25 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

IBW Widiasa KenitenbyIBW Widiasa Keniten
May 25, 2025
inCerpen
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Ilustrasi tatkala.co | Rusdy

LAKI-LAKI paruh baya itu duduk mematung di bangku depan rumahnya. Tubuhnya ringkih. Kaos oblong yang dipakainya mulai tampak lusuh. Ia nikmati kepulan asap rokoknya. Entah sudah berapa kali isapan memasuki rongga dadanya. Ia sepertinya menahan beban teramat berat.

“Istriku kenapa kau belum datang juga,” bisik laki-laki itu.

Istrinya berjanji akan datang jika ia duduk di bangku depan rumahnya. Bangku kayu yang ia buat sendiri. Kayu-kayu bekas sisa bangunan dirangkainya menjadi sebuah bangku. Dua bangku, satu bangku untuk istrinya, satu bangku untuk dirinya.

Suami istri itu memiliki kegemaran duduk di bangku setiap malam. Mereka tatap luasnya langit. Mereka tatap bintang-bintang yang menghiasi langit malam. Mereka tatap awan-awan yang berganti warna setiap detik. Terkadang mereka tertawa sendiri. Menertawakan kekonyolan mereka.

“Kenapa kita harus seperti ini?” tanya si istri.

Suaminya tak menjawab. Ia isap cerutunya semakin mendalam seakan kenikmatan tak mau dilepaskan dari bibirnya. Ia tahu kebiasaannya itu menjadi gunjingan tetangganya. Suami istri itu menyadari sampai detik ini belum diberikan momongan.

Beragam cerita tentang diri mereka, katanya saat upacara pernikahan ada yang berhasil mengganggunya. Ada lagi mengatakan suaminya kena karmanya. Saat muda suka mempermainkan anak gadis orang. Ada lagi cerita bahwa rahim istrinya sudah diangkat yang tak pernah disampaikan kepada suaminya.

Didekati istrinya. Ia pegang kedua tangannya. “Kita bersyukur masih bisa melihat semesta ini, Istriku. Tak semua orang diberi waktu oleh Tuhan untuk  melihat keindahannya!” Ia rapatkan lagi duduknya. “Beli tahu banyak gunjingan mengenai diri kita. Itu hal biasa. Setiap yang hidup, tak ada yang lepas dari masalah. Kita hadapi setiap masalah. Dengan masalah, kita akan merasakan nikmatnya hidup. Buatlah hidup semakin indah. Keindahan itu ada di hati kita, Istriku!”

Istrinya terdiam. Ia tahu tak memiliki kekuatan untuk membantahnya. Diusapnya kening suaminya. “Maafkan Putri, Beli. Pernikahan kita tak ada tangisan bayi. Tiang tak mampu memberikan keindahan di hati Beli. Sudah sepuluh tahun kita hidup bersama, rumah kita masih sepi. Akankah ini akan selamanya Beli?”

Laki-laki itu memegang jemari istrinya. Matanya beradu. “Beli tak akan berpaling hati, Istriku.” Rupanya di balik kata-kata istrinya ada kekhawatiran terhadap kesetiannya. “Tak ada yang perlu dikhawatirkan terhadap Beli. Cinta Tuhan kepada kita itulah yang lebih utama. Kita dilahirkan dan bisa menyatu dalam menjalani roda kehidupan. Tak usah larut dalam omongan orang terhadap kita. Biarlah Tuhan yang mengatur kita. Jika Tuhan memberi jalan seperti ini, kita jalani saja, Istriku.”

Kenangan-kenangan itu hadir di hati laki-laki itu. Ia tak bisa lepas dari kenangan manis bersama istrinya. Sudah hampir satu tahun istrinya pergi menuju keabadian. Laki-laki itu tak bisa menerima kenyataan yang dihadapinya. Ia ingin istrinya kembali bersamanya. Kesepian yang menyelimuti hatinya semakin hari semakin menebal. Canda tawa tak terdengar lagi. Kerinduan bertemu dengan istrinya membara sepanjang hari. Hanya satu di hatinya bertemu dengan istri tercintanya. Kursi kayu itu tempat bertemunya dua hati.

“Istriku, kembalilah. Beli menunggu di sini sebagai bukti kesetian Beli pada Putri.”

Orang-orang di sekitar laki-laki itu tak ada peduli lagi. Mereka pandang bahwa laki-laki itu sudah berubah ingatan. Berbulan-berbulan kebiasaannya itu dilakukannya. Ia tak bisa menerima kenyataan. Ia pergi pada tukang tenung. Orang menyebutnya matenung. Katanya istrinya telah menikah dengan roh halus di alam gaib bahkan katanya lagi sudah punya anak dari hasil pernikahannya itu. Istrinya tak mau kembali lagi sama suaminya karena tak mampu memberinya keturunan.

“Untuk apa menjaga pernikahan, kalau tak ada tangisan bayi!” Itu kata istrinya, menurut tukang tenung.

Hati laki-laki itu memanas. Ia merasa dipermalukan oleh perantara itu yang katanya bisa menerawang keberadaan istrinya. Ia pulang dengan tangan hampa. Di hatinya merasa menyesal setelah mencari tukang tenung. Bukannya jalan keluar yang diperolehnya justru masalah baru yang membuat bara di hatinya seperti diperciki minyak.

“Sudahlah, kalau itu pilihannya. Silakan saja. Tapi, tiang tak yakin dengan pilihan istri tiang. Ia perempuan yang punya harga diri. Ia perempuan yang menempatkan pernikahan sebagai jalan mulia. Pernikahan bukan tempat bermain-main.”

“Ini hanya terawangan saja. Semoga istri Beli bisa kembali lagi. Cobalah sering-sering memohon di Kemulan. Siapa tahu leluhur Beli memberikan jalan keluar dan bisa bersatu kembali dengan istri Beli.”

Laki-laki itu tak lagi mendengarkan kata-kata tukang tenung itu. Ia berjalan mengikuti kata hatinya. Ia merapikan kembali jalan hidupnya. Sudah beberapa purnama tak sempat lagi memuja kebesaran Hyang Widhi. Ia duduk tepekur di depan kemulan. Ia memohon kepada kawitan-nya. Asap dupa, harumnya bunga-bunga memberi ketenangan pada laki-laki itu. Ia atur jalan pernapasannya. Ketenangan mulai merambati relung hatinya.

Gema suara hatinya dirasakannya muncul kembali. ”Anakku. Tak ada yang abadi di semesta ini. Istrimu telah bersama kami. Lapangkan hatimu, Nak. Pengabenan yang sudah kau lakukan itu jalan menuju penyatuan. Ia telah bersama kawitan-mu di sini.”

Laki-laki itu tersentak. Selama ini, hatinya belum bisa menerima kepergian istrinya. Ia pandangi kursi kayu yang dirasakannya bergoyang-goyang.

“Itu istriku masih duduk di sana,” teriaknya.

Laki-laki itu mendekati kursi kayu yang biasa digunakannnya saat masih bersama. Napasnya terasa berat setiap melihat kursi kayu itu. [T]

Keterangan:

Beli: kakak, panggilan untuk suami
Tiang: saya
Tukang tenung: semacam peramal, orang yang bisa melihat peristiwa tak kasat mata
Kemulan: pemujaan untuk lelulur
Kawitan: leluhur

Penulis: IBW Widiasa Keniten
Editor: Made Adnyana Ole

  • KLIKuntukBACAcerpen lain
Perempuan Bercahaya Rembulan | Cerpen IBW Widiasa Keniten
Lebih Gelap dari Palung Mariana | Cerpen Anggit Rizkianto
Ketut Asti | Cerpen Yuditeha
Lelaki yang Menghilang di Tengah Laut | Cerpen Pry S.
Perbincangan Rindu | Cerpen Lanang Taji
Tags: Cerpen
Previous Post

Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

Next Post

AI dan Seni, Karya Dialogis yang Sarat Ancaman?

IBW Widiasa Keniten

IBW Widiasa Keniten

Ida Bagus Wayan Widiasa Keniten lahir di Geria Gelumpang, Karangasem. 20 Januari 1967. Buku-buku yang sudah ditulisnya berupa karya sastra maupun kajian sastra. Pemenang Pertama Guru Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2013 dan Penerima Tanda Kehormatan Satyalancana Pendidikan Tahun 2013 dari Presiden, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, Rabu, 27 November 2013 di Istora Senayan Jakarta. Tahun 2014 ikut Program Kunjungan (Benchmarking) ke Jerman, selanjutnya ke Paris (Prancis), Belgia, dan Amsterdam (Belanda). 2014 menerima penghargaan Widya Kusuma dari Gubernur Bali. Tahun 2015 memeroleh Widya Pataka atas bukunya Jro Lalung Ngutah.

Next Post
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

AI dan Seni, Karya Dialogis yang Sarat Ancaman?

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

AI dan Seni, Karya Dialogis yang Sarat Ancaman?

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 25, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

“Seni bukanlah cermin bagi kenyataan, tapi palu untuk membentuknya.” -- Bertolt Brecht PARA pembaca yang budiman, kemarin anak saya, yang...

Read more

Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

by Gede Maha Putra
May 24, 2025
0
Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

MUSEUM Bali menyimpan lebih dari 200 lontar yang merupakan bagian dari koleksinya. Tanggal 22 Mei 2025, diadakan seminar membahas konten,...

Read more

Saatnya Pertanian Masuk Medsos

by I Wayan Yudana
May 24, 2025
0
Saatnya Pertanian Masuk Medsos

DI balik keindahan pariwisata Bali yang mendunia, tersimpan kegelisahan yang jarang terangkat ke permukaan. Bali krisis kader petani muda. Di...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran
Khas

Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran

JIMBARAN, Bali, 23 Mei 2025,  sejak pagi dilanda mendung dan angin. Kadang dinding air turun sebentar-sebentar, menjelma gerimis dan kabut...

by Hamzah
May 24, 2025
“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja
Panggung

“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja

SIANG, Jumat, 23 Mei 2025, di Berutz Bar and Resto, Singaraja. Ada suara drum sedang dicoba untuk pentas pada malam...

by Sonhaji Abdullah
May 23, 2025
Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno
Panggung

Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno

JIKA saja dicermati secara detail, Pesta Kesenian Bali (PKB) bukan hanya festival seni yang sama setiap tahunnya. Pesta seni ini...

by Nyoman Budarsana
May 22, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co