, menciptakan kesan gerakan dan kedalaman. Teknik sapuan kuas dan percikan cat yang digunakan memberikan nuansa ekspresif dan spontan. Selain itu, terdapat elemen tiga dimensi seperti sudah saya sebutkan di atas, yakni berupa potongan pelepah pisang yang ditempelkan pada kanvas. Ini menambah aksentuasi, dimensi dan karakter unik pada karya ini. Karya-karya Made Sudana memang sering kali mencerminkan eksplorasi tekstur dan bentuk,

Karya Segara Gunung ini mengundang penikmat seni untuk mempertanyakan keberadaan dan peran elemen alam dalam perjalanan spiritual serta kehidupan sehari-hari. Melalui penggunaan warna yang kontras, tekstur yang kaya, dan integrasi media yang inovatif, Made Sudana menawarkan refleksi visual yang menantang—sebuah undangan untuk merenung tentang hubungan mendalam antara manusia, alam, dan tradisi yang hidup di dalamnya. Karya ini tidak hanya bercerita tentang keindahan alam, tetapi juga tentang perjalanan batin dan pemaknaan ulang terhadap simbol-simbol mistis yang melekat pada budaya Bali.

Sebagai perbandingan proses kreatif Made Sudana, mari kita simak karyanya yang lain, yang bertajuk ;  “Kegelapan Pasti Berakhir”. Ini merupakan sebuah manifestasi visual yang mendalami perjalanan emosional—dari keputusasaan menuju harapan. Dalam karya abstrak ini, penggunaan palet warna gelap seperti hitam dan abu-abu mendominasi, kemudian diselingi dengan semburat warna hangat seperti merah dan oranye serta aksen biru. Kombinasi tersebut menciptakan dialog visual antara kegelapan yang tampak menyesakkan dengan percikan cahaya yang muncul sebagai simbol pembaruan dan semangat.

Made Sudana, “Tanah Merah”, 2022

Komposisi lukisan yang diterapkan terasa dinamis berkat tekstur cat yang kental dan penggunaan sapuan kuas yang ekspresif. Bentuk-bentuk abstrak yang seolah bergerak mengarahkan pengamat untuk merasakan keberadaan sebuah transisi—seperti pergerakan alam dari malam ke fajar, di mana setiap lapisan warna mengisahkan perjalanan menuju pencerahan. Ukuran kanvas yang besar 180 x 140 cm juga menambah intensitas pengalaman visual, seakan mengajak penikmatnya terlarut dalam narasi emosi dan waktu.

Pilihan warna dalam karya ini tidak hanya berfungsi sebagai elemen estetika, melainkan juga sebagai metafora yang mendalam. Warna hitam dan abu-abu menggambarkan rasa berat, kerap kali identik dengan kesendirian atau beban batin, sementara semburat merah dan oranye menyiratkan energi, keberanian, dan semangat yang perlahan merebut kembali ruang dari keputusasaan. Aksen biru, di sisi lain, memberikan sentuhan ketenangan dan stabilitas yang mengimbangi kekuatan emosional warna-warna lain, sehingga tercipta harmoni meskipun pada awalnya tampak penuh konflik.

Menurut saya, dalam seni rupa, analisis warna merupakan salah satu aspek penting untuk memahami makna, komposisi, dan dampak visual sebuah karya. Pendekatan ini berdasarkan hubungan warna dalam lingkaran warna (color wheel) dan prinsip dasar seperti warna primer, sekunder, dan tersier. Analisis ini juga mencakup konsep harmoni warna seperti komplementer, analog, triadik, dan tetradik untuk memahami efek visualnya. Pendekatan psikologi warna ini berfokus pada efek emosional dan psikologis yang ditimbulkan oleh warna. Misalnya, merah sering dikaitkan dengan gairah atau kemarahan, biru dengan ketenangan, dan kuning dengan kebahagiaan. Psikologi warna membantu dalam memahami bagaimana warna dapat membentuk persepsi dan perasaan dalam karya seni.

Lebih lanjut, mari kita simak karya Made yang bertajuk : “Tanah Merah”. Menurut saya, pada karya ini tempak jelas kemampuan Made dalam mengolah saturasi (intensitas warna). Selain itu, juga menunjukkan kemampuan Made dalam ‘memainkan’ gradasi. Karya ini menampilkan dominasi warna hitam, abu-abu, dan putih. Warna merah tidak terlalu mencolok secara visual, tetapi memiliki muatan simbolis yang kuat. Dalam konteks “Tanah Merah,” warna ini dapat diinterpretasikan sebagai representasi dari energy kehidupan. Namun bisa juga diasosiasikan dengan tanah yang gersang, kaya mineral, namun juga keras dan tidak mudah ditaklukkan.

Meskipun karya ini tampak abstrak, namun penempatan elemen-elemen visual memberikan nuansa tertata yang menggambarkan bahwa meskipun alam tampak liar, sebenarnya terdapat struktur dan harmoni di balik setiap retakan dan lapisan. Garis dan bentuk yang saling berinteraksi dengan sapuan warna merah, hitam, dan abu-abu mengundang penikmat untuk ‘membaca’ narasi visual tentang pertemuan antara kehidupan yang keras dan kebijaksanaan yang menghidupkan alam.

Made Sudana, “Kegelapan Pasti Berakhir”, aclyric on canvas

Karya Made Sudana kerap menonjolkan tekstur yang terasa  berlapis, yang mengingatkan pada lapisan waktu, sejarah, dan kealamian. Ini mengingatkan saya pada karya-karya Gerhard Richter. Pelukis Jerman ini juga dikenal dengan teknik penggunaan lapisan cat yang tebal dan paduan material yang bertekstur, sehingga menciptakan kesan mendalam sekaligus kontemplatif. Kedua seniman dengan cara ini, merefleksikan pengaruh fisik alam terhadap karya mereka. Ini menandakan mereka punya hubungan emosional yang kuat dengan “tanah” atau bumi.

Sementara itu, Gerhard Richter terkenal dengan teknik alat bilah (squeegee) yang menghasilkan lapisan-lapisan cat dengan efek kabur dan ambigu. Pendekatan Richter terhadap warna—di mana ia mengeksplorasi ketidaktegasan dan proses penyembuhan melalui waktu—dapat dihubungkan dengan cara Sudana menampilkan narasi transformasi dalam karya-karyanya. Walaupun tekniknya berbeda, keduanya sama-sama mengajak audiens untuk menyelami perbedaan antara realitas yang tampak dan emosi yang tersembunyi di balik lapisan cat.

Made Sudana, “Segaragunung”, mix media on canvas

Perbandingan karya Made Sudana dan Gerhard Richter, memang tak bisa sama persis. Baik secara teknis, konten, maupun visual akhir. Sebab, bisa kita lihat bahwa seniman internasional seperti Richter seringkali menggunakan tekstur, lapisan, dan simbolisme warna untuk mengungkapkan perjalanan emosional serta kontemplasi atas masa lalu dan alam.

Sementara itu, karya Made Sudana — dengan kekayaan warna dan tekniknya — menyatu dalam tradisi global yang menekankan ekspresi batin dan hubungan manusia dengan kekuatan alam. Setiap perbandingan membuka ruang bagi interpretasi yang lebih luas – apakah kita merasakan refleksi visual karya “tanah merah” Sudana ini sebagai lambang kehidupan yang keras, atau sebagai medium untuk merenungkan keberadaan yang lebih mendalam?

Apakah elemen gestural dan lapisan pada karya-karya tersebut mengundang kita untuk kembali ke kenangan atau refleksi pribadi tentang perjalanan hidup? Nah, ini menarik untuk didiskusikan dengan perupanya, tentunya. [T]

  • Sejumlah referensi diambil dari sejumlah sumber

Penulis: Hartanto
Editor: Adnyana Ole

  • BACA JUGA
Satire Visual Wayan Setem
‘Semiotika Senirupa’ Ardika
‘Tangis Alam’ Agus Murdika
Orkestra Warna Wayan Naya
Dewa Soma Wijaya, Penjaga Budaya Lama
Kosa Poetika Senirupa Anak Agung Gede Eka Putra Dela
Trimatra Galung Wiratmaja
Selilit: Perlawanan Simbolik Ketut Putrayasa
Memorial Made Supena
Tags: Komunitas Galang KanginPameran Seni RupaSeni Rupa
Previous Post

Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

Next Post

Pendekatan “Deeflearning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Hartanto

Hartanto

Pengamat seni, tinggal di mana-mana

Next Post
Pendekatan “Deeflearning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 

Pendekatan “Deeflearning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Refleksi Visual Made Sudana

by Hartanto
May 12, 2025
0
Refleksi Visual Made Sudana

JUDUL Segara Gunung karya Made Sudana ini memadukan dua elemen alam yang sangat ikonikal: lautan dan gunung. Dalam tradisi Bali,...

Read more

Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

by Sonhaji Abdullah
May 12, 2025
0
Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

DI Sekolah, fenomena bullying (dalam bahasa Indoneisa biasa ditulis membuli) sudah menjadi ancaman besar bagi dunia kanak-kanak, atau remaja yang...

Read more

Pulau dan Kepulauan di Nusantara: Nama, Identitas, dan Pengakuan

by Ahmad Sihabudin
May 12, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

“siapa yang mampu memberi nama,dialah yang menguasai, karena nama adalah identitas,dan sekaligus sebuah harapan.”(Michel Foucoult) WAWASAN Nusantara sebagai filosofi kesatuan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pendekatan “Deeflearning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deeflearning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co