KETUT Suwidiarta, perupa dari Desa Bongkasa, Badung, Bali, memamerkan karya-karya lukisnya dengan tajuk “Alchemy of Shadows” di Komaneka Fine Art Gallery, Ubud, Bali. Pembukaan pameran diselenggarakan 29 Desember 2024, pukul 18.00 WITA.
“Alchemy of Shadows” menampilkan transformasi bayang-bayang menjadi wujud kreativitas artistik baru dalam khazanah seni lukis Ketut Suwidiarta. Lukisan-lukisan Suwidiarta mengetengahkan figur-figur tunggal dengan latar belakang hitam pekat. Sosok manusia seolah muncul dari kegelapan, kebanyakan berwarna abu-abu dan hitam. Terbentuk dari konfigurasi kegelapan dan cahaya, figur-figur Suwidiarta menyiratkan kualitas bayang-bayang.
Seri lukisan Suwidiarta diinspirasi chiaroscuro, teknik penggunaan kontras kuat antara terang dan gelap. Suwidiarta menggunakan pencahayaan dramatis dan latar belakang gelap untuk menghadirkan figur dan meningkatkan tegangan emosional figur. Chiaroscuro dalam lukisannya memantulkan sejarah seni lukis Barat dan juga bayangan Bali tempo dulu yang kerap dicitrakan sebagai lanskap eksotis, magis, dan mistis.
Suwidiarta menciptakan komposisi bergaya chiaroscuro yang terkesan sederhana, tetapi sesungguhnya kompleks. Gaya lukisnya menyiratkan lapis-lapis endapan pengalaman dan pengetahuan personal maupun kolektif tentang lanskap budaya yang heterogen dan terbentang luas. Tradisi artistik desa kelahiran, sejarah kultural Bali, dan wawasan seni rupa barat meresapi gaya lukis baru Suwidiarta.
Dengan gaya lukis berbasis bayang-bayang, Suwidiarta menjelajahi berbagai tema. Ia merumuskan visinya secara puitis dalam bahasa simbolisme esoterik dan fantasi privat. Ia juga menyampaikan renungan filosofis dengan bahasa relatif lugas.
Bagaikan alkimiawan, Suwidiarta mentransformasi bayang-bayang menjadi temuan estetis yang bermakna mendalam.
Ketut Suwidiarta lahir di Desa Bongkasa, Badung, Bali, pada 1976. Ia menyelesaikan pendidikan seni rupa di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dan Rabindra Bharati University, Kolkata, India. Karya-karyanya ditampilkan dalam pameran tunggal maupun pameran bersama di Indonesia dan mancanegara sejak 1998. Sejumlah penghargaan seni diterimanya, antara lain Titian Art Prize dan Lempad Prize. Saat ini ia tinggal dan berkarya di desa kelahirannya. [T][Rls]