INI untuk penggemar kuliner unik. Sesekali jika lewat Jalan Raya Abiansemal, tepatnya di Blahkiuh, Badung, singgahlah ke jalan agak lebih kecil di Banjar Kembang Sari.
Di situ terdapat kuliner khas, barangkali tak banyak yang menjualnya. Yakni, bubuh nyawan. Bubuh adalah bubur. Nyawan adalah lebah, jenis serangga penghasil madu.
Ya, itu bubur bali dengan ramuan daging lebah. Nama yang terkenal adalah Bubuh Nyawan Dadong Rinten.
Ni Made Rinten, begitu nama lengkapnya, berjualan bubuh nyawan sejak tahun 2013 dan namanya cukup legendaris di kalangan penggemar kuliner unik, bukan hanya di Blahkiuh, melainkan juga di daerah lain di Badung, Gianyar, Denpasar, dan Tabanan.
Saangnya, Dadong Rinten sudah tak bisa berjualan lagi karena usianya yang sudah uzur. Namun, jangan khawatir, bubuh nyawan tetap ada, karena usaha itu diteruskan oleh menantunya.
Bubuh nyawan Dadong Rinten | Foto: Vira
Bubuh nyawan adalah hidangan bubur dengan siraman kuah nyawan bercampur bumbu khas bali. Bubuh nyawan itu, bahan utamanya tentu saja beras, diisi sayur yang diolah menjadi lawar. Lalu ada cabai, bawang, irisan kelapa yang akan dijadikan sambel dan lebah sebagai kuah.
Dadong Rinten mengawali usaha berjualan bubuh nyawan di depan rumahnya di Banjar Kembang Sari, Blahkiuh. Awalnya ia menjual bubur biasa dengan daging ayam, hingga ada pembeli yang menyarankan untuk mengubah daging bubur dengan nyawan.
“Saran dari pembeli dijalankan oleh Dadong Rinten. namun diawal percobaan masih sangat buruk dan kurang peminat. Rasa penasaran pembeli akan adanya bubuh nyawan semakin banyak, hingga sekarang bubuh nyawan banyak pembeli dan habis terjual,” ucap Made Suarjaya, cucu dari Dadong Rinten.
Nyawan atau lebah didapatkan dari pengepul lebah alami. Tidak gampang mencari lebah, karena lebah memiliki masa panen.
Lebah yang digunakan untuk adonan bubur itu bukan nyawan dewasa, melainkan adalah larvanya. Hal itulah yang menyebabkan nyawan tak bisa didapat secara mudah setiap hari. Kesulitan lain seperti memasak karena masih menggunakan dapur tradisional.
Berbagai bahan pelengkap bubuh nyawan Dadong Rinten | Foto: Vira
Ciri khas bubuh nyawan berbeda dengan yang lain, ya, bedanya adalah kuah lebah itu sendiri. Cita rasa autentik dan berbeda juga muncul karena menggunakan rempah-rempah tertentu seperti jahe, ketumbar, dan kencur.
Cara memasaknya pun masih tradisional menggunakan kayu bakar dan tidak menggunakan kompor gas, itu yang menciptakan rasa yang lebih gurih atau bahasa Bali-nya nyangluh.
Made Suarjaya menceritakan, cita rasa yang unik dari bubuh nyawan milik neneknya itu adalah dari segi pengolahan kuah lebah. Saat membuat kuah, lebah itu tidak boleh lecet, harus tetap utuh sebagai larva.
Larva yang utuh itu memberi sensasi tersendiri saat menikmati bubuh nyawan itu. Setiap dimakan terasa adanya bulir-bulir yang dikunyah dengan sensasi yang unik.
“Sayur yang digunakan juga tidak hanya satu sayur tapi ada beberapa sayur dan berganti setiap harinya,” kata Suarjaya.
Dari tahun ke tahun, perkembangan usaha Bubuh Nyawan Dadong Rinten kian pesat. Kini usaha bubuh nyawan diteruskan oleh menantunya Ni Wayan Joni Astuti, dikarenakan Dadong Rinten sakit.
Akan tetapi Dadong Rinten masih memegang peran penting dalam membuat bubur di rumah sebelum dijual oleh menantunya.
Menantu Dadong Rinten yang meneruskan usaha bubuh nyawan nenek mertuanya | Foto: Vira
Bubuh Nyawan Dadong Rinten banyak memiliki penggemar. Pelanggan setianya berasal dari berbagai dareah seperti Klungkung, Gianyar, Badung dan desa-desa di sekitarnya.
Pelanggan setia yang berdatangan dari daerah Gianyar dan Klungkung, bisa melewati jalan kecil yang arahnya dari Bongkasa, atau Mambal.
Pelanggan dari Klungkung, jika hendak menikmati bubuh nyawan di Blahkiuh, harus menempuh jarak sekitar 1 jam dan melewati daerah Pengosekan Ubud, lalu ke barat melewati perempatan Tebongkang, sampai ketemu Jalan Raya Abiansemal.
Dari Jalan Raya Abiansemal ke utara melewati Lapangan Blahkiuh sampai bertemu Banjar Kembang Sari, ke utara sedikit bertemu gang kecil lalu lurus ke barat.
Begitu pula yang dari daerah Gianyar melewati jalan kecil dan jarak ditempuh sekitar 30 menit.
Warung Bubuh Nyawan Dadong Rinten buka dari jam 15.00-17.30 WITA. Tapi biasanya pelanggan sudah berdatangan sebelum jam 15.00 karena takut tak kebagian.
Bubuh nyawan ini pun terus melakukan inovasi seperti usaha-usaha kuliner lainnya. Untuk mendapatkan rasa bubuh nyawan yang baru, tanpa menghilangkan cita rasa kuah nawan ang khas, kini bubuh itu ditambahi topping seperti kacang tanah. Itu memberikan dimensi yang baru tanpa mengubah rasa dasarnya. [T]
Reporter/Penulis: Vira Astri Agustini
Editor: Adnyana Ole
Catatan: Artikel ini adalah hasil dari pelatihan jurnalistik berkaitan dengan program magang mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas PGRI Mahadewa Indonesia (UPMI) Bali di tatkala.co