Ada yang hilang dan takkan kembali
Namun waktu memaksamu trus jalani
Lewati kerasnya hari
Penuh kerikil duri
Saya menulis catatan ini, sambil mendengar lagu “Hilang” Karya Justin Adrin dkk. Lagu ini populer sejak tragedi meletusnya gunung Lewotobi Laki-Laki, Minggu, 03 November 2024.
Ada yang menarik tentang kenangan “Hilang,”Saya menemukan itu ketika bangunan seminari rusak, orang-orang menangis karena kehilangan rumah, kehilangan orang yang dicintai, dan banyak hal.
Dalam lagunya “hilang.” Saya merasakan sungguh admosfer ketakutan, kesedihan, dan kerinduan yang mendalam.
Sama halnya dalam puisi-puisi Prihentemen karya Kadek Sonia Piscayanti, dalam tulisannya. Saya-mungkin juga kamu, akan menemukan rasa kehilangan yang mendalam. Apalagi kehilangan yang dimaksud adalah kehilangan orang yang sangat kita cintai. Kehilangan memang rumit, tetapi yang lebih rumit adalah ketika sudah merasa kehilangan lalu penderitaan berlanjut.
Nyanyian Kehilangan
Puisi adalah nyanyian jiwa. Ketika menulis dan menghasilkan puisi, puisi dirasakan sebagai jiwa penulis. Saya menemukan itu dalam 19 puisi karya Sonia. Penulis menghadirkan jiwa kehilangan yang mendalam. Salah satu puisinya berbunyi demikian:
“Bapak selamat jalan”
Penghiburanmu satu-satunya adalah doa penghantar sunia
Dan semua karma yang kau tanam di sepanjang usia
Kini menjadi bekal perjalanan setia
Melepasmu dari lingkaran samsara
Menuju sunia.
(Puisi Prihentemen, hlm. 8).
Ucapan selamat jalan sering kali kita dengar untuk mereka yang bepergian. Pergi kemana saja. Dan Sonia dalam puisinya mengambarkan nyanyian perpisahan. Perpisahan antara Sonia dan Bapak-orang yang dicintainya. Ketika bapaknya meninggal ia mengucapkan selamat jalan sebagai suatu doa perpisahan yang barangkali menjadi penghantar kedamaian untuk bapaknya menuju sunia.
Jika puisi ini adalah nyanyian, saya pastikan Sonia adalah penyanyi terbaik versi Bapaknya. Mengapa saya katakan “Penyanyi?” karena hampir semua puisinya, ia membahasakan keseharian bapaknya. Bukankah nyanyian yang diciptakan indah, lahir dari konteks historis pencipta? (Kalau ada yang lain maka bolehlah kalian lengkapi).
Contoh puisi Tan Artha, Sang Sajjana, Pesan Topi, Bersamamu Tiap Hari Minggu, Suatu Masa Kanak Yang Tiba, Kontrak, Box yang Menyilaukan, Catatan Angka-Angka dan Setelah Kau Pergi Pada 4 Juli, Menurut saya puisi-puisi ini adalah nyanyian jiwa Sonia saat mengingat kembali kenangan bersama Bapaknya. Kalau kita membaca keseluruhan puisi-puisi tersebut, kita akan masuk pada kedekatan antara penulis dan Bapaknya.
Berlima kita berjalan
Menuju laut
Di utara , di utara tempat semesta berpulang
Kita melalui semua dengan cerita
Kau di depan bersama ibu
Adik, kakak juga adik berlari-lari di belakang
Yang nikmat adalah semua yang kita lalui
Pasar masa kecil yang ramai, pedagang kita hafal silsilahnya.
(Bersamamu Tiap Hari Minggu, hlm.17).
Sonia bernyanyi. Nyanyian kenangan yang didegungkan dalam puisi. Ia bernyanyi seakan mengajak Bapaknya- yang telah tiada dan juga pembaca untuk merasakan kembali kenangan-kenangan yang pernah ada.
Pernahkah Kamu Bernyanyi?
Suara saya jelek. Jika kalian meminta saya untuk bernyanyi, saya yakin kalian akan mengutuk saya masuk neraka karena itu saya selalu melarang diri untuk bernyanyi khusus untuk pembaca. Tetapi berbeda dengan Sonia, Saya bertemu dengan Sonia untuk pertama kalinya di Flores Writers Festival 2024 yang digelar di Larantuka bulan oktober. Saya menyaksikan performans penulis ketika membaca puisi dan bernyanyi. Bagi saya Sonia adalah perempuan yang dengan semangat suka menghipnotis banyak orang. Jika kalian ingin Sonia bernyanyi, saya pastikan duduklah dengan tenang dan rasakan betapa surga itu betul-betul tercipta.
Kami berdua sempatkan waktu bercerita, ada satu hal yang saya tanyakan. Mbak Sonia, pengalaman apa yang paling berat dan menyakitkan dalam hidupmu? Beliau tersenyum, dan sekali lagi jawabanya menakutkan (ini menurut saya). Katanya: Kehilangan Bapak.
Bapak bagi Sonia adalah tokoh terbaik versi dirinya. Karena sejak kecil, Sonia selalu bersama Bapaknya. Jika dikaitkan dengan zaman sekarang, anak muda mungkin akan menjawab: pengalaman yang paling berat adalah ketika kita sudah saling mencintai dan keiklasan memaksa waktu untuk bisa saling melukai.
Sonia mungkin bernyanyi. Ia bernyanyi sungguh-sungguh karena hanya dengan bernyanyi dalam puisi, roh atau mungkin jiwa bapaknya lahir kembali. Lahir sebagai cinta. Lahir sebagai kenangan dan mungkin lahir atau ada-yang menunjukan kehadiran bapak dalam dirinya sendiri.
Aku percaya
kita akan bersua dengan cara rahasia
Dimana aku kelak akan menjadi anakmu kembali
Dan kita akan perbaiki segala yang tertunda
Atau belum terjadi.
(Awal. Hlm. 3)
Lewolaga, di tempat pengungsian, 2024