DI bulan Desember tanggal 22 ada sosok yang tak pernah tergantikan dalam kehidupanku yang selalu aku ingat yaitu Ibu. Selama 9 bulan saya berada di dalam kandungannya, dan perjuangan Ibu saat melahirkanku, dan merawat, membimbing dan mendidikku hingga sampai saat ini bisa mandiri.
Terbayangkan bagaimana sakitnya seorang ibu, saat melahirkan, saat membesarkan dan semua dilewati dengan bahagia, suka cita. Itulah cinta , yang memberikan pelajaran ke aku, bahwa apapun yang kita kerjakan, seberat dan sebesar apa pun rintangan dan tantangannya akan semua terasa ringan kalau didasari atas CINTA .
Ibu adalah guru pertama bagiku. Sekolah pertama bagiku adalah kandungan ibu. Sudah 14 tahun ibu meninggal, kembali kekandungan IBU PERTIWI, kembali ke sumber kehidupan itu sendiri.
Ibuku adalah sosok yang tak tergantikan dalam hidupku. Dengan kasih sayangnya, ia membimbingku melewati jalan terjal kehidupan. Bagiku, ia bukan sekadar seorang ibu. Ia adalah wujud nyata dari “Ibu Pertiwi”—sosok yang memeluk, melindungi, dan menghidupi.
Seperti Ibu Pertiwi yang menjadi sumber kehidupan bagi bangsa ini, ibuku juga adalah fondasi dari segalanya. Ia adalah tanah subur yang menumbuhkan impianku, air segar yang menghapus dahagaku akan kebahagiaan, serta udara sejuk yang menenangkan jiwa. Setiap langkah yang kuambil, seolah berakar dari doa dan perjuangannya.
Ketika aku berbuat salah, ibuku tidak pernah marah berlebihan. Ia mengajarkan dengan lembut, seperti angin yang berbisik di telinga, mengingatkan bahwa kehidupan adalah pelajaran panjang. Ketika aku jatuh, ia tidak segan mengulurkan tangannya, memberiku kekuatan seperti gunung yang teguh berdiri, menopang setiap beban yang kuhadapi.
Ibuku tidak hanya merawat tubuhku, tetapi juga membentuk jiwaku. Seperti Ibu Pertiwi yang memberikan semua kekayaan alamnya untuk anak-anak bangsa, ibuku memberikan seluruh hidupnya untuk keluarganya. Dengan sabar, ia mengajarkan nilai-nilai kebaikan, kejujuran, dan cinta kasih, menjadikanku manusia yang berakar pada moral dan kearifan.
Namun, seperti Ibu Pertiwi yang terkadang dilupakan atau bahkan disakiti oleh mereka yang mestinya menjaganya, ibuku juga sering menghadapi luka dan kesulitan. Meski begitu, ia tetap kuat, tetap tersenyum, dan tetap memberi tanpa pamrih.
Kini, aku sadar bahwa mencintai ibuku berarti juga mencintai Ibu Pertiwi. Menjaga dirinya, menghormati pengorbanannya, dan meneruskan cita-cita mulianya. Karena bagiku, ibu adalah segalanya. Ia adalah pelita, ia adalah rumah, ia adalah tanah air dalam wujud seorang perempuan yang begitu luar biasa.
Ibuku adalah Ibu Pertiwi-ku—tempat di mana aku berpijak, bertumbuh, dan kembali.
Selamat Hari Ibu buat ibu-ibu, banggalah jadi ibu dan tetaplah ibu yang hebat, tangguh dan kuat untuk menjaga memelihara dan memberikan segalanya buat keluarga, seperti IBU PERTIWI. [T]
- BACA artikel lain dari penulisDOKTER CAPUTatauDR. DR. KETUT PUTRA SEDANA, SP.OG
- BACA artikel lain tentangHARI IBU