MUSEUM Pustaka Lontar Desa Adat Dukuh Penaban, Karangasem, Bali, sungguh semarak pada Hari Suci Saraswati, Sabtu, 8 Januari 2025. Di areal museum yang luas dengan alam tagalan yang asri dan sejuk itu digelar Festival Khazanah Lontar Bali dengan tema Puja Stuti Saraswati. Kegiatan itu dilaksanakan Yayasan Karya Bhuana Lestari yang juga manaungi museum lontar di Desa Adat Dukuh Penaban.
Meski acara dibuka pukul 14.00 Wita, namun warga dengan pakaian adat lengkap yang didominasi warna putih sudah datang ke areal museum. Mereka duduk-duduk di bawah pohon kelapa sembari bercengkrama tentang kehidupan mereka sehari-hari. Wajah mereka tampak sumringah.
![](https://tatkala.co/wp-content/uploads/2025/02/tatkala.-museum-lontar.2-1024x576.jpg)
![](https://tatkala.co/wp-content/uploads/2025/02/tatkala.-museum-lontar.3-1024x576.jpg)
Festival Khazanah Lontar Bali di tengah-tengah alam | Foto: Putik
Tiga sekaa gong sudah bersiap di tempat masing-masing. Satu sekaa terdiri dari penabuh-penabuh tua yang siap memainkan tabuh-tabuh lelambatan untuk mengantarkan acara dan upacara. Satu sekaa terdiri dari penabuh muda yang akan mengiringi pertunjukan di acara itu. Satu seka lagi adalah sekaa baleganjur yang siap mengiring pawai lontar.
Pada pembukaan festival itu, dua mata acara memang mengundang perhatian pengunjung. Pertama adalah pawai lontar. Warga dengan mengusung berbagai jenis lontar, diiringi nyanyian puja-puji dan gamelan balaganjur bergerak di jalan setapak di tengah-tengah perkebunan kelapa. Jalan itu seharihari memang digunakan sebagai jalan utama menuju museum.
Kedua ada pementasan sendratari yang dimainkan seniman-seniman muda Karangasem. Sendratari itu dengan begitu setia ditonton warga Desa Adat Dukuh Penaban dan pengunjung, dari awal sampai akhir.
![](https://tatkala.co/wp-content/uploads/2025/02/tatkala.-museum-lontar1-1024x768.jpg)
Peed (parade) memperkenalkan lontar | Foto: Putik
Selain acara seremonial pembukaan, pada saat bersamaan juga dilakukan upacara pustaka lontar berkaitan dengan Hari Saraswati. Ketiga warga melakukan upacara persembahyangan, suasana tegalan di areal museum itu terasa hening, juga sejuk karena angin berdesir tak henti-henti.
Ketua Yayasan Karya Bhuana Lestari I Nengah mengatakan, festival ini biayai sepenuhmya oleh Kementrian Kebudayaan melalui Dana Indonesiana yang diberikan oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan Kementerian Keuangan Repubulik Indonesia.
Adapun perencanaan kegiatan ini dirancang pada tahun 2024 dan dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan bulan Oktober 2025 dengan “Tema Puja Stuti Saraswati” melalui Festival Khazanah Lontar Bali yang bertujuan untuk Merayakan dan memuliakan Aksara,Lontar, dan Tradisi Sastra.
”Dipilihnya Hari ini yang bertepatan dengan Hari Suci Saraswati dimana umat Hindu meyakini bahwa hari ini adalah sebagai Hari Turunnya Ilmu Pengetahuan,” kata Suarya.
![](https://tatkala.co/wp-content/uploads/2025/02/tatkala.-museum-lontar2-576x1024.jpg)
Peed (parade) memperkenalkan lontar | Foto: Putik
Menurut Suarya, Saraswati menyadarkan kita untuk bisa memberikan rasa hormat kepada tiga yang di-ibu -kan yang juga sering disebut Tri ning ibu (tiga yang disebut ibu). Penghormatan terhadap tiga ibu adalah sebagai bentuk inisiasi demi keharmonisan ikang bhuana (bhuana alit dan agung) dalam kehidupan.
“Ketiga ibu ini terkadang sering dilupakan karena larut dengan euporia kenikmatan duniawi dan euporia kesuksesan tetapi abai dengan kebahagiaan rohani sebagai spirit ketenangan hidup,” kata Suarya.
Ibu yang pertama, kata Suarya, adalah ibu yang melahirkan, menghidupi, menghidupkan, yang memberikan sinar dalam merajut hidup. Ibu rupaka atau ibu reka yang mengalirkan segara empahan atau air susu kehidupan. Ibu yang memberikan segara empahan adalah ibu yang menjalankan kodrat kemuliaannya.
Ibu yang kedua adalah ibu pertiwi adalah Ibu yang memberikan tempat berpijak dan mengais rejeki. Ibu pertiwi adalah ibu yang selalu menemani tempat kita mencari makan selama hidup.
Dan yang ketiga adalah ibu saraswati sebagai ibu pengetahuan. Ibu pengetahuan adalah tempat mengasah jnana wiweka agar bisa membedakan benar-salah dan benar yang baik atau baik yang benar.
![](https://tatkala.co/wp-content/uploads/2025/02/tatkala.-museum-lontar3-1024x576.jpg)
Pertunjukan sendratari | Foto: Putik
Menurut Suarya, kegiatan festival ini akan dilaksanakan selama 10 bulan dengan diisi berbagai workshop dan pementasan Budaya di tiga kabupaten/kota yaitu di Kabupaten Karangasem yang dipusatkan di Musuem Pustaka Lontar Desa Adat Dukuh Panaban Kelurahan dan Kecamatan Karangasem.
Yang kedua dilaksanakan di Denpasar yang berkolaborasi dengan Universitas Negeri Hindu Indonesia (UNHI) , dan Yang ketiga di Singaraja, Kabupaten Buleleng.
![](https://tatkala.co/wp-content/uploads/2025/02/tatkala.-museum-lontar4-1024x768.jpg)
Upacara lontar | Foto: Putik
Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah Parada Budaya, Workshop Pembuatan Blangko Lontar, Workshop Usada, Workshop Prasi, Kemah Nyiyastra, Digitalisasi Lontar, Klinik Lontar, Festival Sastra, Pementasan Taman Penasar, Fragmentari Wagiswari, Pagelaran Wayang Joblar, dan live streaming di beberapa tempat yang memiliki tradisi unik. [T][Ado]
Reporter: Tim Tatkala
Penulis/Editor: Adnyana Ole