10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Di Meja Perjamuan Kekuasaan, Siapakah Sebenarnya yang Pegang Tali Kendali?

I Nengah JuliawanbyI Nengah Juliawan
February 26, 2025
inEsai
Di Meja Perjamuan Kekuasaan, Siapakah Sebenarnya yang Pegang Tali Kendali?

Ilustrasi tatkala.co | Nengah Juliawan

“Tan hana wruh ri sang nata sangkeng sira nahan ya tan hana wruh ri sang nata sangkaning sira”

Tiada yang tahu kepada siapa raja harus setia, dan tiada yang tahu dari mana kesetiaan seorang raja berasal. (Kakawin Bharatayuda)

Di balik tirai kegelapan, ada tangan-tangan yang tak terlihat, menyusun hidangan bagi mereka yang lapar akan kuasa. Di meja panjang yang berpendar cahaya lilin, janji dan kesetiaan bukanlah sekadar kata-kata, melainkan hidangan utama yang tersaji di atas piring emas. Siapa yang berani menolak jamuan itu, niscaya akan kehilangan tempat duduknya. Namun, siapa yang menyantapnya, tak akan pernah bebas dari utang yang tak kasat mata.

Raja Salya, Perjamuan dan Kehormatan

DI sebuah senja yang redup, ketika langit mulai menyulam jingga dan angin berbisik lirih di antara tenda-tenda perkemahan, Raja Salya tiba dengan langkah penuh wibawa. Niat hatinya hendak bergabung dengan keponakannya, Yudhishthira, dalam perang besar yang akan mengguncang daratan Bharata.

Namun, di tengah perjalanan, Duryodana telah merajut renda siasat licik, dengan jamuan yang megah dan hidangan yang menggoda, ia menyambut Salya bak tamu agung. Piala emas berisi anggur tertuang tanpa henti, sementara kerawang saling ngumbang ngisep mengiringi perjamuan yang penuh kehormatan.

Salya duduk di singgasana kehormatan, dan tanpa perlawanan setiap hidangan menyentuh lidahnya dengan kelembutan yang menipu. Jamuan itu bukan sekadar persembahan, melainkan jaring halus yang merayap di sekelilingnya, membelit, mengikat tanpa terasa.

Hidangan istimewa silih berganti menghampiri Salya dengan aroma rempah menelisik tepat ke relung hatinya, membisikkan kemewahan dan prestige yang sulit ditolak.

Duryodana, dengan senyum penuh makna, akhirnya bangkit. Udara seolah menegang, dan kata-kata yang meluncur dari bibirnya bagaikan rantai tak kasat mata.

“Wahai Raja Salya, betapa bahagianya aku menjamumu. Kini, jika engkau berkenan, berikrarlah untuk memberikan segala kecerdasan dan kekuatanmu kepadaku dalam perang besar yang akan datang!”

Saat itu, kehormatan Salya menggeliat dalam dirinya, bukan lagi sebuah kebanggaan, melainkan belenggu yang mencengkeram. Ia merasakan utang budi mengendap dalam darahnya, berdenyut di setiap nadi, menuntut balas.

“Sira tan hana sukaning dharma, nihan janma samyag asudha” (Tiada kebahagiaan dalam dharma jika manusia masih terikat oleh utang budi) — ‘Kakawin Arjunawiwaha’.

Seorang ksatria tak mungkin mengingkari penghormatan yang telah ia terima. Maka, dengan suara yang bergetar antara kewajiban dan nurani, ia mengucapkan sumpah setia kepada Duryodana. Namun, di kedalaman jiwanya, kesetiaan sejatinya tetap berbisik pelan pada Pandawa, lirih seperti angin yang enggan meninggalkan senja.

Begitulah sepenggal umum kisah Raja Madra (Salya), hingga saat ini kerap dijadikan sesenggakan “Politik Salya”.

Budaya Balas Budi

Konsep balas budi muncul sebagai pisau bermata dua, hal ini disebabkan karena nilai hutang budi akan mengakar dalam relasi sosial dan politik. Jika seseorang telah menerima kebaikan atau bantuan dari pihak lain, ada kewajiban moral untuk membalasnya, bahkan jika itu bertentangan dengan kepentingan pribadi.

Dalam konteks politik, budaya balas budi ini sering kali dimanfaatkan untuk membangun loyalitas dan koalisi kekuasaan. Seorang pemimpin yang telah menerima dukungan finansial atau politik dari pihak tertentu akan merasa berkewajiban untuk memberikan imbalan dalam bentuk kebijakan, proyek, atau posisi strategis.

Seperti Salya yang terikat oleh kehormatan dan etika ksatria, banyak pemimpin modern yang juga terikat oleh norma sosial dan tradisi yang mewajibkan mereka membalas kebaikan yang telah diterima.

Fenomena ini dapat kita lihat dalam berbagai aspek kehidupan politik kontemporer. Apabila para pemimpin yang telah menerima dukungan politik atau finansial dari suatu kelompok cenderung merasa berkewajiban untuk mengakomodasi kepentingan pemberi dukungan tersebut, sering kali dengan mengorbankan independensi dan prinsip idealisme yang seharusnya dijunjung tinggi.

Di tingkat lokal, politik balas budi juga terlihat dalam hubungan antara pemilih dan kandidat. Dalam tradisi politik patronase, banyak kandidat yang memberikan bantuan atau sumbangan kepada masyarakat sebagai bentuk “investasi politik”.

Setelah mereka terpilih, masyarakat yang merasa berhutang budi cenderung mendukung kebijakan atau keputusan pemimpin tersebut, meskipun tidak selalu menguntungkan kepentingan umum.

Dalam masyarakat tradisional, balas budi bisa menjadi alat untuk memperkuat hubungan sosial, tetapi dalam politik, hal ini bisa berubah menjadi instrumen kendali yang membatasi independensi seseorang dalam mengambil keputusan yang terbaik bagi kepentingan umum.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami bahwa meskipun balas budi adalah nilai budaya yang luhur, dalam politik, nilai ini harus diterapkan secara bijak agar tidak menjadi beban yang menghambat kemajuan dan kesejahteraan bersama.

Apakah Kita Semua adalah Salya?

Kisah ini mengajak kita untuk berpikir lebih dalam: dalam kehidupan sehari-hari, sejauh mana kita bisa tetap berpegang pada prinsip tanpa terjebak dalam skema politik transaksional?

Apakah kita bisa menolak “jamuan” yang diberikan oleh pihak yang memiliki agenda terselubung? Ataukah, seperti Salya, kita harus memainkan peran diplomatis dengan tetap menjaga prinsip meskipun berada di kubu yang tidak kita pilih?

Epos Mahabharata mengajarkan bahwa dunia politik tidak hitam dan putih. Dalam konteks hari ini, memahami strategi politik seperti yang dialami Salya dapat membantu kita lebih kritis dalam melihat dinamika kekuasaan dan diplomasi yang terjadi di sekitar kita.

Pada akhirnya, pertanyaan yang tersisa adalah: jika kita di posisi Salya, keputusan apa yang akan kita ambil? [T]

Penulis: I Nengah Juliawan
Editor: Adnyana Ole

  • BACA artikel lain dari penulis I NENGAH JULIAWAN
Memimpin Atas Dasar Tri Ulahing Budhi
“Bayanganku Lebih Baik” – Jadilah Bayangan Diri, Bukan Orang Lain
Petaka Fussy Diri, “Lali Ring Awak” – Mengenang Karya I Gusti Ngurah Made Agung
SDM Unggul [Melalui Bahasa, Sastra dan Aksara] Indonesia Maju
“Mecik Manggis”, Kunci Prestasi Fiksi
Tags: BharatayudaBudayakekuasaankisah mahabharataMahabharataPolitik
Previous Post

Acara Baku dan Acara Buku dalam Bulan Bahasa Bali SMPN 14 Denpasar

Next Post

Merenungkan Musik; Sukatani, Perlawanan, dan Penguasa

I Nengah Juliawan

I Nengah Juliawan

Lahir di Denpasar. Kini dosen di STAHN Mpu Kuturan Singaraja

Next Post
Merenungkan Musik; Sukatani, Perlawanan, dan Penguasa

Merenungkan Musik; Sukatani, Perlawanan, dan Penguasa

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co