“Kita sudah tahu bagaimana komitmen Bung Karno terhadap Palestina, baik yang disuarakan dalam Konferensi Asia Afrika, Gerakan Non Blok maupun dalam Conference of the New Emergeing Force.” –Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo
SELURUH PECINTA BOLA di Indonesia pasti ingin menyaksikan Timnas Indonesia tampil di gelaran Piala Dunia. Peluang tersebut sebenarnya datang di tahun 2019, saat Indonesia secara resmi ditetapkan sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20.
Tapi tak disangka dan tak dinyana, mimpi Indonesia untuk tampil di Piala Dunia memang hanya berhenti pada tahap mimpi. Lewat laman resminya, FIFA secara resmi mengumumkan pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 dan sesegera mungkin menunjuk tuan rumah yang baru.
Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 berdasarkan keputusan Dewan Rapat FIFA pada 24 Oktober 2019 di Shanghai, China. Rencananya gelaran ini akan diikuti 24 peserta dan dimulai pada bulan Mei 2023 mendatang.
Gagalnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 disebabkan adanya gelombang penolakan keikutsertaan Israel dalam event ini. PDIP dan Ganjar Pranowo adalah pihak yang menolak dan sangat disoroti oleh publik.
Mengapa sangat disoroti? PDIP adalah partai penguasa di republik ini, dan Ganjar Pranowo adalah sosok yang digadang-gadang akan menjadi Capres dengan elektabilitas yang menjulang tinggi.
Kalau membaca pernyataan PDIP dan Ganjar Pranowo, penolakan mereka berangkat dari kebijakan politik Israel terhadap Palestina hingga hari ini. Dan hal tersebut tidak sesuai dengan semangat Bung Karno, juga tidak sesuai dengan bunyi konstitusi Indonesia, yaitu “Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”. Tapi, benarkah demikian?
Penolakan Berbau Politis
Unsur politis dalam penolakan kali ini tercium semakin kuat oleh warganet setelah mereka mengetahui bahwa sebelumnya delegasi Israel beberapa kali telah mengikuti acara resmi di Indonesia. Sidang Majelis ke-144 Inter-Parliamentary Union (IPU) tahun 2022 di Bali, kemudian beberapa event olahraga lainnya juga mengikutsertakan delegasi Israel.
Lantas, apa sebenarnya perbedaan antara kehadiran Israel di Indonesia sebelumnya dengan kehadiran Israel di gelaran Piala Dunia U-20?
Dilihat oleh banyak orang Indonesia mungkin saja menjadi alasannya. Penolakan ini tentu memberi panggung sangat besar kepada pihak-pihak yang menolak. Dan hal tersebut benar. Terbukti dengan begitu besarnya gelombang kekecewaan rakyat Indonesia kepada Ganjar Pranowo yang diekspresikan lewat kolom komentar media sosialnya. PDIP dan Ganjar Pranowo berhasil menjadi perbincangan publik.
Meski jasadnya sudah terbaring di Blitar, tetapi gagasan-gagasan yang dimilikinya selalu hidup dan selalu diperjuangkan oleh generasi penerusnya. Hal ini terlihat saat PDIP dan Ganjar menggunakan ajaran Sukarno sebagai landasan argumen dalam menolak kehadiran Israel. Dalam kajian sosial, kecenderungan pada popularitas diistilahkan dengan Honne-Nietzchean, yakni orang yang ingin dikenal baik pada ruang-ruang publik. Namun dalam kenyataan, kerap kali kita melihat klaim kepemilikan tokoh bangsa oleh beberapa golongan politik.
Naa, klaim terhadap Sukarno tentu sudah dilakukan oleh PDIP sejak lama. Hal ini tentu tidak lepas dari sang anak, sejak berdirinya PDIP hingga kini menduduki posisi Ketua Umum. Sukarno sendiri dikenal sebagai tokoh yang begitu berjasa bagi bangsa. Figurnya diabadikan dengan patung di pelbagai tempat. Pemikirannya pula masih menjadi pedoman dalam penyelenggaraan negara. Tentu membawa gagasan Sukarno untuk menolak kehadiran Israel diharapkan dapat menguatkan posisi PDIP, utamanya dalam menghadapi Pemilu 2024.
Lalu, apabila mengacu pada asumsi yang disampaikan oleh Rawls dan Habermas dalam bukunya Keadilan Sosial Mewujudkan Politik Moral, dijelaskan bahwa politikus dalam melakukan gerakan politik harus bertujuan membangun bangsa, bukan memenangkan persaingan satu sama lain. Selain itu, moral politik juga harus ditransformasikan dalam komitmen kebijakan—membuat loyal society dengan aksi, bukan janji.
Penolakan terhadap kehadiran Israel dalam gelaran Piala Dunia U-20 bisa jadi adalah sebuah komitmen yang menunjukkan bahwa PDIP dan Ganjar Pranowo setia terhadap konstitusi dan aturan turunan lainnya. Mereka menunjukkan bukti, tidak hanya janji, meskipun penolakan yang dilakukan sangat besar kemungkinannya menurunkan elektabilitas partai maupun sosok Ganjar. Tapi bisa juga penolakan ini mendatangkan berkah bagi PDIP dan Ganjar dalam Pemilu 2024 mendatang.
Jadi, patut ditunggu apa sih dampak yang datang dari penolakan yang dilakukan oleh PDIP dan Ganjar Pranowo ini. Apakah dampaknya akan menguatkan posisi PDIP dan Ganjar di muka publik, atau justru penolakan ini menjadi langkah blunder yang mendatangkan berbagai kesulitan buat PDIP dan Ganjar dalam mencapaik kemenangan fantastis di tahun 2024 mendatang? Ayo kita tunggu bersama. [T]
BACAartikel lain dari penulisTEDDY CHRISPRIMANATA PUTRA