Ia suka dance dan sudah tampil di beberapa tempat. Juga suka menonton film. Agak suka BTS. Berencana membeli BTS Meal di McDonald’s. Duta Anak Tabanan tahun 2020. Namanya Ni Komang Wiranti Primadani. Lahir di Denpasar, 2 Agustus 2003. Baru saja tamat SMA dari SMA Negeri 1 Kediri, Tabanan.
Kini diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana lewat jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Beberapa kali meraih juara lomba dari tingkat sekolah, hingga tingkat nasional mulai dari debat, dance, baca puisi, hingga geguritan. Dan kabarnya, ia selalu juara di sekolahnya sejak SMP.
Begini-begini, ternyata ia juga membaca karya sastra Bali modern (SBM) walaupun tidak banyak. Menurut pengakuannya, satu puisi leak karya IGP Bawa Samar Gantang yang ia bacakan saat lomba membaca puisi, dan satunya lagi buku kumpulan cerpen karya I Gede Putra Ariawan yang berjudul Raré Kumara. Meski tidak banyak, tetapi perlu diapresiasi mengingat rendahnya minat generasi milenial dalam membaca karya SBM.
Untuk buku kumcer, ia dapat secara cuma-cuma dari penulisnya yang juga guru Bahasa Indonesia di sekolahnya. Katanya, ia paling suka dengan cerpen yang berjudul Sirep Ngajak Mémé. Ia langsung jatuh cinta dengan cerpen ini hanya karena kalimat: Nyén demen mecel-mecel nyonyo mémé?
Ada satu harapan yang ia inginkan dari penulis cerpen ini. Karena suka menonton film, ia berharap agar cerpen ini difilmkan sehingga semakin menarik dan hidup, bahkan ia menawarkan diri untuk menjadi salah satu pemerannya.
Sebagai gadis dengan otak yang tergolong encer, ia mengatakan generasi milenial Bali di era industri 4.0 perlu membaca karya SBM dan berbahasa Bali. Ini sebagai salah satu upaya agar tidak melupakan akar budaya Bali. Agar jangan sampai bahasa Bali dimuseumkan.
Bagi Wiranti, untuk tampil gaul tak harus selalu menggunakan bahasa Indonesia atau yang keminggris-minggrisan, namun juga bisa dengan selingan bahasa Bali. Lihat saja bule yang dengan percaya diri berbicara dalam bahasa Bali yang kerap ditemui di instagram atau media sosial lainnya. Atau orang kota maupun orang luar Bali yang berseloroh dengan kata-kata bahasa Bali yang sedikit kasar.
Dengan satu kata bahasa Bali, walaupun kasar, akan semakin kelihatan gaul. Satu strip tambahan kegaulannya. Apalagi kata yang diucapkan bukan satu tapi berkata-kata, tentu akan berstrip-strip kegaulannya. Mau bukti? Coba saja simak obrolan kumpulan pemuda kece nan gahol yang sedang nongkrong di salah satu cafe di Denpasar yang sedang bercakap-cakap sambil bilang: kle ci nok. Gaul bukan?
Wiranti mengatakan, perlu ada formula khusus untuk semakin memperkenalkan bahasa Bali yang digunakan oleh kaum jadulnial 0.0 atau generasi A kepada kalangan kaum milenial 4.0 atau generasi Z. Misalnya, dina mabasa Bali yang dilaksanakan di sekolah perlu dimaksimalkan, karena sebagaimana pengalamannya di sekolah hal itu tak berjalan. Hanya sebatas wacana dan formalitas saja.
Tapi, justru ia melihat ada angin segar saat menonton lagu Negaro Joh dari Krisna Purpa feat Dian Krisna yang notabene menggunakan bahasa blasteran Bali Indonesia di Youtube. Di kolom komentar, banyak ia temui orang luar Bali yang ikut berkomentar. Misal komentar ini: Saya orang Jakarta, tapi karena teman2 saya sering muter lagi ini jadi ikut suka dengerinnya.
Ternyata lagu itu tak hanya hits di Bali, tapi juga disukai orang luar Bali. Dan baginya, itu adalah momen emas bagi bahasa Bali karena dikenal orang luar Bali. Formula inilah yang juga memungkinkan diterapkan untuk memperkenalkan bahasa Bali.
Ia bahkan menganggap keliru jika ada orang yang berpikiran klise dengan mengatakan masuknya bahasa luar Bali di dalam lirik lagu Bali merupakan bentuk perusakan terhadap bahasa Bali. Karena menurutnya, jika terlalu kaku, bahasa Bali justru akan ditinggalkan. Dan sudah pasti, perlu dipersiapkan sebuah museum yang berisi fosil bahasa Bali agar generasi cyberpunknial 10.3 bisa berkata:oh ipidan taén ada bahasa Bali?[T]
- Catatan:Ini adalah ringkasan dari obrolan dalam Usaha Membunuh Malam Minggu #4 yang digelar Suara Saking Bali pada Sabtu, 12 Juni 2021 malam bersama anak milenial generasi 4.0 Ni Komang Wiranti Primadani.
BACA JUGA:
BACA JUGA: