BERTEMU dengan kawan lama yang sudah bertahun-tahun tak berjumpa, tanpa komunikasi atau mengikuti perkembangan hidupnya, terutama melalui media sosial, pada dasarnya serupa dengan bertemu orang baru. Meskipun pernah berbagi momen bersama di masa lalu, kenyataan bahwa kehidupan mengubah seseorang tidak dapat dihindari.
Setiap orang dipengaruhi oleh pengalaman hidup, interaksi sosial, dan berbagai dinamika yang membentuk karakter baru mereka. Ketika kita bertemu kembali setelah sekian lama berpisah, kita tidak lagi berhadapan dengan orang yang sama, melainkan versi baru dari mereka—dan mungkin mereka pun melihat kita dengan cara yang sama.
Waktu yang berlalu, apakah itu sepuluh, lima belas, atau dua puluh tahun, membawa seseorang pada rangkaian pengalaman hidup yang memungkinkan perubahan besar. Tidak hanya pada aspek fisik, tetapi juga pada prinsip, cara pandang, dan kepribadian seseorang. Proses ini wajar dan tidak terhindarkan.
Oleh karena itu, wajar juga jika seorang teman lama yang kita anggap sama, nyatanya telah berkembang menjadi seseorang yang berbeda. Kita mungkin masih mengingat memori masa lalu bersamanya, namun ia bukan lagi sosok yang dulu kita kenal.
Sebagaimana dikatakan oleh filsuf Yunani kuno, Herakleitos, “Panta rhei kai uden menei”—semuanya mengalir, tidak ada sesuatu pun yang tetap. Manusia adalah makhluk yang selalu berada dalam proses perubahan. Cara kita berpikir, bertindak, dan menjalani hidup selalu bergerak dalam pusaran perubahan. Ini adalah bagian dari kodrat manusia yang terus berkembang seiring waktu.
Perubahan ini tidak terbatas pada hal-hal yang tampak di permukaan, melainkan juga mencakup hal-hal yang lebih mendasar seperti pandangan terhadap hidup. Setiap pengalaman yang dialami—apakah itu sukses atau gagal, menyenangkan maupun menyakitkan—semuanya memberi dampak pada siapa seseorang saat ini. Oleh karena itu, sangat mungkin bahwa pertemuan dengan teman lama setelah bertahun-tahun akan terasa seperti berkenalan dengan orang baru, bukan lagi dengan sosok yang kita kenal dulu.
Satu contoh, aku pernah mengalami hal ini. Bertahun-tahun tidak bertemu dengan seorang teman dari kampung, yang dulunya kuingat sebagai sosok polos dan tidak banyak tahu soal dunia luar. Ketika kami bertemu lagi, dia berubah drastis.
Dia kini seorang lelaki muda yang tampak keras, disegani di lingkungannya, dan menjalani ‘bisnis gelap’ yang sukses. Lingkungannya yang dikenal penuh tantangan, namun ia berhasil bertahan dan bahkan menjadi figur yang dihormati.
Perubahannya sangat signifikan. Namun, tentu aku tak terlalu terkejut dengan transformasinya. Mungkin karena aku sudah mempersiapkan diri bahwa setiap kali bertemu dengan teman lama, sesungguhnya aku akan berhadapan dengan versi baru dari dia.
Apa yang aku lihat adalah hasil dari perjalanan panjang yang telah ia lalui, satu puncak yang kuketahui tanpa melihat proses dan lika-likunya mendaki.
Ketika kami berbicara sedikit tentang masa lalu, tentu hanya sebatas pembuka percakapan. Kenangan masa kecil yang kami miliki tidak lagi relevan untuk dijadikan pusat diskusi. Kami tidak mencoba meromantisasi masa lalu, melainkan membiarkannya menjadi bagian dari sejarah pribadi masing-masing. Satu-satunya yang mengikat adalah bahwa saling kenal di masa lalu.
Namun, meskipun masa lalu bisa menjadi benang merah yang menghubungkan, ia bukanlah sesuatu yang bisa dihidupkan kembali. Apa yang kita ingat tentang masa lalu mungkin sudah terdistorsi oleh waktu, dan cara kita mengenangnya tidak lagi sama.
Memori sering kali dibentuk oleh pengalaman baru, sehingga meskipun kita pernah berbagi pengalaman yang sama, cara kita mengingatnya bisa sangat berbeda.
Tentu hal ini juga berlaku pada diri kita. Jika aku bisa melihat teman lamaku sebagai orang baru, mereka pun mungkin melihatku dengan cara yang sama. Kita semua berubah, baik disadari atau tidak.
Setiap pengalaman yang kita lalui mengubah kita menjadi versi baru dari diri kita sendiri. “Tak ada yang kekal kecuali perubahan itu sendiri,” kata filsuf yang lain, Democritus.
Bagi seseorang yang sudah lama tidak bertemu dengan kita, perubahan kecil dalam sikap atau pandangan hidup bisa terlihat sangat mencolok. Mereka mungkin terkejut dengan bagaimana kita menjalani hidup sekarang atau bagaimana kita merespons situasi tertentu.
Maka setiap pertemuan dengan teman lama membawa kesadaran bahwa perubahan adalah sesuatu yang wajar. Kita tidak bisa mengharapkan seseorang tetap sama seperti yang kita ingat. Perjalanan hidup yang panjang penuh dengan pengalaman baru akan mengubah seseorang.
Itulah yang menjadikan pertemuan kembali dengan teman lama sebagai momen yang menarik—kita tidak hanya menghidupkan kembali kenangan, tetapi juga berkenalan dengan siapa mereka sekarang, dan siapa diri kita sekarang.[T]