DI sana, para pengunjung tak henti-hentinya datang, terus-menerus, ke setiap pameran yang ada di Subak Spirit Festival 2024 di areal panggung utama.
Sementara di balik gapura—pintu masuk, berderet para petani penuh usia, memonggok hasil panennya, seperti padi, kayu bakar, kemudian rumput untuk pakan ternak, dan masih banyak lagi. Mereka mempertunjukkan aktivitas bertani atau berladang lainnya kepada orang-orang—dalam dan luar negeri—yang datang.
Sementara warga yang lainnya berderet megamel. Suara gong terdengar kemudian. Mereka semua, sedang menantikan, menyambut, Wakil Mentri Kebudayaan yang baru-baru ini dilantik, Giring Ganesha. Wakil menteri yang juga seorang vokalis band itu, bakal membuka festival tersebut, di siang hari yang mendung, pada Sabtu, 9 November 2024.
Tentu, tidak lama setelah berjalan dari Monumen Subak Jatiluwih, bersama jajarannya, Pak Wamen berjalan melewati stand-stand UMKM yang menjajakan beragam kuliner dan cinderamata oleh-oleh. Dan senyum tak putus-putus terlihat dari mereka yang berderet menyambut Giring, dan suara tabuhan nyaring kemudian. Selayaknya pejabat (pula artis), Giring Ganesha melambaikan tangan, menyapa—melempar senyum kepada warga.
Giring Genesha, Wakil Menteri Kebudayaan, mencoba memainkan kepuakan | Foto: tatkala.co/Son
Giring dan jajarannya juga disambut hamparan sawah dengan warna kuning emas dan hijau subur, yang terbentang luas di Jatiluwih. Air mengalir tanpa macet di sungai yang tak jauh dari lokasi. Subak, mengalirkan itu dengan baik—dengan adil.
Beberapa sungai (tukad) seperti Yeh Ho, Yeh Baat, Munduk, Abangan, dan Yeh Pusut telah mengairi sawah-sawah di Jatiluwih dengan basah. Dan sebagai sistem pengairan yang adiluhung, subak kini telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada tahun 2012.
Untuk mencapai predikat itu, tentu tidak singkat, mesti menghabiskan sepuluh tahun agar subak dikenal dunia, sejak pengusulannya tahun 2002.
Giring duduk di tempat yang telah disediakan, di panggung lesehan untuk tamu kehormatan. Beralaskan tikar pandan ia bersila, menghadap panggung utama yang berlatar sawah berjenjang yang menakjubkan.
Subak Spirit Festival 2024 dimulai. Pewara mempersilakan Pj. Gubernur Bali untuk memberi sambutan, yang kali ini diwakili oleh I Gede Arya Sugiartha, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali.
Dalam sambutannya—yang sebenarnya sambutan Pj. Gubernur Bali itu, Arya Sugiartha mengatakan bahwa Subak Spirit Festival ini merupakan satu perayaan penting dalam upaya dan memelihara ekosistem subak Bali di tengah tantangan dan ancaman keberadaan subak dewasa ini.
Selain itu, ia juga menegaskan bagaimana festival ini menjadi bahan renungan kita bersama. Subak, selain sebagai sistem pengairan, juga sebagai entitas dan identitas masyarakat Bali—karena keberadaan subak tidak terlepas dari sejarah perkembangannya.
Giring Genesha, Wakil Menteri Kebudayaan, saat membacakan sambutannya | Foto: tatkala.co/Jaswanto
Terlebih, Subak megandung unsur filosofi Tri Hita Karana, yaitu Tuhan (parahyangan), manusia (pawongan), dan alam (palemahan)—yang terus diimani oleh masyarakat Bali sebagai keharmonisan dalam hidup.
Subak, lanjut I Gede Arya Sugiartha, sudah mulai dikenal pada masa Bali Kuno, terbukti dengan adanya prasasti Bali Kuno yang memuat tentang subak—atau sistem pengairan dan mencapai puncaknya pada abad ke-11. Tata kelolanya berkembang hingga saat ini, hal ini membuktikan masyarakat Bali sangat menjaga keberadaan dan mempertahankan tradisi leluhur ini.
Tantangan Subak dan Spirit Subak
Kemudian, saat memberi sekapur sirih, Giring Ganesha Djumaryo tampak terkesima dengan keindahan hamparan sawah di Jatiluwih. Pula, tak henti-henti ia kagum dan memujinya. Menurutnya, di tengah keindahan alam yang dikelilingi oleh sistem pertanian subak—yang tidak hanya menakjubkan secara visual, juga mengandung nilai budaya dan spiritual yang luar biasa.
Di tengah kekagumannya itu, ia juga menyelipkan sesuatu yang penting, yaitu subak yang sedang menghadapi tantangan besar.
Katanya, kita sedang dihadapkan pada penurunan sumber air, penyempitan lahan pertanian, dan ancaman bencana alam.
“Tantangan ini mengingatkan kita akan pentingnya regenerasi petani dan inovasi dalam pertanian, untuk menjaga kelestarian, kesejahteraan desa, dan kebudayaan di sekitar sistem subak,” ucap Giring Ganesha.
Sampai di sini, ia melanjutkan, melalui Subak Spirit Festival ini, negara berupaya menjawab tantangan tersebut dengan pendekatan holistik melalui tujuh ruang aktivasi, yakni budaya, ekologi, pengetahuan, gastronomi, olahraga, pertunjukan, dan publikasi.
Ayu Laksmi saat manggung di Subak Spirit Festival 2024 | Foto: tatkala.co/Jaswanto
Festival ini bukan hanya perayaan tetapi juga gerakan, katanya, sebuah panggilan bagi generasi muda untuk kembali kepada nilai-nilai kearifan lokal, memahami budaya kita, dan memeliharanya dengan penuh kebanggaan.
Kemudian, pelantun Laskar Pelangi itu juga menekankan, pelestarian subak harus terus digenjot. Melestarikan subak, ujarnya, berarti melestarikan alam, seni, budaya, dan meningkatkan ketakwaan kepada Sang Pencipta.
Menurut Giring, subak mengajarkan kita akan nilai-nilai universal—yang relevan dengan visi besar Presidan Prabowo Subianto—dalam menciptakan kedaulatan pangan yang kuat, mandiri, dan berkelanjutan bagi bangsa Indonesia.
“Dengan menjaga subak, kita menjaga masa depan, menjaga kearifan, dan menjaga martabat kita sebagai bangsa yang kaya akan budaya dan sumber daya,” ujarnya. Pula, Kementerian Kebudayaan berkomitmen penuh untuk mendukung setiap inisiatif yang menguatkan ketahanan budaya dan kedaulatan pangan Indonesia.
Sebelum mengakhiri sambutannya, Giring berharap, Subak Spirit Festival ini bisa menjadi inspirasi bagi semua orang, terutama bagi generasi muda, untuk merawat dan melanjutkan warisan berharga ini dengan sepenuh hati.
“Mari kita jadikan subak sebagai simbol keseimbangan, kearifan, dan kekayaan budaya yang akan terus hidup untuk generasi yang akan datang,” tutup Giring, yang disambut dengan tepuk tangan dan suara kepuakan—alat pengusir burung tradisional yang terbuat dari bambu—yang dibunyikan tamu undangan.
Merayakan Subak
Sesaat setelah Giring menyelesaikan sambutannya, yang retoris itu, ibu-ibu berpakaian adat berbaris dan berjalan sambil membawa hal-hal yang berkaitan dengan petani dan pedesaan. Mereka nyuwun (menyunggi) sesigih padi bali, rumput dalam keranjang, sebongkok blarak (daun kelapa kering), seikat kayu bakar, dll. Sementara segerombolan bapak-bapak, dengan penuh semangat, terus memainkan okokan dengan bentuk-bentuk wayah ikon Bali—dengan taring dan tangan berkuku panjang.
Giring bersama beberapa tamu undangan yang penting, berjajar di panggung dan membunyikan lesung sebagai tanda Subak Spirit Festival 2024 resmi dibukan. Adegan tersebut disusul dengan tembang Ayu Laksmi dan teriakan para bocah. Suasana sawah menjadi meriah.
Dua orang gadis remaja mulai menarikan Nunas Baos, tarian yang terinspirasi dari tradisi nunas bawos—ritual untuk memohon petunjuk agar upacara berjalan lancar dan harapan sampai kepada Tuhan.
Bapak-bapak sedang memainkan okokan di Subak Spirit Festival 2024 | Foto: tatkala.co/Jaswanto
Tarian tersebut melambangkan permohonan berkah bagi kegiatan pertanian, sering dilakukan petani sebelum musim tanam atau setelah panen sebagai penghormatan kepada Dewi Sri. Ritual tersebut biasanya diiringi musik gamelan dan tari sebagai persembahan sakral di pura atau sawah.
Nunas bawos juga mengandung nilai sosial, mengikat komunitas petani dalam menjaga sistem subak, menjaga keseimbangan alam, dan menghormati alam sebagai sumber kehidupan. Tarian ini melambangkan permohonan untuk kebaikan dan kelancaran.
Dalam acara tersebut, Tari Nunas Baos menjadi pembuka proses penandatangan prasasti, di mana deklarasi subak adalah sebagai “baos” atau kata-kata. Pembukaan Subak Spirit Festival 2024, diakhiri dengan lagu “Mahasa” yang didendangkan Ayu Laksi bersama beberapa penari yang sangat teatrikal. Pertunjukan-pertunjukan seni tersebut, seolah menjadi “perayaan” subak yang meriah.
Sekadar informasi, dalam kesempatan kali ini juga, Subak Spirit telah me-launching portal subakspirit.com. Website ini diharapkan dapat menjadi jembatan untuk acara Subak Spirit ini, agar bisa berkelanjutan. Semoga demikian.[T]
Reporter/Penulis: Sonhaji Abdullah
Editor: Jaswanto