1 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Riwayat “Menak” Banten dan Asal-Usul Banten Versi Orang Baduy

Ahmad SihabudinbyAhmad Sihabudin
December 9, 2024
inEsai
Kelecung ”Eco Village” Tabanan: Menjawab Keresahan Gempuran Investor

Ahmad Sihabudin

BEBERAPA hari yang lalu saya berkunjung ke Pantai Kelecung, Desa Tegal Mengkeb, Tabanan, Bali. Menyusuri jalan-jalan di pedesaan, memasuki perkampungan, menyusuri sudut-sudut perkampungan di sana.

Ada satu yang menjadi perhatian saya ketika di sana, yaitu banyak sekali banten, sesaji yang selalu ada di setiap sudut rumah, halaman, pepohonan dan tempat-tempat yang menurut kepercayaan masyarakat di sana harus ada banten-nya.

Saya sendiri orang Banten jadi teringat dengan orang Baduy yang pernah bercerita kalau Banten itu mereka yang memberi nama (maksudnya Provinsi Banten, dahulu kerajaan atau Kesultanan Banten itu mereka yang memberi nama).

Maksudnya, orang Baduy juga memiliki pandangan atau kisah tentang satu nama Banten sebagai suatu wilayah yang ada di ujung barat Pulau Jawa ini. Begini kisahnya, seperti pernah dituturkan kepada saya saat melakukan penelitian untuk keperluan menulis disertasi perihal kebutuhan keluarga masyarakat adat Baduy 2008 silam, untuk menyelesaikan program doktoral pada program studi penyuluhan pembanguan Institut Pertanian Bogor ( IPB).

Kala itu, beberapa tokoh adat Baduy dan Ayah Mursid Jaro Baduy Dalam Cibeo sebagai juru bicara masyarakat Adat Baduy Dalam  meminta dituliskan dalam bentuk buku kepada saya dan sahabat saya Asep Kurnia (seorang guru SMP Negeri di Leuwidamar Lebak), yang tinggal berbatasan dengan tanah ulayat Baduy, di Kampung Ciboleger.

Mereka berharap dituliskan hal-hal yang sudah lama mereka pendam tentang cerita, kisah mereka menurut persepsi orang luar Baduy, apakah itu yang ditulis oleh seorang Sejarawan, sosiolog, antropolog, dan ahli lainnya mengenai mereka.

Para Jaro (sebutan untuk kepala dusun, kepala kampung, dan juru bicara masyarakat adat) menyadari dan sudah membayangkan, bahwa penjelasan riwayat ini akan menimbulkan berbagai respons dan kritikan.

Tapi dengan jiwa besar ia sudah siap, karena memandang bahwa respons dan kritikan yang bakal muncul sebenarnya adalah sebuah pengakuan tentang keberadaan dari buku Saatnya Baduy Bicara, yang kami tulis.

Sebagai upaya menjelaskan riwayat mereka versi para jaro, isi dari riwayat ini adalah penjelasan dan atau cerita dari catatan-catatan yang ada di ingatan Ayah Mursid dan para jaro. Maksud saya dengan ingatan, karena di Baduy tidak ada tradisi tulis menulis, hanya lisan yang diturunkan dari generasi ke genersi berikutnya tentang Banten, dari pembentukan nama Banten, Kesultanan Banten, Kersidenan Banten sampai pada Banten menjadi sebuah Provinsi.

Etnografi Menak (Pemimpin) Banten

Menurut dan sepengetahuan Ayah Mursid sangat banyak buku dan penjelasan lain tentang sejarah Banten, yang pada intinya penjelasan sejarah Banten itu lebih terfokus dari masa Kejayaan Sultan Maulana Hasanudin (1522 – 1570) ke masa sekarang ditambah catatan-catatan sejarah sejak abad ke 17 Masehi di mana mulai masuknya bangsa Portugis, Inggris, dan Belanda sebagai penjajah.

Beliau memandang itu tidaklah salah, tetapi tidak banyak penjelasan yang mengarah pada riwayat Banten secara menyeluruh, dari sudut pandang mereka sebagai suku yang berada di Banten.

Kegelisahan dan kegalauan orang Baduy mengenai kisah, cerita-cerita tentang mereka dari pihak luar, yang menurut mereka mendegradasi harkat orang Baduy sudah saya tuliskan bersama Asep kurnia dalam buku “Saatnya Baduy Bicara” dengan menggunakan metode etnografi.

Kami hanya menuliskan apa yang mereka katakan dan kami saksikan, seperti masalah kelahiran anak, menikah, reproduksi, meninggal, menguburkan jenazah, ketahanan pangan, selengkapnya sudah diterbitkan PT. Bumi Aksara.

Seperti tentang mereka yang disebut sebagai suku yang melarikan diri dari kejaran tentara Sultan Hasanuddin Banten karena tidak memeluk Islam ke Gunung di selatan Banten, juga tentang susuhunan 40 di Baduy Dalam.

Kembali ke tema dalam tulisan ini, yaitu asal usul Banten, salah satunya adalah riwayat Banten sebelum berdirinya Kesultanan Banten. Berikut penuturanya, saya coba rangkai dengan bahasa dan kalimat sederhana apa adanya.

Berbicara Banten menurut Ayah Mursid sebenarnya adalah membicarakan sebagian kecil dari catatan dan cerita tentang asal-muasal suku Sunda, karena Banten sekarang adalah wilayah yang penduduk mayoritasnya suku Sunda.

Berikut tutur Ayah Mursid, “Menurut catetan jeung  carita nu aya di Baduy ngeunaan silsilah Ratu atawa Menak Banten ti mimiti leuweung kolot dibuka  ku Sabakingking nu disebut Banten Lama ayeuna nepika jujutan ayana Gubernuran  memang aya jeung lengkep termasuk rentetan ngaran-ngaran Ratu atawa Menak nu mimpina, sabab nyaritakeun Banten kudu lengkep ti awal carita  waktu Sungsunan, Kasultanan, Kresidenan nepika Gubernuran,  jeung kade ulah poho yen Banten teh salah sahiji bagaian ti carita sunda.”

Artinya, “Menurut catatan dan cerita yang ada di Baduy tentang silsilah Ratu atau Menak (Pemimpin) Banten dari mulai  Hutan Tua yang dibuka oleh Sablakingking, yang disebut Banten Lama sekarang  sampai pada terbentuknya Gubernuran memang ada dan lengkap termasuk daftar (catatan) nama-nama Ratu atau Pemimpin yang memimpinnya, sebab membicarakan Banten harus lengkap dari mulai cerita masa Sungsunan, Kesultanan, Kresidenan sampai pada Gubernuran, dan awas jangan lupa bahwa Banten itu adalah salah satu bagian dari cerita Suku Sunda.”

Riwayat Sungsunan

Riwayat ini bermula dari adanya kehendak semacam wangsit, dan musyawarah dari para wali, sahabat-sahabat, para tokoh adat Baduy untuk membentuk kesultanan di Tanah Sunda bagian kulon (barat) agar menjadi ramai dan untuk meramaikan negara. Maka dari hasil musyawarah tersebut dipilihlah dan ditugaskan seorang yang bernama Sablakingking, utusan khusus dari Wiwitan untuk membuka hutan lebat (hutan larangan) menjadi dayeuh (kota).

Sebagai persiapan untuk dijadikan pusat pemerintahan, kemudian Sablakingking bersama pasukannya melaksanakan tugas tersebut dengan membuka hutan yang telah ditetapkan pada musyawarah tersebut. Demi kelancaran dan untuk mempermudah membuka lahan, mereka memilih tempat di sekitar aliran Sungai Cilarangan yang dijadikan sebagai tempat tampian atau tempat tinggal Sablakingking.

Tempat tersebut terus dibuka dan dibenahi menjadi suatu tempat pemukiman yang ramai dan besar sampai akhirnya Sablakingking dan para sahabat mengadakan ritual adat atau selamatan agar tempat tersebut terhindar dari malapetaka dan bencana jika nanti sudah menjadi kota (dayeuh).

Ritual dan selamatan agar berjalan lancar, maka secara adat harus menyediakan satu ekor ikan emas yang diambil dari Sungai Cilarangan, acara tersebut dinamakan Ngabanten. Setelah acara tersebut selesai karena syarat utama ritual tersebut terpenuhi dari Sungai Cilarangan maka sejak saat itu Sablakingking dan para sesepuh menobatkan sungai tersebut diganti namanya menjadi Sungai Cibanten sebagai cikal bakal nama Banten.

Apakah ini termasuk ilmu cocokologi, hanya Tuhan yang Maha Esa yang Maha Tahu. Itulah versi mereka (orang Baduy) tentang nama Banten. Tempat tersebut mulai dikenal oleh daerah-daerah lain, banyak warga luar yang berdatangan untuk bermukim.

Setelah beberapa lama Sablakingking memimpin dan membangun pemukiman tersebut, akhirnya tempat itu berhasil dibentuk menjadi pusat pemukiman yang sangat maju hingga menjadi cikal bakal terbentuknya Kesultanan Banten.

Intinya, mereka ingin menyampaikan masa Banten sebelum menjadi kesultanan, kerajaan Islam di Nusantara ini, bahwa ada pengaruh kepercayaan Hindu, ritual-ritual seperti yang saya saksikan di kampung Kelecung di Bali itu.

Nama Sungsunan yang tercatat di Baduy adalah: 1) Sungsunan Saba Kingking; 2) Sungsunan Sang Jari; 3) Sungsunan Sangsarean; 4) Sungsunan Gunung Jati; 5) Sultan Jindul (mulai berubah gelar); 6) Sultan Jimber; dan 7) Sultan Jenal.

Riwayat kesultanan, dari masa kepemimpinan ke-8, menurut versi mereka mulai masuk pada masa Kesultanan Banten yang tercatat secara resmi dalam sejarah Banten, Sultan Maulana Hasanuddin, Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Maulana Yusuf, Sultan Haji, dan seterusnya.

Pada akhir penjelasannya Ayah Mursid berpesan: “Ka sakebeh dulur-dulur, ieu riwayat nu ku kami dicaritakeun jeung ditulis poma ulah ngajadikeun permasalahan nu matak jadi rumit, sabab ieu mah salah sa hiji sumbangan pikiran jeung carita nu aya di kami anu mudah-mudahan ayan manfaat keur balarea. Mun bener atawa  saluyu jeung catatan sajarah nu geus aya atuh syukur, mun teu cocok jeung catatan sejarah nu aya atuh hampura, anggap bae dongeng, sabab kalemahanan teu bisa ngabuktikeun catatan tahun atawa waktu seperti dulur-dulur,  dibaduy mah teu diwenangkeun budaya tulis.”

Artinya: “Kepada semua pihak (saudara-saudaraku), riwayat yang kami ceritakan dan ditulis ini, mohon jangan menjadi permasalahan yang rumit atau menyusahkan, sebab ini hanya salah satu sumbangan pikiran dan cerita yang ada di Baduy yang mudah-mudahan bermanfaat bagi semua pihak. Jikalau benar atau sesuai dengan catatan sejarah yang sudah ada saya bersyukur, jikalau tidak sesuai dengan catatan sejarah yang ada saya mohon maaf, anggap saja sebuah dongeng, sebab kelemahannya kami tidak bisa membuktikan catatan tahun, dan waktu kejadian seperti yang ada pada saudara-saudaraku, sebab di Baduy tidak diperbolehkan budaya tulis.”

Lain ladang lain belalang, lain kata lain pula pemaknaannya. Ngebanten pada masa lalu di Banten adalah ritual seperti apa yang saya saksikan di Kampung Kelecung Bali yang mempersembahkan Banten setiap hari. Fantasi pikiran saya berloncatan kian kemari membayangkan kembali Banten pada masa lalu seperti yang dituturkan para Jaro Baduy tersebut.

Tulisan ini hanya sekadar berbagi kisah tentang kami, orang Banten di masa lalu versi orang Baduy. Dan terakhir saya ingin mengutip apa yang dikatakan Jalaluddin Rumi, “Kebenaran itu seperti cermin yang pecah di langit. Semua kita hanya memungut serpihan dari pecahan itu, lalu mengira itu keseluruhannya.”[T]

Menyingkap Kekuatan Debus: Ritual Ketangguhan yang Mengungkap Keberanian, Pengakuan Sosial, dan Spiritualitas
Baduy, Penolakan Internet, dan Pariwisata
Tags: bantenSuku Baduysunda
Previous Post

Listibiya Kabupaten Badung dan Simfoni Seni yang Menggema di Yogyakarta

Next Post

Kembalinya Mimpi dan Puisi: Perjalanan Saya dan Sonia ke (dan dari) APWT di Chiang Mai, Thailand

Ahmad Sihabudin

Ahmad Sihabudin

Dosen Komunikasi Lintas Budaya, Fisip, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Banten

Next Post
Kembalinya Mimpi dan Puisi: Perjalanan Saya dan Sonia ke (dan dari) APWT di Chiang Mai, Thailand

Kembalinya Mimpi dan Puisi: Perjalanan Saya dan Sonia ke (dan dari) APWT di Chiang Mai, Thailand

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co