Semut dan Nyamuk adalah dua binatang kecil. Keduanya belajar pada guru yang sama, dan mendapatkan pelajaran yang sama. Sebagai guru Kunang-Kunang mengajari kedua muridnya itu untuk selalu bekerja dan bekerja.
“Semua mahluk hidup harus bekerja. Kalau tidak bekerja kita akan gelisah. Dengan bekerja hidup menjadi bermakna,” pesan Kunang-Kunang kepada kedua muridnya sebelum mereka berpisah.
Semut dan Nyamuk menanggapi berbeda pesan gurunya. Semut yang tak bisa terbang berusaha melakukan pekerjaan di tanah dan di dalam tanah. Kalau tidak bisa melakukan pekerjaan sendiri-sendiri Semut tak segan-segan untuk memanggil teman-temannya agar membantu. Pada teman-teman yang membantunya, Semut berbagi makanan yang didapatnya. Itulah sebabnya Semut selalu disayang oleh teman-temannya, selalu tampak gembira dan bersemangat.
Sebagai mahluk kecil, Semut memang tak bisa melakukan pekerjaan yang besar dan hebat. Semut hanya mencari makanan, mengolah makanan, membantu memberikan semut lain yang kekurangan makanan. Hal itu dilakukannya secara terus menerus dengan semangat.
“Dasar semut bodoh, tidak cerdas. Kamu bilang dirimu bekerja, mana hasil pekerjaanmu, jangan-jangan kamu hanya tidur bermalas-malasan. Guru Kunang-Kunang pasti akan sangat malu mempunyai murid bodoh sepertimu,” ejek Nyamuk dengan suara dengung yang keras di telinganya.
Semut menengadah berusaha melihat wajah Nyamuk teman sekelasnya itu. Tubuh temannya itu memang kini sudah besar, perutnya menggelembung.
“Nyamuk kini nampak berbeda, tubuhnya kuat dan terbangnya tinggi, pasti ia pekerja yang ulet, kuat dan cerdas, sehingga bisa memenuhi semua makanan yang diperlukan tubuhnya,” pikir Semut sambil tersenyum. Semut merasa bangga mempunyai teman seperti Nyamuk. Semut ingin belajar bekerja kepada Nyamuk. Sambil mendongakkan kepalanya, Semut berusaha mendekati Nyamuk, tapi Nyamuk malah mengejeknya.
“Jangan mendongak seperti itu, nanti kepalamu sakit. Kamu memang ditakdirkan sebagai mahluk rendahan, terimalah takdirmu, bekerja dan bekerjalah terus di dalam tanah sampai kau mampus, tapi tetap tak akan ada yang mengenalmu, tak akan ada yang memujimu, mengagumimu. Kau tak akan terkenal sepertiku, karena kau tak bisa bersuara,” kata Nyamuk dengan suara ejekan yang bergema. Semut bengong, ia diam, tak tahu maksud dari kata-kata Nyamuk.
Setelah pertemuannya dengan Nyamuk, Semut tetap melanjutkan pekerjaannya seperti biasa. Mencari makanan, membersihkan lantai dari remah-remah makan, membagikan makanan bagi yang memerlukannya. Semakin banyak Semut bekerja, Semut merasakan kekuatannya semakin besar. Dengan kekuatan yang semakin besar, Semut bisa mengumpulkan makanan yang makin banyak, dan makin banyak yang bisa dibantunya. Semutpun kini semakin banyak memiliki teman dan saudara, dan Semut merasa sangat bahagia.
Nyamuk seringkali datang untuk mengejeknya. Dengan suara dengungnya Nyamuk mengabarkan pada mahluk lain bahwa Semut tidak bisa bekerja. Tidak saja dirinya, mahluk hidup yang lainpun diprotes oleh Nyamuk. Ada saja kekurangan mahluk lain yang dilihat dan dibicarakan oleh Nyamuk. Gurunya, Kunang-kunang juga tak luput dari kritikan Nyamuk.
“Sebagai Guru, Kunang-Kunang tidak berhasil mengajarkan muridnya untuk bisa bercahaya seperti dirinya,” dengung Nyamuk yang disetujui oleh mahluk kecil lainnya.
Semut tahu Nyamuk sangat cerdas. Semut juga tahu Nyamuk juga sangat pandai berkata-kata, suaranya lantang dan tajam. Nyamuk sangat pandai mencari kata-kata yang pas untuk bisa meyakinkan mahluk-mahluk lain.
“Apakah Nyamuk juga bekerja, apakah pekerjaannya sehingga tubuhnya menjadi sebesar itu. Kalau dia tidak bekerja dari mana dia mendapatkan makanan…,” pikir Semut.
Tanpa sepengetahuan Semut, Kunang-Kunang berdiri di sampingnya, seolah-olah mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh Semut.
“Makanannya adalah darah. Nyamuk hidup dengan mengisap darah manusia dan mahluk lain. Dia tidak mau bekerja dengan tubuhnya. Makanya Nyamuk gelisah. Kegelisahan itu membuatnya mencari-cari pekerjaan, salah satunya dengan mencari-cari kelemahan mahluk lain, membicarakannya dan mengumumkannya pada mahluk lain. Itulah yang Nyamuk kerjakan, agar ia merasa bekerja. Tetapi karena Nyamuk tak sungguh-sungguh bekerja, Nyamuk akan selalu merasa tak puas, akan selalu gelisah dan tak bahagia, Itulah sebabnya kenapa usia Nyamuk sangat singkat, berbeda dengan Semut yang bisa berusia sampai 30 tahun,” jelas Kunang-Kunang. [T]