Bank Sampah Galang Panji di Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng, Bali, punya nasabah dari berbagai usia, mulai dari nenek-nenek hingga bocah-bocah. Nah, mari saya ceritakan tentang tiga bocah dari Banjar Kelod Kauh, Desa Panji. Mereka adalah Agus, Daniel dan Lisa.
Pagi itu, Minggu 8 Agustus 2021, cuaca cukup bersahabat, matahari sedikit terik menyinari, meskipun begitu, saya sebagai pengelola Bank Sampah Galang Panji di Desa Panji bersama beberapa rekan mulai mempersiapkan karung sampah, tali plastik dan timbangan.
Sesuai jadwal, setiap Hari Minggu, kami dari Bank Sampah Galang Panji buka di depan balai masyarakat Banjar Kelod Kauh Desa Panji. Dari depan balai banjar itulah kami menerima tabungan sampah dari warga sekitar.
Sambil menunggu nasabah datang, kami biasanya duduk-duduk di warung dekat balai banjar itu, saya memesan kopi hitam, sementara rekan yang lain selain memesan kopi hitam juga memesan sebatang rokok. Kami ngobrol ke sana-kemari, seputar berita-berita terbaru tentang warga, tentang pemerintahan, atau juga tentang acara bola. Malah kami jarang membicarakan sampah.
Setelah beberapa menit menunggu, nasabah mulai datang. Kami memiliki nasabah yang rutin selalu datang dengan sampahnya hampir setiap minggu. Beberapa nasabah lain datangnya bisa dua minggu sekali, bahkan malah sebulan sekali. Ada juga yang datang setahun sekali.
Di antara 200 lebih nasabah yang terdata yang rutin datang membawa sampahnya sekitar 50-60 orang. Dan yang paling rutin membawa sampah setiap minggu, hanya satu nasabah. Nama nasabah itu Putu Agus Arya Saputra. Ia cucu pertama dari Dadong Tari.
Agus selalu dayang bersama kedua adiknya, yakni Kadek Daniel Aryawan dan Komang Lisa Amelia. Agus yang baru berusia 14 tahun itu datang membawa sampah yang telah dikemas dalam karung sampah. Daniel yang usianya 9 tahun membantu Agus membawa sampah. Agus di depan dan Daniel di belakang.
Sementara Lisa ikut mendampingi saja. Jika sampahnya cukup banyak Lisa juga membantu, tapi kali ini mereka datang hanya dengan satu kampil besar.
Agus yang kelahiran 2007 ini sudah menjadi nasabah sejak pertama Bank Sampah Galang Panji buka di tahun 2014. Saat itu usianya baru 7 tahun. Waktu itu Agus datang menemani neneknya, Dadong Tari.
Siapa Dadong Tari?
Dadong Tari sendiri kini usianya 65 tahun. Di Desa Panji, Dadong Tari dikenal memang sanggat ulet dalam bekerja. Tenaganya seakan tidak ada habis-habisnya. Kini Dadong Tari sudah jarang ikut membawa sampah ke Galang Panji, tugas membawa sampah sudah sepenuhnya dipercayakan kepada Agus, Daniel dan Lisa.
Dadong Tari sendiri masih tetap bertugas mengumpulkan sampah. Sampah biasanya diperoleh dari rumah-rumah warga yang memberinya pekerjaan. Sehari-hari Dadong Tari memang bekerja di rumah-rumah warga untuk membantu membersihkan rumput, menyapu halaman, sampai mencarikan kayu bakar. Setelah selesai bekerja di perjalanan selalu menyempatkan diri untuk mengumpulkan sampah.
Selain itu, ia sendiri juga mencari sendiri sampah sampai di pinggir-pinggir jalan dan sungai di sekitar wilayah Banjar Dinas Kelod Kauh, Desa Panji. Dulu, Dadong Tari membawa sendiri sampahnya ke bank sampah, cucunya hanya ikut-ikutan. Tapi kini tugas membawa sampah diberikan ke Agus, dan dua adiknya membantu.
Agus mengaku cukup bersyukur ada bank sampah di desanya. Karena dengan begitu, dia dan adik-adiknya jadi punya uang tambahan.
Sejauh ini mereka hanya bergantung dari penghasilan ibunya, Made Pujiani, serta penghasilan neneknya, Dadong Tari, yang bekerja serabutan. Ayahnya sudah meninggal hampir 6.5 tahun lalu karena sakit.
“Uang dari hasil menabung sampah, selain untuk jajan juga digunakan untuk membeli kelengkapan sekolah, seperti alat praktek,” kata Agus agus yang kini bersekolah di SMPN 4 Singaraja.
Sementara itu, Kadek Daniel Aryawan usianya baru 9 tahun, kini duduk di kelas 4 di SDN No 1 Panji. Sekolahnya hanya 300 meter dari rumahnya, Daniel cukup rajin membantu Agus dan membantu Dadong Tari untuk mengumpulkan sampah sekaligus membawa sampah ke bank sampah.
Daniel yang murah senyum itu jika bertemu kami di Bank Sampah Galang Panji selalu tampak gembira. Jika ditanya uangnya dari hasil sampah buat apa, jawabannya sederhana khas anak-anak. “Buat belanja di warung beli jajak/cemilan,” begitu katanya.
Sementara yang paling bungsu si cantik Komang Lisa Amelia yang biasa dipanggil Lisa Usianya baru 7 tahun, gadis kecil ini juga bersekolah di SDN No 1 Panji dan sudah kelas 2 di tahun ini.
Sebelum bersekolah Lisa sering ikut neneknya bekerja di rumah tetangga, sering juga ikut mencari sampah bersama Dadong Tari. Setiap minggu selalu ikut ke Balai Banjar walaupun tidak membawa sampah. Anak itu memang selalu ikut ke mana saja Agus dan Daniel pergi.
Agus memang selalu mengajak kedua adiknya ke balai banjar untuk menabung sampah, karena ibu dan neneknya cukup sibuk bekerja. Sesekali uang yang d tarik digunakan untuk belanja makanan ringan dan bekal sekolah.
Jumlah sampah yang dibawa Agus setiap minggunya berkisar 10-20 Kg sampah plastik yang di Bank Sampah Galang Panji dihargai Rp 2.000,00 per kg-nya. Jadi, dalam seminggu Agus dan adiknya bisa mengumpulkan uang sebanyak Rp. 20.000 hingga 40.000.
Selain untuk dirinya sendiri, dari uang tabungan sampahnya juga diberikan kepada Ibu dan neneknya, untuk keperluan sehari-hari.
“Uangnya saya kasih Dadong, buat belanja sehari-hari. Tapi kalau masih ada sisa Dadong ngasih saya dan adik-adik untuk belanja,” kata Agus yang punya cita-cita ingin jadi seorang polisi.
Setelah selesai menimbang sampah di Bank Sampah Galang Panji, Agus menyampaikan untuk menarik tabungannya. Total tabungannya sudah mencapai Rp. 82.000. Ia tarik Rp. 50.000.
Begitulah Agus dan adik-adiknya. Ia memang tidak pernah menyimpan tabungannya berlama-lama. Dua minggu sekali atau sebulan sekali pasti menarik tabungannya. [T]