PULANG KE RUMAH setelah capek bekerja melihat si kecil aktif tertawa dan bermain menjadi impian setiap orang tua. Namun adakalanya si buah hati demam apalagi ruam di sekujur tubuhnya. Kepanikan jelas dirasakan para orang tua terlebih si kecil terlihat lemas.
Minggu ini isu campak begitu getol diinformasikan di media cetak dan elektronik. Betapa tidak, campak terjadi pada 31 provinsi di Indonesia dengan angka kejadian campak di tahun 2022 mencapai 3.341 kasus. Jumlah ini meningkat 32 kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Kekhawatiran tentang campak karena efeknya bisa menyebabkan komplikasi yang buruk terutama dengan gizi tidak baik.
Berikut adalah 5 fakta dan serba serbi tentang campak:
1. Campak disebabkan virus
Dari sekian banyak orang tua pasien masih ada yang belum mengetahui dan beranggapan bahwa campak disebabkan oleh bakteri. Padahal campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dari keluarga Paramyxoviridae genus Morbilivirus dan sangat menular.
Virus campak ini menyebabkan epidemi di tahun 1963 yaitu 2.3 juta kematian setiap tahunnya. Akan tetapi dengan adanya campak, sering ditumpangi oleh bakteri-bakteri yang ikut mengambil kesempatan dalam kesempitan sehingga seringkali juga diberikan antibiotik sesuai pertimbangan dokter jika ada bakteri nakal ikut menimbrung.
2. Gejalanya khas dan ruam yang muncul dari belakang telinga
Gejala yang muncul diawali demam tinggi, pilek, batuk, kehilangan nafsu makan, dan konjungtivitis yang termasuk gejala prodromal.
Tanda khas lainnya adanya bintik koplik di pipi bagian dalam. Kemudian stadium erupsi berupa bintik-bintik menjalar ke seluruh tubuh selama 3-7 hari. Terakhir stadium hilangnya ruam-ruam tersebut.
3. Cara penularan Campak
Virus ini menular melalui droplet atau aerosol. Masa penularannya 4 hari sebelum dan setelah muncul ruam. Bisa dibilang fase ini kita sangat rentan tertular.
Campak paling rentan pada usia 1-4 tahun (29.3%) dan paling rendah usia 10-14 tahun (11.6%). Faktor risiko terjadi infeksi virus ini seperti malnutrisi, kurangnya vitamin A, dan imunodefisiensi atau daya tahan tubuh yang kurang kuat.
4. Campak memiliki komplikasi berbahaya
Bersyukur di Jawa dan Bali cakupan vaksin campak sangat bagus yaitu sebesar 81.69% di tahun 2022. Provinsi dengan anka vaksin campak terendah adalah Aceh dengan hanya 38.19% balita mendapatkan vaksin.
Kita patut bersyukur peran orang tua dan pemerintah melalui dinas kesehatan di Bali yang luar biasa di masing-masing kabupaten/kotanya.
Rendahnya cakupan vaksin di beberapa Provinsi dan akhirnya terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) tidak terlepas dari adanya pandemi COVID 19 juga serta pola pikir pihak terkait yang perlu diluruskan manfaat vaksin sehingga tidak terjadi 2023 KLB lagi di berbagai daerah.
Dengan 12 provinsi sudah ditetapkan oleh Kemenkes terjadi KLB di daerahnya, potensi komplikasi campak yang berbahaya meliputi infeksi telinga, diare, radang paru/pneumonia, radang otak/ensefalitis. Campak juga bisa terjadi pada orang dewasa. Pada ibu yang hamil dapat menyebabkan risiko keguguran, bayi lahir premature, kematian saat lahir, dan bayi yang lahir dengan campak.
5. Vaksin Campak dan vitamin A
Campak dapat dicegah. Sejarah membuktikan ketika tahun 1980-an dilakukan 1 kali vaksin campak di Amerika Serikat, namun karena masih ada kasus campak pada usia anak sekolah sehingga tahun 1989 dosis kedua diberikan.
Berkat vaksin jumlah campak menurun menjadi 150 kasus per tahun di tahun 2001 dibandingkan sebelumnya 3-4 juta kasus tiap tahunnya. Vaksin campak diberikan sebanyak minimal 2 kali karena sekitar 15% anak gagal mendapatkan imunitas dengan vaksin pertama.
Di atas sering menjadi fokus adalah adanya defisiensi, salah satunya yang menjadi perhatian adalah vitamin A. Hal ini karena enurut penelitian ketika terjadi defisiensi vitamin A pada kasus campak maka risiko mengalami kebutaan dan kematian. Sehingga dosis tinggi vitamin A dosis tunggal sebesar 200.000 IU untuk anak usia >12 tahun dan 100.000 IU untuk anak <12 tahun menjadi bagian pengobatan yang direkomendasikan.
Urusan antibiotik dan obat lainnya, biar para dokter yang pusing, hehe. Bapak/Ibu cukup kejar dan disiplin melakukan vaksinasi kepada buah hatinya. Salam. [T]
“Hidup itu bukan soal panjang pendeknya usia, tapi tentang seberapa besar kita dapat membantu orang lain” –Sutopo Purwo Nugroho