18 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Pelestarian Gebug Ende: Dari Seraya Culture Fest di Karangasem Hingga Desa Sumberkima di Buleleng

I Kadek Susila PrianggabyI Kadek Susila Priangga
January 6, 2023
inPanggung, Pilihan Editor
Pelestarian Gebug Ende: Dari Seraya Culture Fest di Karangasem Hingga Desa Sumberkima di Buleleng

Penari/pemain/pelaku gebug ende dari Sekeha Gebug Ki Kopang Kanthi Seraya

DESA SERAYA, sebuah desa di ujung timur Pulau Bali memiliki sebuah tradisi yang masih dijaga dan dilestarikan hingga kini. Tradisi itu adalah atraksi seni atau tarian sakral, yakni tarian perang dengan menggunakan senjata rotan dan tameng.

Tarian ini digunakan sebagai tarian perang ketika zaman kerajaan dahulu. Tujuannya untuk melatih keterampilan para prajurit dalam menggunakan senjata dari rotan dan tameng. Tameng atau perisai terbuat dari kulit sapi sebagai pelindung dan menangkis serangan lawan.

Tarian ini bernama Gebug Ende. Gebug berarti pukul dengan rotan atau penyalin panjang, Ende sebutan tameng yang terbuat dari kulit sapi.  Tarian Gebug Ende juga digunakan sebagai tarian memohon hujan oleh masyarakat Desa Seraya.

Desa Seraya adalah daerah yang memiliki curah hujan yang rendah, tapi air hujan sangat diandalkan untuk keperluan pertanian dan air konsumsi. Kemarau panjang selalu menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat di desa itu. Maka dengan menggelar tarian Gebug Ende, masyarakat percaya hujan akan segera turun membasahi tanah tandus dan bebatuan.

Oleh sebagian orang, tarian ini terlihat menakutkan. Karena apabila rotan itu mengenai kulit, maka luka yang ditimbukan akan memunculkan rasa ngeri dari orang yang menontonnya. Luka seperti terbakar akan langsung muncul ketika rotan telak mengenai kulit. Dan sensasi panas serta perih yang ditimbulkan tentu akan terasa berhari-hari. Apalagi rotan sampai mengenai kepala, alhasil darah akan mengalir membasahi penutup kepala yang digunakan.

Masyarakat Desa Seraya percaya, ketika tarian itu digelar dan terdapat petarung yang sampai berdarah di kepala karena terkena rotan, hujan akan lebih cepat turun. Seakan darah dan luka dibayar hujan yang ditunggu-tunggu.

Luka dan nyeri tak mengurangi semangat para petarung untuk tetap magebug dan melestarikan tarian ini hingga kini. Ketika alunan gamelan terdengar, para pemuda seakan ditarik, dan api semangat mereka akan tersulut untuk beradu keterampilan menggunakan rotan dan tameng, menangkis dan memukul. Saling jual beli serangan.

Sekeha Gebug Ki Kopang Kanthi Seraya

Pelestarian tarian ini tetap dilakukan dengan memperkenalkannya keluar desa. Selain pada musim kemarau panjang, tarian ini sering dipentaskan ketika ada event-event besar. Tarian ini tidak pernah absen mengikuti pembukaan Pesta Kesenian Bali setiap tahunnya, sebagai perwakilan dari Karangasem.

Belum lama ini, tepatnya pada 14-16 Oktober 2022 diadakan Seraya Culture Fest yang pertama. Event ini digelar sebagai ajang untuk melestarikan tradisi dan menarik wisatawan agar datang dan mengenal Gebug Ende Seraya.

Acara itu dibuka langsung oleh Bupati Karangasem, sebagai langkah awal pelestarian tradisi yang memang perlu untuk tetap dijaga kelestariannya. Harapannya agar Seraya Culture Fest diadakan setiap tahun, sehingga dapat menjadi daya tarik baru bagi wisatawan dan tentunya generasi muda ikut bersama melestarikan tradisi. Dan tidak menutup kemungkinan dapat di padukan dengan tradisi dari daerah lain sehingga bisa saling mengenal keunikan daerah masing-masing.

Antusiasme masyarakat terlihat begitu besar. Lapangan Ki Kopang, tempat diadakannya acara itu, penuh dengan penonton. Pertarungan sengit terjadi, karena banyak petarung turun gunung ikut meramaikan acara dan mempertontonkan keahlian menggunakan penyalin dan ende dalam jual beli serangan.

Tak hanya di Desa Seraya, tarian Gebug Ende juga ada di Lombok. Konon zaman kerajaan dulu, tarian ini dikenalkan di Lombok ketika Kerajaan Karangasem memperluas kekuasaan sampai ke Lombok. Tarian ini juga masih sering digelar di daerah Gerokgak, Buleleng. Masyarakat asli Desa Seraya yang tinggal di daerah itu tetap percaya akan kesakralan tarian ini dan tujuan digelarnya tarian ini juga untuk memohon hujan.

Pada 28 Desember lalu, Sekeha Gebug Ki Kopang Kanthi Seraya berangkat ke Desa Semberkima, Gerokgak, untuk menghadiri undangan sebagai bentuk pelestarian tradisi Gebug Ende dan tentunya memohon hujan.

Undangan itu dihadiri 30 orang Sekeha Gebug di dampingi Bendesa Adat Seraya, I Made Salin, yang juga ikut menghadiri acara tersebut.

Ketua Sekeha Gebug Ki Kopang Kanthi Seraya, I Made Jineng Adnyana, menuturkan Sekeha Gebug yang resmi didirikan pada bulan Agustus 2022 itu mendapat undangan menghadiri gelaran gebug di Desa Sumberkima. Karena di daerah itu hujan tak kunjung turun sehingga berpengaruh terhadap hasil pertanian di sana.

Pada tanggal 22 Desember kedua belah pihak sepakat menggelar tarian Gebug Ende yang dimulai pada 28 hingga 30 Desember di Desa Sumberkima. Dan siap memberangkatkan anggota sekeha dari Desa Seraya untuk ikut memeriahkan acara tersebut.

Hal ini disambut positif dan mendapat dukungan penuh dari Bendesa Adat, karena ikut melestarikan tarian Gebug Ende walau berada di luar Desa Seraya dan menjalin silahturahmi sesama masyarakat asli Desa Seraya.

Sekeha Gebug Ki Kopang Kanthi Seraya

Masyarakat di Desa Sumberkima pun menyambut baik kedatangan rombongan Sekeha Gebug yang berangkat dari Seraya. Walau hujan mengiringi gelaran tarian sakral itu, semangat petarung dan penonton memenuhi arena Gebug itu.

Masyarakat Desa Sumberkima yang masih melestarikan tarian Gebug Ende menamakan kelompok mereka Sekeha Ngayah. Ngayah untuk melestarian tradisi, ngayah mempertaruhkan kulit mereka terluka terkena penyalin. Dan bahkan ngayah darah mereka bercucuran terkena penyalin yang mendarat di kepala. Ngayah untuk hujan, untuk hasil panen, untuk kesuburan tanah.

Berbicara tradisi memang tidak akan pernah habis. Kekayaan yang luar biasa tak akan bisa tergantikan dengan materi. Melestarikan tradisi tersebut memerlukan tekad yang kuat, saling rangkul dan bergandengan. Layaknya tarian Gebug Ende, pertarungan hanya di arena, sesudahnya tetap saudara. Saat bertarung memang terlihat sangat bengis dan keras, setelah selesai saling peluk dan kembali menjadi saudara. Di mana pun berada, jangan pernah melupakan tradisi. [T]

Seraya Popcorn, Usaha Kreatif Agus Tripayana Membangkitkan Jagung Desa Seraya
“Pemuteran Bay Festival”, Harapan Baru dan Profil Kebangkitan Bersama
Upaya & Kiat Pembinaan Gending Gender Wayang Banaspati Gaya Tenganan Pegringsingan
Tags: Desa SerayaDesa Sumberkimakarangasemkesenian baliTradisitradisi gebug ende
Previous Post

Teater Kalangan Pamit

Next Post

Putu Mara, Transmigrasi dari Buleleng ke Sumatera: Tantangan Awalnya, Sukses Akhirnya…

I Kadek Susila Priangga

I Kadek Susila Priangga

Lahir di Karangasem. Guru seni budaya di SMPN 3 Sukasada, Buleleng, Bali

Next Post
Putu Mara, Transmigrasi dari Buleleng ke Sumatera: Tantangan Awalnya, Sukses Akhirnya…

Putu Mara, Transmigrasi dari Buleleng ke Sumatera: Tantangan Awalnya, Sukses Akhirnya…

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tali Pusat, Gudangnya Misteri Sekala dan Niskala — Mulai dari Penangkal Ilmu Gaib dan Sumber Sel Punca Secara Medis

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 18, 2025
0
Tali Pusat, Gudangnya Misteri Sekala dan Niskala — Mulai dari Penangkal Ilmu Gaib dan Sumber Sel Punca Secara Medis

Oleh: dr. Putu Sukedana, S.Ked., AIFO-K., FISQua; Dr. I Putu Mardika, S.Pd., M.Si WAJAH saya serius saat saya mendengarkan materi...

Read more

Diet, Hal Sederhana yang Dibuat Ribet

by Gede Eka Subiarta
June 18, 2025
0
Selamat Galungan, Selamat Makan Lawar! — Ingat Atur Gaya Makan Agar Tetap Sehat

HIDUP sehat itu bisa dijalankan dengan pola makan yang bagus dan teratur, baik itu porsi makan, jam makan, dan jenis...

Read more

Yang Kecil, Yang Tak Selesai Dirasakan

by Emi Suy
June 18, 2025
0
Yang Kecil, Yang Tak Selesai Dirasakan

Di dunia yang riuh oleh teriakan, ambisi besar, dan citra-citra agung, kita sering kali lupa bahwa sesuatu yang kecil bisa...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Piagam Gumi Delod Ceking untuk Pariwisata Berkelanjutan 

Piagam Gumi Delod Ceking untuk Pariwisata Berkelanjutan

June 16, 2025
Pesta Perilisan Buku “(Se-)Putar Musik” dari Beatriff: Ruang Produksi Pengetahuan yang Lebih Inklusif

Pesta Perilisan Buku “(Se-)Putar Musik” dari Beatriff: Ruang Produksi Pengetahuan yang Lebih Inklusif

June 15, 2025
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Wine Knowledge: Sentuhan Global dalam Pendidikan Vokasi
Khas

Wine Knowledge: Sentuhan Global dalam Pendidikan Vokasi

Ke kebun anggur di pagi hari, Langit cerah hati pun senang. Belajar wine sambil tur industri, Ilmu bertambah, skill pun...

by Luh Eka Susanti
June 18, 2025
Jika Desa Tak Ditulis, Siapa yang Akan Mengingat? — Catatan Workshop Menulis Cerita Desa di Tejakula Community Center
Khas

Jika Desa Tak Ditulis, Siapa yang Akan Mengingat? — Catatan Workshop Menulis Cerita Desa di Tejakula Community Center

DI ruang kelas LPK Hishou Tejakula, seorang remaja berdiri dengan seulas senyum, Gede Bayu Pratama, siswa kelas 7 dari SMPN...

by Komang Puja Savitri
June 18, 2025
Bicara-bicara Atas Nama Air di Desa Panji Buleleng
Khas

Bicara-bicara Atas Nama Air di Desa Panji Buleleng

MENJAGA hutan desa, tidak cukup dengan hanya berkoar—atau mengajak sesama mari menjaga hutan dan air; untuk hidup yang sedang berlangsung,...

by Sonhaji Abdullah
June 17, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Teman Sepanjang Perjalanan | Cerpen Putu Gede Pradipta

Teman Sepanjang Perjalanan | Cerpen Putu Gede Pradipta

June 15, 2025
Sajak-Sajak Angga Wijaya | Radio Tidak Kumatikan

Sajak-Sajak Angga Wijaya | Radio Tidak Kumatikan

June 15, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [19]: Mandi Kembang Malam Selasa Kliwon

June 12, 2025
Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

June 7, 2025
Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

June 7, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co