DI bawah cerah langit kemarin, ruang-ruang kelas di SMPN 2 Sawan tampak kosong. Segala suara ramai yang lalu-lalang, suasana romantis yang bikin histeris, sampai sepilihan kata-kata yang bikin merinding tumpah ruah di lapangan sekolah.
Pagi itu, lebih dari delapan ratus pasang mata tertuju pada siswa-siswi yang melenggak-lenggok di lapangan. Mereka menjadi model berseragam sekolah yang baik dan benar dalam ajang lomba fashion show seragam sekolah serangkaian kegiatan akhir semester ganjil tahun pelajaran 2024/2025, Kamis, 14 November 2024, kemarin. Acara ini juga dalam rangka perayaan HUT ke-40 SMP Negeri 2 Sawan yang jatuh pada tanggal 20 November nanti.
Sebanyak 20 pasang siswa perwakilan kelas VII, VIII, dan IX melangkah dengan gagah dan anggun. Mereka bergantian tampil mengenakan seragam sekolah hari Senin (putih-biru), Selasa (batik), dan Rabu (Pramuka).
Saat berada pada titik pusat pandang dari kerumunan siswa dan guru, mereka saling beradu adegan. Tampak satu pasangan saling bergantian mengenakan topi Pramuka. Ada juga yang memberi pasangannya seikat bunga. Saling melempar senyum ranum. Seperti kejutan membuat semua takjub. Memantik tepuk tangan. Histeris.
“Bikin salting,” cerita Kadek Indah Dwi Pertiwi siswa kelas VII F dengan gemas, Jumat (15/11/2024) pagi, menanggapi adegan romantis—Krisna saat menyerahkan seikat mawar putih kepada pasangannya, Elsa,—perwakilan kelas VII D.
Lantas bagaimana dengan peserta? Seperti apa perasaan mereka mengikuti jalannya kegiatan?
Pastinya timbul rasa deg-degan bercampur aduk dengan rasa senang. Bagaimana tidak bahagia, ada rasa bangga karena bisa terpilih dan dapat tampil di hadapan ratusan siswa. Sungguh pengalaman berharga yang akan melekat dalam setiap ingatan mereka.
“Seru sih Pak, banyak yang ikut. Pakaiannya juga beragam. Variasinya keren-keren. Ada yang ngasi bunga,” kata Made Widi Pangestu, peserta perwakilan kelas VIII G.
Fashion show dengan pakaian sekolah | Foto: Dok panitia
Aksi romantis siswa pada fashion show | Foto: Dok. panitia
Ia berharap kegiatan seperti ini bisa diadakan lagi pada waktu-waktu mendatang. Tapi dengan pakaian yang berbeda.
“Kalau ada lagi mungkin pakaiannya bukan pakaian sekolah saja. Mungkin pakaian adat Bali atau pakaian bebas,” katanya dengan senang.
Kegiatan fashion show, kata kepala sekolah, dilaksanakan dalam rangka HUT SMPN 2 Sawan untuk menumbuhkan lingkungan sekolah yang lebih kondusif.
“Untuk menanamkan kedisiplinan, mengapresiasi siswa, dan juga menanamkan rasa kebanggaan terhadap identitas sekolah,” kata Kasek Ni Nyoman Kartikawati, S.Pd., melalui pesan singkat, Jumat (15/11/2024).
Apakah kegiatan ini diselenggarakan karena tingkat indisipliner berpakaian siswa yang masih tinggi?
Wakasek Kesiswaan, Ketut Suwara S.Pd.B., mengatakan kesadaran siswa dalam berpakaian sudah semakin meningkat. Namun, ia tidak memungkiri jika masih ada beberapa siswa yang melanggar tata tertib berpakaian dengan berbagai alasan. Namun, jumlahnya semakin sedikit.
“Itulah yang menjadi alasan melaksanakan kegiatan ini untuk lebih menyadarkan kembali bagaimana pentingnya mentaati tata tertib sekolah untuk menciptakan suasana belajar yang nyaman bagi semua siswa,” ungkapnya.
Setelah kegiatan fashion show itu, suasana di lapangan yang riuh mendadak tenang. Kali ini semua tertuju pada seorang siswi yang melangkah dengan pelan. Di tangannya ada secarik kertas tertulis sajak yang ia genggam erat. Langkahnya terhenti di depan stan mic di tengah lapangan. Ia adalah Marvlylia Devani Naramessakh. Siswa kelas VII B yang akrab disapa Vivi.
Vivi membaca puisi | Foto: Dok. panitia
Pebri membaca puisi | Foto: Dok panitia
Tak lama kemudian, pembacaan puisi telah dimulai. Kata demi kata pada sajak Mengeja Singaraja karya Wulan Dewi Saraswati dibaca sekuat kepak sayap, kuku, dan taring Singaraja. Seperti saat ia membawakan puisi itu di panggung lomba baca puisi tingkat SD pada Singaraja Literary Festival (SLF) tahun 2023. Keberhasilannya mengeja perasaan Wulan saat itu, membuat dewan juri mengapresiasinya sebagai pembaca terbaik II.
Tepuk tangan mengiringi langkah Vivi meninggalkan lapangan. Tapi puisi tak berhenti sampai di sini. Semua kembali tenang bahkan tegang saat puisi Suara Saking Sétra karya Madé Sanggra mulai dibacakan oleh Ni Luh Pebri Ani Suwarsini, siswa kelas VIII A yang merupakan salah satu siswa berprestasi SMPN 2 Sawan.
Seperti mendapat restu matahari yang memancar ke lapangan, dengan penuh penghayatan puisi yang ia baca mampu membius seisi lapangan. Seperti saat ia berhasil membuat semua yang hadir di Kalangan Angsoka Taman Werdhi Budaya Art Centre, Februari 2024 lalu, berdiri bulu kuduknya. Saat itu, ia berhasil meraih juara II Wimbakara Ngwacen Puisi Bali Anyar Bulan Bahasa Bali 2024, setelah membawakan puisi berjudul Bali karya Ngurah Yudha Panik dan Suara Saking Setra. Rekaman videonya dapat ditonton di saluran youtube SMPN 2 Sawan: @smpn2sawan.
“Bikin merinding,” kata Ni Made Yuliani, S.Pd., guru PJOK, setelah menyimak pembacaan puisi khususnya saat Pebri menampilkan suara ngeréh yang magis itu.
Oh ya, pada SLF tahun 2023 lalu, Pebri juga menjadi satu di antara 10 peserta berbakat pada ajang lomba baca puisi tingkat SMP. Dua siswa jebolan SLF yang menjaga nyala api puisi di sekolah yang terletak di Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan, Buleleng, itu.
Mengapa Vivi dan Pebri menyukai puisi? Bukankah masih banyak yang memandang sastra (puisi, cerpen, dan karya fiksi lainnya) sebelah mata, tak lebih penting dari IPA atau Matematika?
“Puisi membuat saya bisa mengekspresikan diri melalui selembar kertas,” kata Vivi menjawab pertanyaan dari Nyoman Weda Safitri, S.Pd., guru yang memandu acara.
Sedangkan menurut Pebri, puisi sebagai media untuk mengungkapkan perasaan dengan jujur. Mewakili rasa suka, duka, sedih maupun senang.
“Puisi dapat mewakili isi hati,” katanya dihadapan teman-temannya.
Apa yang diungkapkan Vivi dan Pebri, benar. Sains dan sastra sama pentingnya. J.S. Khairen—penulis peraih penghargaan Best Writer of the Year 2024 dari IKAPI—, seperti dikutip dari akun mendosnya mengatakan jika bacaan non-fiksi dapat mengasah nalar dan pemikiran. Maka bacaan fiksi dapat mengasah empati dan komunikasi.
Saya (penulis) bersama Pebri (tengah) dan Vivi (kanan) seusai baca puisi | Foto: Dok. panitia
Nah, kembali lagi ke suasana di lapangan. Setelah puisi membangkitkan imaji, riuh seru hidup kembali. Anak-anak riang bernyanyi mengikuti alunan lagu yang dibawakan oleh guru-guru dan pegawai.
Kemarin, selain anak-anak, pendidik dan tenaga kependidikan juga diadu mentalnya dalam lomba karaoke antarguru dan pegawai. Dengan membawakan lagu andalan masing-masing, 8 guru perwakilan MGMP, 2 perwakilan sekuriti, dan 1 perwakilan staf TU, bergantian menunjukkan suara emasnya di hadapan dewan juri. Oh ya, sebelum lomba dimulai, Wakasek Sarana dan Prasarana, I Gusti Bagus Paramartha, S.Pd., pun turut berpartisipasi menyumbang satu lagu memanaskan semangat para peserta.
Salah satu dewan juri, Ni Ketut Ratnaningsih, S.Pd., guru Bahasa Inggris yang juga pembina ekstrakurikuler vokal ini mengatakan semua peserta memiliki warna suara yang bagus. Hanya saja masih kurang improvisasi.
“Misalnya saat interlud harus ada improvisasi, huu… huu… atau yee…yee… Nada bisa diubah, ditinggikan satu oktaf atau diturunkan satu oktaf,” kata guru yang akrab dipanggil Bu Ratna ini memberi penjelasan, saat ditemui Jumat (15/11/2024) pagi.
Wakasek Kesiswaan, Ketut Suwara, S.Pd.B. | Foto: Dok. panitia
Komang Budiman, Sekuriti sekolah | Foto: Dok. panitia
Apakah hal ini karena ada rasa canggung tampil di hadapan orang banyak yang juga dialami oleh guru dan pegawai?
“Sebuah pengujian mental bagi saya. Walau sedikit grogi tapi luar biasa sangat senang sekali. Anak-anak juga bergembira,” ungkap Komang Budiman, securiti sekolah, melalui pesan singkat, Jumat (15/11/2024), menanggapi penampilannya kemarin.
Yang pasti semua terlibat. Semua senang. Rutinitas belajar mengajar di kelas, tumpukan berkas surat dan laporan di ruang TU kadang membuat hati dan otak menjadi sedikit penat. Fashion show seragam sekolah, baca puisi, dan karaoke adalah katarsis bagi warga sekolah. Apalagi merayakan HUT sekolah adalah bagian dari perwujudan rasa cinta pada lembaga.
Serunya HUT SMPN 2 sawan | Foto: Dok. panitia
Pada tanggal 20 November 2024 nanti, SMPN 2 Sawan menapaki usia yang ke-40 tahun. Sebuah perjalanan yang panjang. Penuh dengan kenangan. Sayang jika tak direnungi dengan mendalam sebagai penguat prestasi yang akan datang.
Kepada warga sekolah, selamat merayakan HUT ke-40 SMP Negeri 2 Sawan. Semoga SMPN 2 Sawan semakin jaya dan eksis. [T]
Penulis: Komang Sujana
Editor: Adnyana Ole