Hari Jumat, 29 April 2022 kami rutin melakukan olahraga futsal. Dalam futsal terdiri dari 5 orang yaitu penjaga gawang dan 4 pemain lain. Pada awalnya dengan mudah kami melakukan cetak gol kepada lawan, namun mulai 15 menit ke atas kami semakin lelet/tidak cepat dalam menggiring bola maupun membendung pergerakan lawan.
Pada akhirnya kami kalah karena kecepatan dan kelincahan menurun sehingga lawan gampang mencetak gol. Agility tim hanya di awal, sisanya menurun dan tak tersisa.
George Bernard Shaw mengatakan bahwa “Progress is impossible without change and those who cannot change their minds cannot change anything”. Hal ini sangat sejalan dengan ilustrasi di atas bahwa di permainan futsal saja terjadi perubahan skor, begitu pula dalam pelayanan publik yang lebih luas dan lebih kompleks.
Menurut Profesor Rhenald Kasali, agility merupakan kemampuan yang dibangun secara kontinu untuk merespon perubahan dengan tangkas, efektif, tepat waktu, dan berkelanjutan.
Untuk membangun ketangkasan ini diperlukan tantangan seperti: a). Interdependency (semua elemen yang saling berkaitan) b). Fluidity (cair, bebas, dan fleksibel untuk bisa beradaptasi) c). Speed (memerlukan eksekusi yang cepat dan tepat) d). Validity (memerlukan data yang akurat dan cepat dalam membentuk keputusan).
Tentu pertanyaan selanjutnya, bagaimana membentuk pelayanan publik yang agility? Kita bisa melakukan LEAD Formula. L atau Leveragemaksudnya adalah untuk membuat pelayanan publik diperlukan efek pengungkit yaitu orang tepat di posisi yang tepat.
Hal ini memerlukan mental-mental tim dengan mental driver karena tim seperti inilah yang akan mampu mencapai prioritas-prioritas strategis. E atau Environmentyaitu iklim, suasana, atmosfer atau budaya yang baik dalam suatu pelayanan publik. Tentu saja ibarat singa yang bisa berlari kencang memerlukan suasana atau lingkungan yang sesuai. Singa tak akan bisa berlari cepat di lingkungan becek kan.
A atau Alignment merupakan sangat penting yaitu untuk membentuk tim yang solid memerlukan hubungan vertikal dan horizontal yang seimbang. Terakhir yaitu D atau Drive yaitu karakter dari orang-orang grade A yang tidak hanya pintar namun juga yang bergerak tangkas dan tidak mendiamkan masalah tetap menjadi masalah. Tentu teori tak seindah kenyataan, aka nada orang-orang resisten yang memerlukan pengarahan mindset agar sesuai tujuan organisasi.
Ada ungkapan dari Diplomat Prancis, Charles Maurice de Talleyrand yang mengatakan, “Seratus kambing yang dipimpin oleh seekor singa akan lebih berbahaya dibandingkan dengan seratus singa yang dipimpin seekor kambing”.
Pelayanan publik yang berkarat memerlukan oli di setiap sendinya dan agar kaki serta tangan cepat bergerak, kepala menjadi sangat penting melihat hingga ke ekor untuk memastikan arah sesuai visi misi yang diinginkan. Kadangkala reward juga penting untuk setiap sel mulai dari kepala hingga ujung kuku.
Dalam ilmu kedokteran ada istilah myelin yang merupakan salah satu bagian dalam sel saraf yang memungkinkan arus data yang akan tersampaikan lebih cepat mencapai tujuan. Myelin ini ibarat kejujuran dalam organisasi.
Jujur dalam absen datang dan pulang, jujur dalam keramahan melayani sepenuh hati, dan jujur dalam menyatakan pendapat/inovasi maupun jujur yang lainnya. Jangan sampai ide bagus tak ada yang tahu karena ide terjelek adalah ide yang tidak tersampaikan. Siapkah kita merawat myelin-myelin ini dalam pelayanan publik?
“Some people don’t like change, but you need to embrace change if the alternative is disaster” –[Elon Musk]–