“Yen kal magaang, lan mai magaang bareng-bareng, yen kal malaib, lan malaib bareng-bareng.”
Begitulah kata-kata yang paling sering disampaikan Dede Nyana dalam rapat kegiatan Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Gianyar. Dan, kata-kata dalam bahasa Bali itu juga yang paling saya ingat ketika Dede Nyana berpulang—meninggalkan kami untuk selamanya.
Dede Nyana bernama lengkap I Gde Nyana Kesuma, S.Pd., M.Hum. Ia memang sangat akrab dipanggil dengan nama Dede, atau Dede Nyana. Ia koordinator Penyuluh Bahasa Bali Provinsi Bali di Kabupaten Gianyar. Ia adalah koordinator yang dikenal energik, tegas, dan menyukai kebersamaan.
“Yen kal magaang, lan mai magaang bareng-bareng, yen kal malaib, lan malaib bareng-bareng.”
Artinya: “Kalau mau merangkak, ayo merangkak bersama-sama. Kalau mau berlari, ayo berlari bersama.”
Kalimat itu jelas dan tegas menunjukkan Dede bukanlah seorang individualias. Ia menyukai kebersamaan. Ia adalah pemimpin yang punya tujuan untuk maju bersama-sama.
Dede meninggal di rumah sakit, Kamis malam, 3 April 2025, karena sakit. Ia meninggalkan istri dan dua putri yang sangat ia cintai. Putri sulungnya berusia sekitar 4 tahun, dan putri keduanya usianya belum genap 2 tahun.
Kami, teman-temannya di Penyuluh Bahasa Bali Ginayar, juga di Bali, tentu saja sangat kehilangan. Selama bersama kami, Dede tak pernah mengeluh sakit, dan justru ia lebih sering bercanda, karena ia memang orangnya suka bercanda dalam kebersamaan.
Meski suka bercanda, Dede dikenal sebagai pemimpin yang energik dan tegas, juga suka dengan kebersamaan. Ia sosok yang humble. Buktinya ia bisa bergaul dengan siapa saja, tanpa pandang usia.
Ia punya banyak teman, bukan saja dari kalangan Penyuluh Bahasa Bali, melainkan juga dari berbagai kalangan. Meski sedikit baperan, ia adalah orang yang sangat peduli dengan teman-temannya. Jika teman punya masalah, jangan ditanya lagi, ia langsung bertindak. Ia selalu membantu dan memfasilitasi teman-temannya untuk melakukan kegiatan apa saja. Tanpa pandang bulu.
Oh ya, Dede Nyana adalah salah satu koordinator Penyuluh Bahasa Bali yang ikut berangkat ke Jakarta untuk memperjuangkan Penyuluh Bahasa Bali agar menjdi P3K. Untuk urusan memperjuangkan nasib Penyuluh Bahasa Bali, Dede Nyana memang selalu bersemangat.

Dede Nyana saat ke Jakarta memperjuangkan Penyuluh Bahasa Bali agar bisa diangkat menjadi P3K | Foto: Ist
Siapa pun pasti setuju, Dede Nyana orang yang karismatik. Dengan karismanya ia dikenal banyak orang, banyak juga penggemarnya, terutama kalangan kaum hawa. Di mana ia berada, di situ pasti saja ada temannya, atau setidaknya ada saja orang yang mengenalnya.
Soal berteman Dede Nyana seorang yang dikenal loyal. Tak heran saat sedang duduk bersama di warung kopi misalnya, kerap kali dialah yang membayar belanjaan teman-teman.
Tapi jangan salah menebak. Meski humble dan terkesan santai, Dede Nyana juga dikenal dengan orang yang penuh dengan target. Setiap target yang ditata selalu berusaha untuk ia capai. Dari karakteristiknya yang seperti itulah banyak hal-hal baru, perubahan-perubahan baru, ide-ide baru, ia munculkan, terutama untuk Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Gianyar.
Dede pencetus kegiatan “Makantisastra”, sebuah kegiatan yang mewadahi kreativitas anak muda yang berkaitan dengan Aksara, Bahasa, dan Sastra Bali. Kegiatan-kegiatan lomba yang berkaitan dengan bahasa Bali selalu diselenggarakan setiap tahunnya. Dan hal paling menonjol yang menjadi ciri khas kegiatan Makantisastra adalah Lomba Film Pendek Dokumenter Berbahasa Bali.
Siapa pencetus lomba tersebut? Siapa lagi kalau bukan Dede Nyana.
Dede Nyana juga seorang penulis puisi, cerpen berbahasa Bali yang dimuat di Majalah Suara Saking Bali dan juga pada perhelatan Saraswati Sewana Puri Kauhan Ubud. Beberapa artikel dan puisinya juga termuat di tatkala.co. Ia juga kerapkali menjadi juri lomba di bidang puisi sampai ke lomba masatua Bali dan debat berbahasa Bali.
Selain menulis, Dede Nyana juga dikenal suka bermain bola voli, futsal, dan sepak bola. Tapi, yang paling dia sukai adalah bermain bola voly. Sesungguhnya ia adalah orang yang multitalenta. Tentang apa pun ia bisa lakukan, karena ia punya semangat belajar yang tinggi.
Yang cukup mengejutkan, Dede Nyana juga kolektor dan pecinta tanaman simbar. Ia bahkan beberapa kali melakukan siaran langsung lewat facebook untuk memperkernalkan dan menawarkan koleksi simbarnya kepada orang-orang yang berminat.
Siaran langsungnya selalu ramai. Dede Nyana menggunakan bahasa Bali diselipi humor-humor segar. Orang-orang tertarik, kalau tidak membeli, setidaknya menonton siaran langsungnya. Dan, Dede sangat piawi menjadikan simbar sebagai jenis tanaman yang berharga di mana orang lain.
Saya sangat berterma kasih kepada Dede. Karena berkat dorongannya saya bisa belajar menulis puisi dan cerpen berbahasa Bali. Titik awal saya belajar menulis puisi dan cerpen berbahasa Bali adalah ketika ia mendorong saya untuk membuat sebuah karya dan menyuruh saya untuk mengirimkan karya tersebut ke majalah Suara Saking Bali. Dan tentu saja berkat dia, karya saya pertama kali dimuat di sebuah majalah.

Rasa senang itu kini telah berlalu. Kamis malam, 3 April 2024 Dede Nyana pergi untuk selamanya, setelah hampir 2 minggu menjalani perawatan intensif di ruang ICU. Berita duka ini sontak mengagetkan semua orang yang mengenalnya.
Saya masih ingat perkataan terkakhirnya di Balai Budaya Gianyar saat perhelatan Bulan Bahasa Bali Gianyar. Ia sempat berkata ingin membuat sebuah buku antologi puisi bahasa Bali berisikan tulisan teman-teman Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Gianyar.
“Lan ngae buku antologi puisi Bali anyar ane misi karya timpal-timpal penyuluh di Gianyar. Barengin dik nae! Yen padidi sing kuat asane batis raga matindakan,” kata Dede saat itu.
Artinya, “Ayo bikin buku antologi puisi Bali modern yang berisi karya teman-teman Penyuluh Bahasa Bali di Gianyar. Ikut bersama-sama. Kalau sendiri tak kuat rasanya kaki ini melangkah.”
Kata-kata itu sampai saat ini menghantui pikiran saya. Dan saya bertekad, jika ada kesempatan dan dukungan teman-teman di Gianyar, semoga saya dan teman-teman Gianyar bisa mewujudkan harapan Dede Nyana itu. [T]
Penulis: I Wayan Kuntara
Editor: Adnyana Ole
- BACA artikel ang ditulis DEDE NYANA di tatkala.co