31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Dari Surga ke “No List Fodor”: “Overtourism” Bali dan Tantangan Diplomasi Indonesia

Muhammad YaminbyMuhammad Yamin
November 28, 2024
inEsai
Membedah Keunggulan Komparatif: Kunci Sukses Pariwisata Global di Era Modern

Yamin

BALI baru saja menerima “hadiah” pahit di akhir 2024. Pulau Dewata ini masuk dalam daftar 15 destinasi yang tidak direkomendasikan untuk dikunjungi sepanjang 2025 versi Fodor’s Travel – salah satu panduan perjalanan paling berpengaruh di dunia. Masuknya Bali dalam “Fodor’s No List 2025” bukanlah tanpa alasan. Pembangunan tak terkendali yang didorong overtourism telah menggerus habitat alami, merusak warisan lingkungan dan budaya, serta menciptakan apa yang disebut sebagai “apocalypse plastik”.

Menurut data Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, pulau ini mencatat sekitar 5,3 juta pengunjung internasional pada 2023. Jumlah ini menunjukkan pemulihan kuat dibanding level pra-pandemi, meski masih di bawah 6,3 juta pengunjung pada 2019. Tujuh bulan pertama 2024 bahkan mencatat kenaikan 22% dibanding periode sama tahun sebelumnya dengan 3,5 juta wisatawan asing.

Namun di balik gemerlap angka kunjungan wisatawan, tersembunyi masalah serius yang mengancam keberlanjutan pariwisata Bali itu sendiri. Bali Partnership, koalisi akademisi dan LSM yang meneliti masalah pengelolaan limbah, memperkirakan pulau ini menghasilkan 1,6 juta ton sampah setiap tahun, dengan sampah plastik mencapai 303.000 ton. Yang mengkhawatirkan, hanya 48% dari total sampah yang dikelola secara bertanggung jawab, dan hanya 7% sampah plastik yang didaur ulang.

Paradoks Kemakmuran dan Kerusakan

Fenomena overtourism di Bali menyajikan sebuah ironi yang mencolok dalam kajian ekonomi politik internasional. Pulau yang dijuluki “Surga Terakhir” ini kini menghadapi dilema klasik negara berkembang: pertarungan antara kepentingan ekonomi jangka pendek dan keberlanjutan jangka panjang.

Data dari Bappenas menunjukkan kontribusi signifikan sektor pariwisata Bali terhadap perekonomian. Sektor ini menyumbang sekitar 54% dari PDRB Bali dan menyerap lebih dari 38% tenaga kerja. Namun di balik angka-angka mengagumkan ini, tersembunyi biaya tersembunyi yang mahal: degradasi lingkungan, erosi budaya, dan marginalisasi masyarakat lokal.

Studi yang dilakukan Suyadnya (2021) mengungkap bahwa gentrifikasi yang didorong pariwisata telah mengubah lanskap sosial-ekonomi Bali secara fundamental. Lahan pertanian produktif berubah menjadi hotel dan vila, sistem irigasi subak yang berusia ratusan tahun terganggu, dan masyarakat lokal terdesak ke pinggiran oleh tekanan ekonomi yang semakin tinggi.

Yang lebih mengkhawatirkan, model pembangunan pariwisata Bali saat ini mencerminkan apa yang disebut para ekonom sebagai “tourist trap” – situasi di mana destinasi wisata menjadi sangat bergantung pada turisme massal namun kehilangan karakteristik unik yang awalnya menarik wisatawan. Liang dan Bao (2015) menyebut fenomena ini sebagai “pariwisata predatoris” – di mana keuntungan jangka pendek mengalahkan kepentingan keberlanjutan.

Paradoks ini semakin diperparah oleh struktur industri pariwisata global yang cenderung menguntungkan pemodal besar, sementara masyarakat lokal hanya mendapat remah-remah ekonomi. Tanpa perubahan fundamental dalam pendekatan pembangunan pariwisata, Bali berisiko menjadi contoh klasik bagaimana kesuksesan ekonomi jangka pendek dapat menghancurkan fondasi keberlanjutan jangka panjang.

Tantangan Diplomasi Indonesia

Masuknya Bali dalam Fodor’s No List 2025 tidak hanya menjadi tamparan bagi citra pariwisata Indonesia, tetapi juga membuka pertanyaan mendasar tentang efektivitas diplomasi Indonesia dalam mengelola reputasi destinasi wisata unggulannya. Sebagai “etalase pariwisata” Indonesia yang telah dibangun selama puluhan tahun, citra negatif Bali berpotensi menciptakan efek domino terhadap persepsi global tentang kemampuan Indonesia mengelola sektor pariwisatanya secara keseluruhan.

Berdasarkan data Kementerian Luar Negeri, Indonesia telah menginvestasikan sumber daya diplomatik yang signifikan untuk membangun citra Bali sebagai destinasi wisata kelas dunia. Melalui 132 perwakilan dan 64 konsul kehormatan yang tersebar di seluruh dunia, Indonesia secara aktif mempromosikan “Wonderful Indonesia” dengan Bali sebagai ujung tombaknya. Namun ironisnya, kesuksesan diplomasi ini justru berkontribusi pada masalah overtourism yang kini dihadapi.

Tantangan diplomasi Indonesia menjadi semakin kompleks karena harus menyeimbangkan berbagai kepentingan yang saling bertentangan. Di satu sisi, Indonesia perlu mempertahankan pertumbuhan sektor pariwisata sebagai sumber devisa dan lapangan kerja. Di sisi lain, ada tuntutan global yang semakin kuat untuk pariwisata berkelanjutan yang memperhatikan aspek lingkungan dan sosial-budaya.

Situasi ini dipersulit oleh karakteristik diplomasi publik Indonesia yang, menurut studi Trisni (2020), masih cenderung sporadis dan kurang memiliki grand strategy yang jelas. Ketiadaan cetak biru diplomasi yang komprehensif membuat Indonesia kesulitan merespons krisis citra seperti yang kini dihadapi Bali. Diperlukan pendekatan diplomasi multi-track yang tidak hanya mengandalkan jalur formal pemerintah, tetapi juga melibatkan aktor non-negara seperti komunitas, akademisi, dan pelaku industri pariwisata dalam upaya memulihkan dan melindungi reputasi Bali di mata internasional.

Membangun Ulang Paradigma Pariwisata

Pengalaman Bali menggarisbawahi urgensi untuk merombak fundamental pendekatan pariwisata Indonesia. Transformasi ini tidak sekadar tentang perbaikan kosmetik atau kampanye public relations, melainkan membutuhkan pergeseran paradigma yang menyeluruh dalam cara Indonesia memposisikan dan mengelola destinasi wisatanya.

Di tengah kompetisi global yang semakin ketat, Indonesia perlu mengembangkan narasi baru yang tidak semata-mata berkutat pada kuantitas kunjungan wisatawan. Data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menunjukkan bahwa wisatawan berkualitas yang tinggal lebih lama dan membelanjakan lebih banyak justru memberikan dampak ekonomi lebih besar dengan jejak lingkungan yang lebih kecil. Ini menegaskan bahwa fokus pada “quality tourism” lebih strategis dibanding “mass tourism”.

Dalam konteks diplomatik, Indonesia perlu mengadopsi pendekatan yang lebih sophisticated. Alih-alih hanya mengandalkan promosi konvensional, diplomasi pariwisata Indonesia harus mulai membangun dialog konstruktif dengan komunitas internasional tentang pariwisata berkelanjutan. Ini termasuk berbagi praktik terbaik, kolaborasi riset, dan pertukaran pengetahuan dengan destinasi wisata global lainnya yang menghadapi tantangan serupa.

Lebih jauh, konsep Tri Hita Karana yang menjadi filosofi masyarakat Bali bisa menjadi kerangka konseptual untuk model pariwisata berkelanjutan yang unik dan otentik. Prinsip keseimbangan antara manusia, alam, dan spiritual ini sejalan dengan tren global menuju pariwisata yang lebih bertanggung jawab. Dalam konteks ini, krisis overtourism bisa menjadi momentum untuk memperkenalkan Bali bukan hanya sebagai destinasi wisata, tetapi juga sebagai model pariwisata berkelanjutan yang mengintegrasikan kearifan lokal dengan kebutuhan modern.

Transformasi ini tentu membutuhkan investasi signifikan, baik dalam infrastruktur fisik maupun pengembangan kapasitas. Namun, biaya yang dikeluarkan saat ini jauh lebih kecil dibandingkan risiko kehilangan aset pariwisata yang tak tergantikan di masa depan.

Momentum Transformasi Pariwisata Indonesia

Masuknya Bali dalam Fodor’s No List 2025, meski tampak sebagai pukulan telak, sebenarnya membuka jendela peluang untuk menata ulang fundamental pariwisata Indonesia. Situasi ini bisa menjadi katalis perubahan yang justru dibutuhkan untuk mentransformasi model pariwisata konvensional menuju paradigma yang lebih berkelanjutan.

Dari perspektif ekonomi politik internasional, krisis ini membuka peluang untuk merenegosiasi posisi Indonesia dalam rantai nilai pariwisata global. Data dari Kementerian Pariwisata menunjukkan bahwa 60% keuntungan dari industri pariwisata Bali mengalir ke operator internasional dan investor asing. Melalui diplomasi ekonomi yang lebih strategis, Indonesia bisa mendorong model bisnis yang memberikan porsi lebih besar bagi pelaku lokal dan mendukung konservasi lingkungan.

Dalam ranah digital, Indonesia bisa memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat narasi pariwisata berkelanjutannya. Penggunaan platform digital dan media sosial untuk mengomunikasikan upaya-upaya perbaikan yang dilakukan bisa membantu membangun kembali kepercayaan pasar internasional. Strategi ini sejalan dengan tren global di mana 78% wisatawan millennial mempertimbangkan aspek keberlanjutan dalam memilih destinasi wisata.

Pelibatan diaspora Indonesia yang mencapai lebih dari 8 juta orang di seluruh dunia juga bisa menjadi instrumen diplomasi publik yang efektif. Mereka tidak hanya bisa menjadi duta pariwisata berkelanjutan, tetapi juga bisa membantu membangun jaringan dengan komunitas internasional yang peduli lingkungan dan pelestarian budaya.

Lebih jauh, situasi ini membuka peluang untuk memperkuat kerja sama internasional dalam pengelolaan destinasi wisata. Kolaborasi dengan organisasi internasional seperti UNWTO dan UNESCO dalam pengembangan kapasitas dan transfer teknologi bisa mempercepat transformasi Bali menuju model pariwisata berkelanjutan yang bisa menjadi benchmark global. Dengan pendekatan yang tepat, krisis ini bisa menjadi titik balik yang mengubah Bali dari ‘korban overtourism’ menjadi pionir pariwisata berkelanjutan di kawasan.

Langkah Ke Depan

Krisis reputasi yang dihadapi Bali membutuhkan respons strategis yang tidak hanya berfokus pada perbaikan citra jangka pendek, tetapi juga pada transformasi fundamental model pariwisata Indonesia. Diperlukan pendekatan holistik yang mengintegrasikan diplomasi, kebijakan domestik, dan aksi konkret di lapangan.

Pertama, Indonesia perlu memperkuat koordinasi antar-lembaga dalam mengelola diplomasi pariwisatanya. Data dari Kementerian Luar Negeri menunjukkan bahwa saat ini terdapat tumpang tindih peran antara berbagai kementerian dan lembaga dalam promosi pariwisata internasional. Pembentukan gugus tugas khusus yang melibatkan Kemenlu, Kemenparekraf, dan pemangku kepentingan lainnya bisa membantu mengharmonisasi upaya diplomasi pariwisata Indonesia.

Kedua, pemerintah harus berani mengambil kebijakan-kebijakan radikal untuk mengendalikan overtourism. Ini bisa mencakup pembatasan jumlah kunjungan wisatawan, penerapan pajak wisata yang lebih tinggi untuk mendanai konservasi lingkungan, hingga moratorium pembangunan fasilitas wisata di area-area sensitif. Menurut studi Suyadnya (2021), tanpa intervensi kebijakan yang tegas, degradasi lingkungan dan sosial-budaya di Bali akan mencapai titik tidak berbalik dalam 5-10 tahun ke depan.

Ketiga, Indonesia perlu mengembangkan indikator keberhasilan pariwisata yang lebih komprehensif. Alih-alih hanya berfokus pada jumlah kunjungan dan pendapatan devisa, perlu dikembangkan matrik yang juga mengukur dampak terhadap lingkungan, kesejahteraan masyarakat lokal, dan pelestarian budaya.

Keempat, penguatan kapasitas masyarakat lokal harus menjadi prioritas. Program-program pelatihan dan pemberdayaan masyarakat dalam mengelola pariwisata berkelanjutan perlu diperluas, sehingga masyarakat lokal tidak hanya menjadi penonton tetapi pelaku utama dalam industri pariwisata.

Langkah-langkah ini membutuhkan komitmen politik yang kuat dan investasi sumber daya yang signifikan. Namun, biaya yang dikeluarkan saat ini jauh lebih kecil dibandingkan risiko kehilangan salah satu aset pariwisata paling berharga Indonesia. [T]

BACA artikel lain dari penulis MUHAMMAD YAMIN

Membedah Keunggulan Komparatif: Kunci Sukses Pariwisata Global di Era Modern
Tantangan Pariwisata Indonesia: Daya Saing Global dan Keberlanjutan Lokal
Menimbang Dana Abadi Pariwisata
Glamping, Staycation, Instagrammable, Babymoon: Leksikon Baru Dalam Geliat Pariwisata Ekonomi Kreatif
Optimalisasi “Nation Branding” Melalui Pariwisata dalam Dinamika Kepentingan Nasional dan Interdependensi Global
Tags: overtourismPariwisatapariwisata baliPariwisata Berkelanjutanpariwisata budaya
Previous Post

Pinih Sira Ragane?

Next Post

Membaca, Menulis, dan Kesadaran: Modal Menjadi Pemimpin Pembelajaran

Muhammad Yamin

Muhammad Yamin

Dosen Jurusan Hubungan Internasional, FISIP Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah dan pengamat ekonomi politik internasional dengan fokus pada sektor pariwisata dan pembangunan berkelanjutan.

Next Post
Membaca, Menulis, dan Kesadaran: Modal Menjadi Pemimpin Pembelajaran

Membaca, Menulis, dan Kesadaran: Modal Menjadi Pemimpin Pembelajaran

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more

PENJARA: Penyempurnaan Jiwa dan Raga

by Dewa Rhadea
May 30, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

DALAM percakapan sehari-hari, kata “penjara” seringkali menghadirkan kesan kelam. Bagi sebagian besar masyarakat, penjara identik dengan hukuman, penderitaan, dan keterasingan....

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co