SEKALI lagi harus dikatakan, Desa Peliatan, Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, punya segudang seniman. Salah satunya adalah I Made Putra Wijaya. Ia akrab disapa Ade Mandanu.
Tepat ketika umat Kristiani merayakan Natal, Rabu 25 Desember 2024, Putra Wijaya diganjar penghargaan “Abisatya Sani Nugraha” oleh Pemerintah Desa Peliatan dan Desa Adat karena pengabdiannya pada bidang seni di desanya, terutama seni tari.
Putra Wijaya menerima penghargaan bersama 49 seniman lain yang juga dinilai punya pengabdian besar terhadap seni dan budaa di Desa Peliatan. Ia, tentu saja, menerima penghargaan di bidang seni tari.
Penghargaan itu diberikan oleh Pemerintah Desa Dinas Peliatan melalui organisasi seni Natya Sani Peliatan di Wantilan Pura Dalem Gede Peliatan.
“Jujur, saya merasa senang dan bangga bisa berada diatas panggung bersama deretan penerima Penghargaan Abisatya Sani Nugraha. Ini sebagai cambuk buat saya untuk tak pernah berhenti menjaga seni budaya, khsusnya Peliatan,” kata Putra Wijaya.
Memang, para seniman yang menerima Abisatya Sani Nugraha ini didasari dengan kecintaan dan pengabdiannya kepada bidang seni yang ditekuni, terlebih adanya usaha untuk mewariskan kecerdasan seninya kepada generasi muda demi ajegnya kesenian Peliatan.
Abisatya Sani Nugraha merupakan penghargaan kepada para seniman yang memiliki dedikasi dan pengabdian terhadap seni yang terbagi menjadi 5 bidang seni yaitu: Seni Karawitan, Seni Tari, Seni Rupa Murni, Seni Kriya, Seni Sastra.
Ini yang menarik. Dedikasi para seniman yang mendapat penghargaan, bukan hanya sebagai pelaku, dan kreator saja, namun lebih ditekankan pada giat regenerasi atau transfer knowledge kepada para generasi emas pewaris seni dan budaya Desa Peliatan.
Tari Pendet Pemendak Puspa Hredaya ciptaan Putra Wijaya | Foto: Ist
Putra Wijaya adalah seniman tari kelahiran peliatan 13 Januari 1989 yang merupakan cucu dari seniman besar Peliatan yaitu Alm. I Nyoman Regog. Bakat dari kakeknya diwariskan kepada cucu tercinta, yang sedari kecil menempa diri dengan dukungan penuh dari kedua orang tuanya.
Selain sebagai pelaku atau praktisi seni, Putra Wijaya juga telah banyak menelurkan karya-karya Tari. Salah satunya, Tari Pendet Pemendak Puspa Hredaya yang digarap bersama Gamelan Suling Gita Semara dengan konseptor dan komposer I Wayan Sudiarsa,akrab disapa “Pacet”.
Karya Tari Pendet Pemendak Puspa Hredaya ini selain ditarikan pada prosesi ritual di Pura Kahyangan Desa Adat Peliatan, juga ditarikan sebagai bagian dari prosesi ritual nedunang plawatan Ida Betara di beberapa desa yang ada di Bali.
Tari Pendet Pemendak Puspa Hredaya ini dipersembahkan untuk prosesi ritual di Pura Kahyangan Desa Adat Peliatan, juga digunakan di desa adat yang lain (dura desa) di Bali. Karya tari inilah yang mengantarkan Ade Mandanu sebagai penerima Abisatya Sani Nugraha.
Ya, berkat pengabdian dan karya ciptanya itu yang telah membuat melalang buana. “Saya ucapkan terimakasih kepada Natya Sani dan Pemerintah Desa yang telah menyelenggarakan acara penugerahan ini,” ujarnya polos.
Menurutnya, penghargaan ini sejatinya memiliki dampak yang cukup luas bagi para pengabdi seni di Desa Peliatan. “Apalagi Desa peliatan memang dikenal karena keberadaannya selalu berdampingan dengan seni yang tumbuh beriringan dengan masyarakatnya,” kata Putra Wijaya. [T]