- Teater Kalangan pentas pada Festival Seni Bali Jani, Selasa 2 November 2021, di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Denpasar, Bali, pukul 19.00 wita. Inilah catatannya menjelang pentas dimulai:
Jalanan memiliki makna dan sejarahnya sendiri. Dalam kamus orang Bali, jalan memiliki makna yang sakral, maka dari itu, tidak jarang kita melihat orang yang menggelar ritual di pinggir jalan, perempatan, atau pertigaan. Jalan memberi kemungkinkan terciptanya pertemuan yang tidak terduga. Pada pergelaran di Festival Bali Jani tahun 2021, Teater Kalangan mengkaji Jalan Veteran berdasarkan perspektif kolaborator yang memiliki latar belakang berbeda: Iin (Jurnalis), Trina (Penari), Jacko (Penari), Arista (Penari), Yogi (Musik), Shadee (aktor), dan Husni (aktor).
Selain pandangan terhadap jalan yang memang mengendap di setiap kepala orang Bali, jalan itu sendiri memiliki teks sejarahnya masih-masing. Sebagaimana Jalan Veteran dengan narasi wacana sejarah yang begitu kokoh: tentang pusat pemerintahan. Dan, pada konteks hari ini, di ujung selatan Jalan Veteran merupakan rumah dinas Gubernur Bali.
Sejarah bukanlah sesuatu yang beku, sebab pengakses informasi terhadap teks sejarah adalah manusia yang memiliki proyeksi atas masa depan. Dengan begitu, tidaklah keliru kiranya jika kita akan menjumpai lebih banyak coffee shop di pinggir Jalan Veteran dari pada situs sejarah yang membuat kita berhenti di sana dan bekunjung untuk bertanya-tanya tentang hal itu.
Di ujung selatan Jalan Veteran kita bisa merunut peninggalan yang masih tersisa, namun hal itu tentu tidak begitu menarik untuk dikunjungi karena wacana yang dibangun atas peninggalan tersebut tidak seperti coffee dibicarakan oleh banyak penggemarnya. Di ujung selatan, sebelum masuk ke Jalan Veteran, kita akan melihat beberapa deret pohon asam. Pada zamannya, pohon azam digunakan sebagai peneduh jalan, tetapi rupanya, setelah tumbuh besar, buah pohon asam yang jatuh ke jalan membuat jalan menjadi licin dan berpotensi membuat pengendara tergelincir, akhirnya banyak pohon asam ditebang, tetapi beberapa masih tersisa.
Kemudian kita akan menjumpai Inna Bali Hotel. Bangunan ini merupakan hotel pertama di Bali, namun hal apa yang disajikan untuk memantik kita mengenal peninggalan sejarah itu. Sebagaimana mengenal hotel ini ? Salah satu kolaborator dari pertunjukan Hero on the Way menyusup ke ranah dapur, ia melihat perabotan dan justru benda-benda itu mengingatkannya dengan rumah, ibu, dan kebiasaannya semasa kecil. Sesungguhnya sejarah tidak hanya membawa kita pada ranah yang besar saja, namun, tidak menutup kemungkinan untuk menggiring kita pada ranah domestik pengaksesnya.
Rupanya, bagi beberapa orang, Jalan Veteran adalah Pasar Satria atau dikenal dengan sebutan Pasar Burung—meskipun ada banyak binatang lain di sana. Husni masuk ke pasar itu, membuatnya terkenang dengan kampung halaman. Ia melihat beberapa kesamaan Pasar Burung yang ada di kampungnya, di Malang. Lalu, ia mencoba menarasikan pengalamannya di pasar itu untuk kemudian dielaborasi.
Sementara itu, Jacko, seorang penari yang latar belakang pendidikannya adalah kesehatan keluarga, rupanya lebih tertarik mengamati tingkah lalat di sana. Ia mencoba mengikuti kumpulan binatang itu dan melihat ke mana saja lajur mereka. Berhubungan dengan itu, Arista yang juga seorang penari mengamati plastik yang beterbangan dan tumpukan sampah di beberapa sudut.
Dan kolaborator lain mengamati hal-hal yang menarik bagi mereka. Akan tetapi, ada hal yang kemudian perlu dirumuskan dengan kritis: apa perbedaan benda-benda tersebut dengan hal yang sama di tempat lain? Dedek Surya yang berperan sebagai skenografer melempar satu wacana menarik terkait penataan ruang di sekitar Jalan Veteran. Ia mengatakan bahwa jalan Veteran tetaplah sebagai satu ruang yang unik dengan jejeran coffee shop, sejarah, penataan bangunan yang berbeda dengan jalan-jalan lain, khususnya di Denpasar. Jalan Veteran tetaplah jalan Veteran.
Para kolaborator dalam pertunjukan ini mencoba merumuskan ulang pandangan mereka terhadap Jalan Veteran. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan—beberapa telah dibuang dan dipilah—data-data tersebut dielaborasi dalam dan relevansinya dengan pertunjukan panggung. Tentu ada banyak penawaran atas hasil kajian dan ide bentuk, namun begitulah tabiat pertunjukan, ia hadir sebagai ruang presentasi atas segala negosiasi.