TIDAK DUA, bukan juga tiga, tapi bisa saja jadi empat. Yups, betul sekali! Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang bisa saja diramaikan oleh 4 (empat) pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden. Siapa saja mereka? Ada Anies Baswedan, Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo—mereka adalah tiga nama teratas yang selalu muncul di setiap survei. Lalu siapa yang keempat? Dia adalah Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto.
Partai Golkar terlihat masih begitu setia dengan hasil Munas tahun 2019 yang menghasilkan beberapa poin penting, yakni kembali terpilihnya Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum periode 2019-2024, menyerahkan strategi koalisi dan pemenangan Pemilu 2024 kepada Ketua Umum, dan mengusung Ketua Umum sebagai capres pada Pemilu 2024 mendatang. Pasca keputusan tersebut, baliho-baliho Airlangga Hartarto dengan tagline “Kerja Untuk Indonesia” menjamur di seluruh wilayah Indonesia. Tetapi nampaknya hal tersebut belum juga berhasil mengangkat elektabilitas Airlangga sebagai capres pada Pemilu 2024 mendatang.
Hasil terbaru dari beberapa lembaga survei pun tidak memberi kabar baik untuk Airlangga Hartarto. Hasil surveinya bahkan tidak menyentuh angka 1 persen. Misalnya, hasil survei dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) menempatkan Airlangga di posisi ke-9 dengan elektabilitas 0,7 persen—di lembaga survei yang sama, Airlangga bahkan hanya memperoleh 1,6 persen di posisi cawapres, kalah dengan Ridwan Kamil (19,5 persen), Sandiaga Uno (14,4 persen), dan AHY (11,6 persen).
Dalam survei terbaru dari Indikator Politik Indonesia, Airlangga juga menempati posisi ke-9 dengan perolehan 0,7 persen. Survei ini juga menempatkan Airlangga di posisi 10 dari simulasi 18 nama, dan Airlangga hanya mendapatkan elektabilitas sebesar 2,2 persen untuk posisi cawapres. Kemudian di lembaga survei lainnya, seperti Charta Politica menempatkan Airlangga Hartarto di posisi ke-8 dengan angka yang sama, yakni 0,7 persen. Sedangkan dalam simulasi cawapres, Airlangga hanya mengantongi elektabilitas sebesar 2,2 persen.
Optimisme Golkar
Meski elektabilitas yang dimiliki sangat tidak menguntungkan dan menyulitkan Airlangga Hartarto untuk maju dalam kontestasi, tapi dukungan penuh tampaknya masih terus mengalir dari internal partai Golkar. Ketua Dewan Pakar Partai Golkar, Agung Laksono mengatakan bahwa ia terus mendukung sang Ketua Umum untuk maju dalam kontestasi di Pilpres 2024 mendatang. Ia pun kemudian mengambil contoh Susilo Bambang Yudhoyono (Presiden RI ke-6) yang keluar sebagai pemenang meskipun tidak didukung dengan angka elektabilitas yang baik.
Agung Laksono selaku Ketua Dewan Pakar Partai Golkar mengakui bahwa hasil survei terhadap elektabilitas adalah hal yang penting untuk membantu mengukur elektabilitas seorang bakal capres. Namun hal yang lebih penting menurutnya adalah menjaga soliditas dan kekompakan di dalam partai. Baru-baru ini, Dewan Pakar Partai Golkar mengeluarkan tiga poin rekomendasi yang ditujukan kepada Ketua Umum Partai Golkar. Kira-kira apa saja ya isi dari rekomendasi tersebut?
Pertama, merekomendasikan kepada Airlangga untuk membentuk poros baru di luar koalisi Pilpres yang sudah ada sejauh memenuhi presidential threshold. Kedua, Airlangga sebagai capres yang diputuskan melalui Musyawarah Nasional (Munas) 2019, harus segera mencari pasangan cawapresnya paling lambat sebelum Agustus 2023, dan yang ketiga adalah Airlangga diperintahkan untuk mensosialisasikan diri ke masyarakat dengan menjalankan program Menyapa Rakyat di seluruh Indonesia demi memenangkan Pilpres dan Pileg mendatang.
Poros Keempat Terjadi Dalam Waktu Dekat
Apabila rekomendasi yang dikeluarkan oleh Dewan Pakar Partai Golkar benar-benar dilakukan oleh Airlangga, maka dapat dipastikan bahwa poros keempat akan terbentuk di bulan Juli 2023, atau paling lambat yahh awal Agustus 2023 mendatang. Tapi, apakah Partai Golkar akan dengan mudah membentuk koalisi baru, setelah gagal dengan KIB-nya? Tentu tidak dong! Hahaha.
Meski tidak mudah, bukan berarti tidak mungkin kan? Optimisme itu adalah hal yang masih dijaga oleh Airlangga, dan kawan-kawan. Hm, lantas siapa yang akan dirangkul oleh Partai Golkar untuk membentuk poros baru? Kalau melihat realitas politik hari ini sih, hanya Partai Amanat Nasional (PAN) yang sepertinya bisa diajak bergabung ke poros keempat.
Meski partai yang dipimpin oleh Zulkifli Hasan ini sudah sempat berkomunikasi dengan PDIP dan juga Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR), PAN sepertinya belum mendapat kata sepakat dari dua belah pihak.
Ya, seperti yang sudah tersebar di media, selain ingin bergabung dengan koalisi, PAN juga menawarkan Erick Thohir sebagai kandidat cawapres dari pihaknya. Ya sudah pasti permintaan PAN dipertimbangkan dong, apalagi PAN masuknya belakangan, jadi wajib ambil antrian dulu. Tapi, bukan hal yang tidak mungkin juga Erick yang diusung oleh PAN berpasangan dengan Airlangga yang diusung Golkar juga. Erick yang memiliki angka elektabilitas yang selalu mentereng pasti bisa membantu Airlangga yang secara survei masih terseok-seok.
Naa, jika antara Partai Golkar dan PAN menemui kata “sepakat” terlepas dari berbagai catatanya tentu, maka dapat dipastikan bahwa akan terdapat empat koalisi yang eksis. Dan apabila PAN benar-benar serius mengusung Erick, maka dalam waktu yang sama mereka adalah satu-satunya koalisi yang sudah memiliki nama capres dan cawapres. Memang harus gitu sih, meski muncul belakangan, tapi enggak boleh nanggung untuk kasih kejutan. Hahaha! Jadi menurut kalian, apakah poros keempat benar-benar akan terjadi? [T]
- BACA opini dan esai-esai politik lainnya dari penulisTEDDY CHRISPRIMANATA PUTRA