BULELENG. Sejak Imlek, sekitar 28 Januari lalu, cuaca cukup buruk. Hujannya cukup kencang disertai angin kencang. Di Pantai Penimbangan, Singaraja, Bali, warung-warung yang biasanya buka, tampak compang-camping, ada yang buka, ada yang tutup.
Ada yang rusak kedainya, ada yang setengah rusak sambil terus digunakan jualan. Lebih parah, satu warung terkena abrasi, lantainya jebol sepanjang dua meter. Parah.
“Kemarin pagi sampai sore, ombaknya ngamuk. Angin kencang. Badai. Keras. air naik, meja basah. Saya tutup lebih awal,” kata Made Desak Biang, Senin, 8 Februari 2025.
Made Desak Biang, atau biasa dipanggil Bu Biang itu, adalah pemilik warung 471 “Desak Biang” namanya. Ia mengaku sudah jarang buka sejak cuaca buruk. Tapi, setelah seminggu terakhir ini, ia memaksakan untuk tetap buka-tutup. Mengingat, ombak laut cukup besar disertai angin kencang. Sesekali ditambah hujan.
![](https://tatkala.co/wp-content/uploads/2025/02/son.-penimbangan2-1024x682.jpg)
Made desak Biang di warungnya di Pantai Penimbangan Singaraja | Foto: tatkala.co/Son
Perempuan itu hanya berjualan sedikit menu dari 24 menu biasanya. Yaitu, es jeruk, jus nanas, jus mangga, jajanan kering dan mie, dan kopi serta teh—dingin atau hangat. Satu lagi, Extra Joss Susu (Josu).
Warungnya terbuat dari seng. Di bagian dapur, atap belakangnya jebol. “Kemana kaden perginya, saya ganti spanduk dulu. Belum punya uang buat beli yang baru. Belum ada penghasilan, baru beberapa hari ini buka lagi, dan itupun buka tutup,” kata Bu Biang saat cerita sengnya hilang digondol ombak, diterbangkang angin.
Bukan hanya itu, pasir juga ikut naik ketika ombak datang sampe ke lantai, bahkan naik ke jalan. Perempuan itu menyapunya ketika pagi hendak buka sambil mengira-ngira cuaca bersahabat atau tidak nanti. Sekitar jam 10 ia buka, dan tutup sore. Itu kalau ombak tidak ngamuk, katanya tegas.
“Saya sebenarnya takut. Tapi mau gimana lagi, kan, butuh makan,” lanjut perempuan itu sedih. “Kalau ombaknya datang, buru-buru tutup. Saya bawa barang-barang penting seperti buah-buahan ke rumah, yang lainnya saya tinggal.”
![](https://tatkala.co/wp-content/uploads/2025/02/son.-penimbangan3-1024x682.jpg)
Lantai warung abrasi | Foto: tatkala.co/Son
Ia juga mengeluh, di bagian atap warungnya, seng cukup bonyok dihajar angin. Tahun kemarin baru saja direnovasi. Belum juga hutang lunas di sebuah bank, sudah dihantam pula kerusakan lagi. Untuk saat ini, katanya lanjut.
“Yang penting ada buat makan aja, sama nyicil hutang tahun kemarin dan sekarang di Bank BRI.”
Di sela ngobrol siang itu, sekop atau serokan sampah di pinggir warung, terbang tertiup angin pantai hingga ke tengah jalan, melayang seperti kertas. Angin cukup kencang.
Jebol Lantai, Terkoyak Atap
“Bu, itu sekop siapa terbang?” kata saya, menunjuk sekop itu ke tengah jalan.
“Eh, punya saya!” Buru-buru ibunya mengejar sekop itu, lalu mengambilnya.
Dari sekop terbang, menandakan jika cuaca benar-benar buruk. Sangat buruk. Sambil duduk Bu Biang menyenderkan bahunya. Ia menatap ke jalan, seperti menatap harapan. Dua orang datang kemudian mengalihkan pandangannya. Orang itu memesan sesuatu, dan si ibu buru-buru melayaninya.
Oborolan kami terhenti. “Saya pesan es jeruk juga, Bu,” kata saya memesan.
“Oke!” jawab si ibu.
Di warung tempat Bu Biang berjualan, seorang lelaki sedang membenarkan atapnya yang koyak. Warungnya hendak dibuka. Lelaki itu kemudian pergi ke belakang, juga sama mengecek atap dan lantai dari kayu yang agak sedikit rusak.
![](https://tatkala.co/wp-content/uploads/2025/02/son.-penimbangan4-1024x682.jpg)
Seorang bapak melihat kerusakan di warungnya setelah dihantam ombak | Foto: tatkala.co/Son
Dan lebih parah, lima puluh meter dari warung Bu Biang ke timur, sebuah warung bernama “MAM RIZKY 2”, terkena abrasi. Bolong sedalam satu meter lantainya dengan panjang kira-kira dua meter.
“Sejak kemarin sudah bolong,” kata Pak Rizky. Di hari itu juga, ia sudah memesan setumpuk pasir dan sedang menunggu batu-batu, sekitar dua juta lelaki itu menghabiskan uang membeli bahan-bahan untuk menambal bolong di warungnya.
“Kalau nunggu pemerintah, itu lama. Bisa gak jualan nanti,” lanjut lelaki itu. [T]
Reporter/Penulis: Sonhaji Abdullah
Editor: Adnyana Ole