5 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Mengintip Pertalian Ubud dan Karangasem pada Masa Lalu

Cokorda Gde Bayu PutrabyCokorda Gde Bayu Putra
February 11, 2021
inEsai
“I Panti dan I Nganti” – Catatan Tumpek Landep

Cokorda Gde Bayu Putra || Ilustrasi tatkala.co/Nana Partha

Suatu sore dalam rangka persiapan piodalan Hari Saraswati, seperti biasa saya merapikan beberapa dokumen buku milik Alm. Tjokorda Gde Rai Sayan (adapula yang mengenalnya dengan Tjokorda Gde Rai Rengu – wafat 1969). Beberapa tumpukan buku tulis berukuran 21 x 16 cm itu terletak dalam satu almari bersama beberapa lontar peninggalan Beliau di masa silam.

Tak semua dari koleksi buku dan tumpukan kertas itu ditulis dalam aksara bali, karena ada pula yang tertulis menggunakan huruf latin utamanya goretan surat-surat almarhum kepada putra dan para cucunya selama periode 1958 hingga 1960.

Salinan bukti korespondensi itu tersembunyi pada lepitan buku yang bertumpuk rapi, namun tak dapat dipungkiri sedikit robek dan tak mudah dibaca.

Hari itu, saya merasa tertarik pada salah satu buku berwarna biru yang berjudul “Gurit Sri Nata Wasitwa Amla Nagantun” terlebih pada tulisan berikutnya tertera “Saking Cokorda Lingsir Puri Ubud Saren Kawuh”.

Walau saya tidak berani memastikan buku itu merupakan salinan atau tulisan asli dari Sang Penulis-nya, namun membaca nama Cokorda Lingsir Puri Saren Kawuh sontak pikiran saya tertuju pada sosok Tjokorda Gde Ngoerah (wafat 1967). Tetua-tetua masyarakat di Ubud menyebutnya dengan sebutan “Tjokorda Lingsir Saren Kauh”.

Oleh karenanya, segera saya melakukan konfirmasi kepada salah satu putra dan cucu almarhum. Ternyata, tak satu pun dari mereka pernah mendengar catatan tersebut, terlebih buku itu justru tersimpan di kediaman adindanya (Tjokorda Gde Rai Sayan) di Puri Anyar.

Secara umum catatan itu menceritakan tentang keagungan sosok Raja Karangasem – Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem, tentang catatan meletusnya Gunung Agung serta peristiwa kesah (perpindahan) evakuasi AAA Anglurah Ketut Karangasem menuju Puri Anyar di Ubud saat tahun 1963.

Dari sekilas pembacaan pada catatan tersebut, saya jadi teringat pada Buku “The Last Rajah of Karangasem” karya Girindrawardani, Vickers, dan Holt. Pada halaman 141 dari buku tersebut tersirat kalimat: “The Rajah’s Son Dr. A.A. Made Jelantik, who was head of the Bali Health Department at the time of the eruption and in charge of the evacuations and rescue efforts, eventually convinced his father to evacuate to Ubud with the rest of the royal family.” Oleh sebab itu, mendapati Buku “Gurit Sri Nata Wasitwa Amla Nagantun” tersebut seperti memperoleh gambaran peristiwa lanjutan dari cerita kedatangan AAA Anglurah Ketut Karangasem ke Ubud seperti yang pernah disinggung singkat dalam keterangan Buku “The Last Rajah of Karangasem”.

Sebagai seorang pengamat jaman, tampaknya Tjokorda Gde Ngoerah tidak mau terlewati oleh setiap kejadian penting tanpa menghasilkan sebuah catatan karya. Perlu diakui Beliau merupakan sosok yang multitalenta tidak saja dalam bidang kesusastraan namun juga sebagai Undagi dengan deretan Karya “Barong” yang disungsung di beberapa desa hingga saat ini.

Tjokorde Gde Ngoerah terlahir di Puri Saren Kauh Ubud pada tahun 1856 (Angka Tahun ini Saya kutip dari Buku Seniman Gianyar Tahun 1996). Ayahnya bernama Tjokorda Gde Oka. Beberapa masyarakat Ubud menyebut ayahnya dengan sebutan Mangkubumi – seorang penasehat penting di samping Tjokorda Gde Soekawati (Poenggawa Oeboed).

Selanjutnya, Tjokorda Gde Ngoerah memiliki tiga saudara perempuan dan satu saudara laki-laki yang sempat bertugas di Desa Sayan sebelum akhirnya kembali ke Ubud menjadi Punggawa serta mendiami areal kosong di utara pemrajan agung Ubud yang dikenal dengan Puri Anyar (tempat Buku Sri Nata Wasitwa Amla Nagantun itu tersimpan).

Sesungguhnya, beberapa penglingsir sempat berujar kepada saya perihal sosok Tjokorda Gde Ngoerah yang memiliki hubungan dekat dengan Raja Karangasem. Bahkan kepulangannya pada awal tahun 1967 bertepatan dengan digelarnya pelaksanaan Upacara Pelebon mendiang AAA Anglurah Ketut Karangasem. Oleh beberapa tetua desa di Ubud kejadian itu dipercayai sebagai ikatan janji bersama “nyujur sunya loka”.

Sesungguhnya hubungan erat kedua sosok tersebut telah terjalin sebelum peristiwa Gunung Agung itu meletus. Tidak saja kesamaan paham akan urusan ketatapemerintahan, namun juga bakat seni dan jiwa sastrawi rupanya mendekatkan batin keduanya. Jalinan silahturahmi kedua Puri makin terbangun tatkala salah satu cucu Tjokorda Gde Rai Sayan (bernama Tjokorde Istri Putri “Rietje”) di Puri Anyar Ubud melangsungkan pernikahannya dengan putra AAA Anglurah Ketut Karangasem (bernama Anak Agung Gde Oka Djelantik) pada tanggal 7 Oktober 1957 di Puri Agung Karangasem.

Nama Anak Agung Gde Oka juga tersirat dalam beberapa kutipan kalimat catatan Gurit Sri Nata Wasitwa Amla Nagantun tersebut. Mudah-mudahan Saya tidak salah. Tampaknya memang Anak Agung Gde Oke yang dimaksud adalah salah satu putra AAA Anglurah Ketut Karangasem yang juga suami “Rietje” dari Puri Anyar Ubud.

Sebelum kedatangan AAA Anglurah Ketut Karangasem ke Ubud, disebutkan Anak Agung Gde Oka sempat berkunjung menemui Tjokorde Gde Ngoerah di Ubud. Tjokorde Gde Ngoerah terlihat cemas akan kondisi dan berita dampak letusan Gunung Agung yang menghancurkan Kota Amplapura serta beberapa desa di Karangasem. Terlebih tersiar kabar adanya instruksi atau perintah agar beberapa penduduk segera melakukan evakuasi. Tjokorda Gde Ngoerah merasa prihatin dan cemas akan kondisi AAA Anglurah Ketut Karangasem – sosok yang sudah Lingsir, senantiasa menjalankan kebenaran serta berpegangan pada Sastra Gama.

“….Krana Tityang kadi Jujut, Ida I Aji mraga lingsir, lwih pageh ring kadarman, paramartha satya ngisti, matken sang Hyang Sastra Gama, Krethi yajnya ring Hyang Widhi…”

Oleh karena itu, Anak Agung Gde Oka menyampaikan bahwa perkenan esok hari AAA Anglurah Ketut Karangasem akan berkunjung serta menetap sementara di Ubud, seperti dijelaskan dibawah ini:

“……Tan liang munggwing ring kayun, ngrwauhin cokorda mriki, maring ubud masandekan, krana tityang ngrihinan, nguninga bawos Ida, Sane benjang rawuh mriki……”

Tjokorde Gde Ngoerah bersama seluruh keluarga Puri Ubud tentu merasa senang dan berbangga akan kehadiran AAA Anglurah Ketut Karangasem. Lebih lanjut Tjokorda Gde Ngoerah menyampaikan kepada Anak Agung Gde Oka agar ayahandanya berkenan tinggal beristirahat di Puri Anyar, sebelah utara Pemrajan Agung seperti yang tertera di bawah ini:

“Jumah Anyar I Aji mlungguh, ring genah I Adi Gde Rai, elah pagenjahan irika, wenten ngiring lanang istri, drawyang sampunang kubda, ledang sekadi Puri Kangin”.

“Gde Rai mangda nyatumut, ngiring Ida I aji, magosana syakrana, anggen murnang kayunne wingit, sareng locita mangda medal bawose hneng ledangin.”.

Gde Rai yang dimaksud adalah Tjokorde Gde Rai Sayan, adik kandung Tjokorde Gde Ngoerah. Di sebuah tempat kosong di utara Pemrajan Agung Ubud, Tjokorde Gde Rai Sayan mendirikan Puri serta tinggal bersama dengan beberapa istri Beliau. Putra tertua Tjokorde Gde Rai berkeliling tugas sebagai Brigadir Mobil Polisi, sedangkan putranya yang lain menetap di Desa Sayan sebagai Manca Sayan.

Dari beberapa narasi surat-surat Tjokorde Gde Rai Sayan kepada cucunya, tampaknya salinan surat kepada “Rietje” yang paling banyak saya temukan. Misalkan salah satu surat tertanggal 13 Juni 1958 yang menanyakan perihal kabar cucunya “Rietje” dan suaminya A.A. Gde Oka yang sebelum kawin telah menyandang gelar Mr. (Meester in de Rechten) dari Universitas Leiden.  Tampaknya para tetua di Puri Ubud cukup merasa senang dan terhormat atas perkawinan keduanya.

Kembali pada catatan kedatangan Raja Karangasem ke Ubud di tahun 1963 tersebut, saya tidak menemukan beberapa lama Beliau bersama istri, putra dan beberapa pengikut menetap di Puri Anyar Ubud. Namun yang pasti saat kedatangan Beliau, seluruh keluarga besar Puri Ubud hadir menyambut serta silih berganti berdatangan ke Puri Anyar setiap harinya.

Tercatat beberapa tokoh yang berkunjung serta berdisuki hangat bersama AAA Anglurah Ketut Karangasem seputar beragam filsafat parwa, cerita-cerita pengembaraan, tata aturan, pandangan keagamaan sampai pada inti bahasa kidung adalah: Anak Agung Gde Oka Gianyar, Tjokorda Gde Oka Sekretaris dari Puri Peliatan, Tjokorda Gde Agung Sukawati, Ida Putu Maron, Tjokorda Putu Batubulan, Anak Agung Niang Pejengaji, Padanda Griya Dawan.

Dari tuturan beberapa informan, sesekali pertemuan juga dilaksanakan di Pemrajan Agung Ubud. Yang pasti topik perbincangan masih seputar adat dan kebudayaan Bali. Dari sekian kali diskusi hangat itulah “konon” antara Tjokorda Gde Ngoerah dan AAA Anglurah Ketut Karangasem saling berjanji satu sama lainnya. Pada titik ini, awalnya saya tidak paham apa yang dimaksud “janji” oleh para tetua saya di Ubud. Namun dari runtutan tanggal dan peristiwa, tampaknya “1 Januari 1967” (*seperti yang telah saya sebut sebelumnya) merupakan hari yang bersejarah bagi kedua tokoh tersebut.

Bayangkan saja tepat di hari Minggu saat itu, Pelebon Agung digelar di Puri Karangasem untuk mendiang Raja Karangasem-AAA Anglurah Ketut Karangsem dan tepat pula suatu pagi di hari yang sama itu, Tjokorde Gde Ngoerah menghembuskan nafas terakhirnya di Gedong Loji Puri Saren Kauh Ubud.

Peristiwa yang cukup mengejutkan sekaligus menjadi buah bibir di Ubud kala itu akan “samaya” kedua tokoh ini. Mungkinkah betul itu “janji” seperti yang diperbincangkan para tetua di Ubud?

Setidaknya gurit Sri Nata Wasitwa Amla Nagantun ini mencerminkan kedekatan dan perhatian Tjokorde Gde Ngoerah pada AAA. Anglurah Ketut Karangasem. Pelebon Tjokorde Gde Ngoerah kemudian dilaksanakan pada tanggal 2 Agustus 1967 bersamaan satu “Bade” dengan Tjokorde Gde Rake Soekawati (mantan Presiden NIT) yang meninggal belakangan pada tanggal 19 Maret 1967. Lalu pada tahun 1969 (dua tahun berikutnya), adindanya Tjokorde Gde Rai Sayan di Puri Anyar Ubud juga turut berpulang menuju sunya loka. [T]

Catatan:

Walau tidak mampu mendapati secara detail janji dan perbincangan kedua tokoh saat tahun 1963 di Ubud kala itu, setidaknya tulisan ini menyiratkan gambaran akan hubungan yang erat antara Tjokorde Gde Ngoerah dan AAA Anglurah Ketut Karangasem. Dua tokoh yang memiliki kesamaan pandangan, berpegang pada Sastra Gama serta sama-sama produktif menghasilkan beberapa karya sastra.

Satu lagi, pada durasi yang cukup berdekatan AAA Anglurah Ketut Karangasem mendirikan Taman Tirta Gangga di Karangasem dan Tjokorde Gde Ngoerah membangun Taman Kumuda Saraswati di Ubud – dua Taman Air yang sangat indah dan belakangan menjadi primadona pariwisata Bali”.

Mohon maaf jika ada salah kata dan kurang rapi dalam penulisan “BANTAS ANGGE AUBUDAN”

____

BACA TULISAN COKORDA GDE BAYU PUTRA YANG LAIN

Tags: balikarangasemsastraUbud
Previous Post

[Kabar Minikino] – Documentary Dojo 3 | Memperkuat Posisi Film Dokumenter Asia

Next Post

Mengenal Kembali Sosok Panji Tisna: Kaitan antara Biografi, Proses Kreatif, dan Karya-karyanya

Cokorda Gde Bayu Putra

Cokorda Gde Bayu Putra

Dosen FEBP Universitas Hindu Indonesia dan mengabdi pada Yayasan Bina Wisata Kelurahan Ubud.

Next Post
Mengenal Kembali Sosok Panji Tisna: Kaitan antara Biografi, Proses Kreatif, dan Karya-karyanya

Mengenal Kembali Sosok Panji Tisna: Kaitan antara Biografi, Proses Kreatif, dan Karya-karyanya

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ritual Sebelum Bercinta | Cerpen Jaswanto

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025

MATAHARI menggantung tenang di langit Ubud ketika jarum jam perlahan menyentuh angka 12.30. Hari itu, Minggu, 1 Juni 2025, Rumah...

by Dede Putra Wiguna
June 4, 2025
Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng
Kuliner

Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng

SORE menjelang malam di Pasar Senggol, di Pelabuhan Tua Buleleng, selalu tercium satu aroma khas yang menguar: adonan tipis berbahan...

by Putu Gangga Pradipta
June 4, 2025
Film “Story” dan “AI’r”: Tekhnologi dan Lain-lain | Catatan dari Layar Kolektif Bali Utara
Panggung

Film “Story” dan “AI’r”: Tekhnologi dan Lain-lain | Catatan dari Layar Kolektif Bali Utara

ADA enam flm pendek produksi devisi film Mahima Institute Indonesia (Komunitas Mahima) diputar di Kedai Kopi Dekakiang dengan tema “BERTUMBUH”,...

by Sonhaji Abdullah
June 4, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co