18 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Dari Kartini, Chairil Anwar, Sampai Ki Hadjar Dewantara

I Nyoman TingkatbyI Nyoman Tingkat
April 27, 2025
inEsai
Dari Kartini, Chairil Anwar, Sampai Ki Hadjar Dewantara

RA Kartini, Chairil Anwar, Ki Hajar Dewantara | Ilustrasi tatkala.co | Rusdy | Foto diambil dari berbagai sumber

TUJUH hari setelah perayaan Hari Lahir Kartini, 21 April, adalah perayaan kematian Chairil Anwar, 28 April. Empat hari setelah perayaan kematian si binatang jalang adalah Hari Lahir Ki Hadjar Dewantara, 2 Mei, sebagai hari Pendidikan Nasional.

Tiga tokoh monumental yang dikenang secara beriringan oleh bangsa Indonesia itu memang memiliki kesamaan dalam visi buat bangsanya. Ketiganya memiliki visi memerdekakan bangsanya dengan jalan Pendidikan. R.A. Kartini mengedukasi melalui gerakan emansipasi wanita yang berintikan kesetaraan gender. Chairil Anwar mendidik dan memerdekakan bangsanya dengan kekuatan kata-kata untuk memasuki ruang batin bangsanya. Sementara itu, Ki Hadjar Dewantara memerdekakan bangsanya melalui lapangan jurnalistik dan Perguruan Taman Siswa.

Perayaan Hari Kartini mengingatkan kita pada buku Door Duisternis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang). Buku itu adalah kumpulan korespondensi Kartini dengan sahabat-sahabatnya di Negeri Belanda yang menjadi sumber inspirasi bagi emansipasi wanita. Dari surat-surat R.A. Kartini itu, kita membaca kegigihannya melawan penjajah sekaligus melawan bangsanya sendiri. Di satu sisi, R.A. Kartini muak dengan penjajah Belanda yang mengkrangkeng kaum perempuan pribumi tidak boleh melihat dunia luar melalui Pendidikan yang mencerahkan, di sisi lain ia juga memberontak kaum laki-laki dari bangsanya sendiri yang memperlakukannya dengan feodal.

Walaupun demikian, bersyukurlah R.A. Kartini punya sahabat Belanda yang membukakan pintu untuk melihat dunia luas. Artinya, penjajahan Belanda pun masih memberikan ruang bagi R.A. Kartini mengenyam pendidikan walaupun hanya sebatas Sekolah Rakyat. Tidak sementereng capaian laki-laki. Namun, patut diacungi jempol, semangat literasi R.A. Kartini sangat menakjubkan. Buktinya ia juga mendirikan Perpustakaan untuk kaum putri.

Dengan modal Pendidikan Dasar, R.A. Kartini mampu berkomunikasi dengan Profesor dari Belanda. Jika tidak cerdas, mustahillah ia mampu menerjemahkan pikiran dan perasaannya yang menyentuh koleganya di Belanda. Itu pula menyebabkan ia ngotot untuk mendirikan sekolah keputrian yang menyiapkan kaum perempuan menjadi ibu. Sekolah didirikan di bawah Yayasan Kartini disebut Sekolah Kartini (1912) tersebar di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon.

Sungguh menyala cita-cita Kartini untuk memajukan kaumnya. Pendidikan diyakininya sebagai obor penerang kegelapan. Keyakinan itu diterjemahkan dengan memperluas pergaulan dengan orang-orang Barat berkemajuan. Dalam suratnya ditujukan kepada Nona E.H. Zeehandelaar, yang ditulis di Jepara 25 Mei 1899, R.A. Kartini menyatakan,

Saya ingin sekali berkenalan dengan seorang “gadis modern” yang berani, yang dapat berdiri sendiri, yang menarik hati saya sepenuhnya, yang menempuh jalan hidupnya dengan langkah cepat, tegap, riang dan gembira, penuh semangat, dan keasyikan. Gadis yang selalu bekerja tidak hanya untuk kepentingan dan kebahagiaan diri-sendiri, tetapi berjuang untuk masyarakat luas, bekerja demi kebahagiaan sesama. Hati saya menyala-nyala karena semangat yang menggelora akan zaman baru. Ya, bisa dikatakan bahwa saya dalam pikiran dan perasaan, melampaui zaman Hindia Belanda ini, melainkan hidup bersama para wanita saudara saya nun jauh di Barat.

Kepiawaian R.A. Kartini merangkai kata menunjukkan ia adalah wanita cerdas yang melampui zaman. Berkenalan dengan gadis modern Barat juga mencerminkan luasnya pergaulan. Keberterimaan gadis modern Barat pada R.A. Kartini menunjukkan, ia adalah wanita yang berhasil melepaskan diri dari belenggu feodal bangsanya sendiri. Merdeka dari belenggu patrilineal. Ia berhasil membangun kesetaraan gender ketika wanita masih dirundung kegelapan. Wanita yang kecerdasannya melampaui zamannya. Tidak berlebihan, bila W.R. Supratman mencatat namanya dalam syair yang dinyanyikan sepanjang zaman oleh anak-anak sekolah, “Ibu kita Kartini, Putri sejati, Putri Indonesia, Harum Namanya…”

Sebagai tokoh pergerakan emansipasi wanita, R.A. Kartini pantas menyandang ibu negara. Bukan semata-mata karena anak bangsawan Jawa, melainkan karena gagasan, cita-cita, dan keberaniannya mendobrak ketidakadilan bagi kaumnya. Namun, ia menempatkan etika sebagai panduan perjuangan. “Bila orang hendak bersungguh-sungguh memajukan peradaban, maka kecerdasan pikiran dan pertumbuhan budi harus sama-sama dimajukan”, tulisnya sebagai petunjuk mendarahdagingnya ilmu mendidik.

Seperti juga Kartini yang hadir mendobrak melampaui zamannya, kehadiran Chairil Anwar juga mendobrak mengikuti elan nafas zaman. Ia meninggalkan diksi Pujangga Baru dalam puisi-puisinya. Diksinya singkat, padat, berani, dan berisi sebagai penanda perpuisian Angkatan ’45. Pendobrak zaman kolonial menuju Indonesia Merdeka melalui pena runcing dengan ketajaman kata-kata.

Tema garapan Chairil Anwar pun variatif dalam usia sangat muda. Cinta dilirik. Perjuangan digarap. Patriotik – nasionalis dicatat. Religiusitas diimani. Pahlawan ditulis. Sejarah dilahap. Begitu luas ladang garapannya. Jika diandaikan petani, ia menggarap ladang yang luas dengan sistem diversifikasi. Hasilnya pun bervariasi dalam tema dan bentuk. Puisinya panen raya mengisi kemerdekaan negeri memasuki ruang-ruang kelas. Menyapa anak negeri entah sampai kapan. “Aku ingin hidup seribu tahun lagi”, tulisnya dalam puisi, “Aku”.

Mirip dengan R.A. Kartini (21 April 1879 – 17 September 1904), Chairil Anwar juga mati muda (26 Juli 1922 – 28 April  1949). Namun keduanya meninggalkan legasi penyemangat bagi bangsanya.  Kematian Chairil Anwar selalu dirayakan insan Sastra Indonesia, dengan berbagai aktivitas : baca puisi-puisinya, seminar, lomba/sayembara sastra seputar Chairil Anwar. Koran-koran mengenangnya. Media sosial mengunggahnya. Kampus-kampus sastra memuliakannya. Perdebatan tentang Chairil Anwar juga terus mengalir antara tuduhan plagiat dan keaslian karya puisinya. Semua itu membuka ruang dialog terhadap eksistensi Chairil Anwar di dunia perpuisian Indonesia.

Sesempit pengetahuan saya, R.A. Kartini belum terdengar ruang perdebatan terhadap eksistensinya memperjuangkan kaum wanita. Berbeda dengan Chairil Anwar, hadir dengan perdebatan-perdebatan tanpa berkesudahan di ruang-ruang akademik, tetapi umumnya berakhir dengan pemuliaan terhadap proses kreatifnya. Ibarat masakan, puisi-puisinya daging semua. Bergizi dan menyehatkan tubuh bangsa di ruang batin apresiasi kemerdekaan berpikir : bersenjata kata-kata.

Chairil Anwar membuktikan, kata-kata adalah senjata yang perlu dan wajib dirawat, diasah, sehingga ketajamannya mampu menusuk pertahanan lawan. Namun, sayang keduanya berpulang dalam usia muda. Kartini meninggal empat hari setelah melahirkan anak pertama, Raden Mas Soesalit dalam usia 25 tahun. Kabar berpulangnya R.A. Kartini sampai kini masih kontroversial, antara dibunuh atau pendarahan akibat melahirkan. Kepergiannya terasa abu-abu seperti kepulangan Munir tokoh pejuang Hak Asasi Manusia zaman Orde Baru.

Berbeda dengan Chairil Anwar berpulang dalam usia menjelang 27 tahun akibat tifus, infeksi, dan usus pecah. Sebelumnya, ia juga menderita TBC. Dalam dialog dengan ibunya, yang disebut gajah, menyebut, “Bila umurmu panjang, kamu bakal masuk penjara”. Jawab Chairil Anwar, “Bila umurku pendek, anak-anak sekolah akan berziarah ke kuburku, tabur bunga”.

Jawaban Chairil Anwar benar adanya dan terbukti hingga kini. Diksi “tabur bunga” yang digunakan bermakna konotatif sebagaimana puisi. Barangkali maksudnya ia selalu disebut dan diapresiasi karya-karyanya. Ramalan Chairil Anwar itu “disambut” oleh Ki Hadjar Dewantara yang berumur panjang, 69 tahun (2 Mei 1889 -26 April 1959). Ki Hadjar yang menjadi Menteri Pendidikan dan Pengadjaran pada awal Kemerdekaan, telah mengapresaisi karya-karya puisi Charil Anwar melalui anak-anak sekolah. Tradisi itu berlanjut sampai kini walaupun belasan  kali Kurikulum berubah dan Menteri berganti. Puisi-puisi Chairil Anwar selalu mengisi ruang batin anak bangsa di ruang-ruang kelas.

Begitulah Chairil Anwar dibaca di ruang-ruang kelas. Api semangatnya terus dinyalakan. Sejak Ki Hadjar Dewantara menjadi menteri Pendidikan dan Pengadjaran hingga kementerian itu berubah menjadi tiga kementerian, puisi-puisi Chairil Anwar tetap dijadikan bahan ajar. Makna puisinya pun selalu mengikuti nafas zaman. Hanya karya yang bermutu yang tidak lekang oleh semangat zaman. Chairil membuktikan dan Ki Hadjar Dewantara menyediakan karpet merah untuk memasuki ruang kelas.

Begitulah tiga tokoh bangsa masuk ruang kelas dengan cara berbeda untuk tujuan yang sama. Benang merah dari ketiga tokoh ini adalah semangat literasinya yang tiada tanding. Ketiganya kutu buku. Sari-sari isi buku dianalisis dan disintesiskan untuk memperkuat perjuangan. Nyatalah, mereka orang yang kreatif, inovatif, dan berpikir kritis tetapi tetap komunikatif. Mereka mengedukasi menyongsong fajar harapan masa depan yang tidak mudah, tetapi tak pernah menyerah. Terima kasih Kartini, terima kasih Chairil Anwar, terima kasih Ki Hadjar Dewantara. Semoga semua hidup berbahagia. [T]

Penulis: I Nyoman Tingkat
Editor: Adnyana Ole

Ki Hadjar Dewantara Melembutkan Kegarangan Chairil Anwar dan Bung Karno
Dari Chairil Anwar ke Ki Hadjar Dewantara
Pertarungan Bangsawan Oesoel Vs Bangsawan Pikiran
Tags: Chairil AnwarHari KartiniKartiniKi Hadjar DewantaraPendidikan
Previous Post

Sudah Saatnya Membangun “Eco Office” di Tempat Kerja

Next Post

Pemerintahan yang Gagal Berkomunikasi dengan Rakyat

I Nyoman Tingkat

I Nyoman Tingkat

Kepala SMA Negeri 2 Kuta Selatan, Bali

Next Post
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

Pemerintahan yang Gagal Berkomunikasi dengan Rakyat

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mengkaji Puisi Picasso : Tekstualisasi Karya Rupa Pablo Picasso

by Hartanto
May 18, 2025
0
Mengkaji Puisi Picasso : Tekstualisasi Karya Rupa Pablo Picasso

SELAMA ini, kita mengenal Pablo Picasso sebagai pelukis dan pematung. Sepertinya, tidak banyak yang tahu kalau dia juga menulis puisi....

Read more

“Study Tour”, Bukan Remah-Remah dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 18, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KONTROVERSI seputar pelarangan study tour sempat ramai menjadi perbincangan. Beberapa pemerintah daerah dan sekolah melarang siswa, mulai dari TK hingga...

Read more

Rasa yang Tidak Pernah Usai

by Pranita Dewi
May 17, 2025
0
Rasa yang Tidak Pernah Usai

TIDAK ada yang benar-benar selesai dari sebuah suapan terakhir. Kadang, bukan rasa yang tinggal—tapi seseorang. Malam itu, 14 Mei 2025,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar
Panggung

Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar

AMFLITEATER Mall Living World, Denpasar, ramai dipenuhi pengunjung. Sabtu, 10 Mei 2025 pukul 17.40, Tempat duduk amfliteater yang bertingkat itu...

by Hizkia Adi Wicaksnono
May 16, 2025
Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa 
Kuliner

Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa

ADA beberapa buah tangan yang bisa kalian bawa pulang untuk dijadikan oleh-oleh saat berkunjung ke Singaraja Bali. Salah satunya adalah...

by I Gede Teddy Setiadi
May 16, 2025
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co