Salah satu yang menarik dari menikmati sebuah karya lukis adalah memahami bagaimana proses seorang seniman untuk menghasilkan karya. Menebak benih apakah yang membuat karya itu lahir serta menelisik jiwa yang terhembuskan dalam karya hingga menjadi satu kesatuan yang kemudian hidup di ingatan para penikmat karya.
Dalam menjalani proses, tiap seniman menempuh langkahnya bertemankan obsesi masing-masing. Tak jarang sebagian dari mereka justru menitikberatkan pada pencarian-pencarian sembari menuangkan kegelisahan hingga terwujudlah sebuah karya, tanpa terpaku pada pakem-pakem normal melukis. Tak jarang memunculkan karya yang unik dan tak biasa serta justru menjadi identitas sang pelukis. Sebagian menyebutnya sebagai outsider art.
Maclagan mendefinisikan Outsider Art sebagai seni yang diciptakan oleh orang-orang yang tidak mengikuti ekspektasi sosial dalam hal nilai-nilai dan definisi kenormalan hingga para penciptanya sendiri tidak merasa atau mengklaim dirinya adalah seniman. Namun mereka tetap gigih berproses dan membawa sebuah karya hingga bisa dikatakan selesai.
Keinginan untuk mengapresiasi proses dan ketekunan berkarya melalui langkah dan pakem yang diyakini, menjadi pencetus hadirnya pameran lukisan ini, yang kami berikan nama Silang Sengkarut. Pilihan jatuh pada tiga orang sahabat yaitu Wayan Jengki Sunarta, Bonk Ava dan Mediana Ayuning.
Wayan Jengki Sunarta adalah seorang penyair yang telah menemukan dirinya dalam puisi, dia telah melebur dalam deretan kata-kata, hingga puisi adalah Jengki dan Jengki adalah puisi. Belakangan ini dia seolah sedang membiarkan dirinya dimabuk oleh goresan garis serta perpaduan warna.
Dalam lukisan-lukisannya Jengki seolah sedang menjalani sebuah tingkatan lebih lanjut sesudah puisi, tanpa meninggalkan kenakalan jiwa mudanya. Dia tidak sungkan menampilkan isi hatinya di atas media, tanpa maksud menyembunyikan. Menyaksikan karya Jengki adalah melihat bagaimana romantisme berbaur dengan penemuan jati diri tanpa melepaskan “kenakalan” yang selalu hidup dalam jiwanya hingga kini.
Sedangkan pada lukisan karya Bonk Ava, kita akan menikmati ekpresi kegelisahan pada suatu keadaan, eksplorasi kreatifitas serta perbauran “kepolosan”. Jika Jengki lugas, nakal dan jahil, maka Bonk polos apa adanya, lurus, naif.
Eksplorasi kreatifitas Bonk, terlihat pada jelinya ia memanfaat media: kertas kado, bungkus rokok, dan kotak korek api kayu pun disikat olehnya. Semua itu kemudian berpadu pada permainan warna yang cenderung cerah sehingga ekspresi kegelisahan yang ingin ditampilkan “seolah” seperti hal ringan yang bisa kita tertawakan bersama, yang akan sirna seiring dengan berakhirnya tawa.
Mediana Ayuning kemudian akan mengajak kita berwisata jauh ke dalam diri. Ia menawarkan sajian yang sungguh berbeda. Kesukaannya pada anime dan latar belakang study jurusan Biologi, berhasil membuat kita terkejut dan mungkin sebagian akan bergidik saat menatap karyanya.
Pada karya-karyanya yang begitu eksplosif dan cenderung dark, Mediana seolah berteriak begitu lantang. Melalui pisau, darah, tengkorak, telinga, dia membebaskan diri untuk menyuarakan kegelisahannya, tanpa harus bertutur lantang. Jika Jengki dan Bonk membuat kita terkejut karena kenakalan dan kepolosan masing-masing, maka Mediana membuat kita terkejut karena karyanya menghentak dan membuat kita tersentak tanpa basa-basi.
Di tengah perbedaan rasa yang ditampilkan oleh Jengki, Bonk dan Mediana, Putu Bonuz Sudiana sebagai kurator, dengan jelinya melakukan kurasi, sehingga terpilihlah beberapa karya yang akan dipamerkan dari tanggal 8 – 29 Mei 2022, di Dalam Rumah Art Station, Jalan Gatot Subroto VI No. 5, Denpasar-Bali. Pembukaan pameran akan berlangsung tanggal 8 Mei 2022, pukul 19.30 WITA dengan menghadirkan Made Budhiana sebagai pembuka acara.
Karya-karya yang telah terpilih untuk ditampilkan, tentu akan memberikan jelajah rasa yang berbeda. Namun satu hal yang tersirat pada tiap karya yang ditampilkan dalam pameran Silang Sengkarut ini adalah betapa kenangan, keinginan dan pengalaman hidup yang dialami oleh pemilik karya telah menjejak di sana. Diam-diam, tanpa harus bertanya pada mereka, kita sebagai penikmat karya bebas merdeka untuk menelanjanginya.
Maka, mari kita cecap bersama sajian ini dan selamat menikmati! [T]