EMPAT perupa, yakni Made Bayak, Nyoman Suarnata, NPAAW, dan Raka Jana memamerkan karya rupa mereka di ARTspace ARTOTEL Sanur, 8 Oktober hingga 8 Januari 2025. Pameran dibuka oleh I Made Dollar Astawa.
“Empat maestro muda Bali saya berharap bisa mencatatkan pergerakan seni di Bali, bahkan ke dunia yang lebih luas,” kata Dolar Astawa saat pembukaan pameran.
Dolar Adtawa melanjutkan, semangat empat perupa itu dibuktikan dengan kreatif mereka dalam menampilkan pameran bersama ini. Seharusnya seniman muda menancapkan semangat tinggi, sehingga memberi warna seni rupa di Bali.
“Saya mengapresiasi kepada Artotel yang memberikan ruang kepada para seniman, dan semoga itu terus terjadi dan dilaksanakan secara bergulir,” katanya.
General Manager Artotel, Agus Ade, mengatakan art exhibition ini digelar secara reguler setiap tiga bulan sekali.
“Pameran kali ini berkolaborasi dengan empat seniman seni rupa. Pameran seni rupa ini merupakan bisnis dengan konsep art. Semoga ini bisa diikuti oleh hotel lain,” katanya.
Kurator pameran, Made Susanta Dwitanaya mengatakan, ARTspace ARTOTEL Sanur merupakan ruang pameran yang representative untuk menampilkan karya seni keempat seniman itu.
Pameran BUILD UP ini sama seperti sebuah permainan bola pada pase menyusunan sebuah permainan sepakbola. Konteks itu diambil untuk sebuah konteks berkedenian
Pameran BUILD UP di ARTspace ARTOTEL Sanur | Foto: Ist
Empat seniman ini menciptakan, mengkonstruksi karya dengan beragam gagasan masing-masing. Made Bayak dengan gagasanya yang konsen pada wilayah seni dan aktivisme melahirkan karya- karya yang sarat dengan muatan kritis tentang berbagai fenomena dan isu yang melanda Bali hingga persoalan global mulai dari isu ekologis hingga sosial.
Konsentrasi Bayak pada isu ekologis misalnya melahirkan satu formulasi artistik pada persoalan medium karya-karyanya dari penggunaan material upcycle plastik kemasan pada seri karya plastycology-nya hingga penggunaan pigmen-pigmen warna alam pada karya karya terkininya.
Hal itu memperlihatkan bagaimana isu lingkungan yang menjadi basis kekaryaan Bayak dihadirkan menjadi pernyataan artistik yang menubuh hingga pada pilihan material karyanya.
“Pada titik ini material bukan berhenti hanya sekedar bahan baku pembuat karya tapi pilihan material menjadi wahana yang signifikan dalam sebuah pernyataan artistic,” terangnya.
Nyoman Suarnata adalah perupa yang bergerak dalam jelajah stilistik visual dari kecenderunganya mengeksplorasi visual naifistik hingga realistik, dengan eksplorasi garis hingga teknik drawing dan pencampuran material cat akrilik, pastel, hingga pensil.
Atau penjelajahannya menghadirkan bentuk-bentuk imajinatif , terdeformasi, terstilirisasi hingga hadirnya ikon ikon budaya popular seperti mainan dan figur-figur superhero.
“Gagasan Suarnata bergerak dalam eksplorasi pada persoalan memori tentang masa kanak-kanak hingga beririsan pada berbagai tema-tema kontekstual yang terjadi hari ini,” ungkapnya.
NPAAW sejak dua atau tiga tahun terakhir kerap menghadirkan susunan bidang-bidang geometris persegi layaknya susunan PNG atau fixel dalam gambar gambar digital dengan pilihan pilihan warna bernada komplementer terkadang bernuansa metalik seperti silver hingga menghadirkan kesan dan cita rasa digital, industrial dan teknologis.
Kecenderungan abstrak yang pada mulanya NPAAW hadirkan sebagai background karya yang sebelumnya menghadirkan representasi objek dan figur realistik, sejak setahun terakhir ini hadir menjadi pokok persoalan utama yang ia eksplorasi.
Kecenderungan abstraktif itu untuk hadir sepenuhnya dalam karyanya secara otonom tanpa kebutuhan untuk menghadirkan representasi objek. Ia juga kerap menghadirkan karya yang menampilkan bagaimana ia menghadirkan susunan dan layer bidang geometris tersebut pada karya-karyanya.
Lakban atau plaster kertas yang menjadi material penunjang yang ia gunakan dalam menghadirkan bidang-bidang geometris dalam karyanya terkadang masih tetap ia pertahankan dan ekspose. Bagaimana proses pelepasan lakban yang sebagian masih menempel dan sebagian menjuntai yang ia rangkai dan komposisikan menghadirkan nuansa instalatif sekaligus performatif.
Sedangkan Raka Jana yang dikenal sebagai pelukis yang berangkat dari dunia desain grafis dan ilustrasi sejak beberapa tahun terakhir karya-karyanya cukup menarik perhatian dalam perkembangan terkini seni rupa Bali.
Pameran BUILD UP di ARTspace ARTOTEL Sanur | Foto: Ist
Secara konseptual karya-karya Raka Jana menghadirkan eksplorasi yang berangkat dari kosa rupa budaya visual Bali yang Ia formulasi dan padukan dengan pendekatan visual anime maupun gaya visual yang kartunal membentuk karakter visual Raka Jana yang khas.
“Berbagai figur, objek, ornamen dalam budaya visual Bali yang lekat dan mengakar secara tradisional dalam masyarakat Bali dieksplorasi dengan cita rasa artistik dan budaya popular hari ini,” ujar Made Susanta yang juga penulis dan peneliti ini.
Nilai tradisi dalam karya karya Raka Jana menjadi suatu yang dinamis dan akrab dengan memori visual generasi kini yang sudah sangat familiar dengan berbagai visual seperti anime, kartun dan lain sebagainya.
Latar belakangnya sebagai seorang desainer grafis dan illustrator menghasilkan kepekaan dan progresifitas tersendiri pada proses kreatif Raka Jana dalam memformulasikan gagasan kedalam pernyataan artistik secara visual melalui garis maupun warna warna pada karyanya sehingga dapat terekognisi secara luas oleh publik terutama kalangan muda.
Pada akhirnya momentum pameran yang mempertemukan empat perupa kontemporer Bali dalam satu ruang pameran yang berjudul “BUILD UP” ini adalah sebuah momentum untuk melihat bagaimana ragam gagasan dan dinamika artistik yang dihadirkan oleh empat perupa dengan gagasan dan kecenderungan artistik masing masing ini yang menjadi bagian dari perkembangan mutakhir seni rupa Bali.
Karya-karya yang terlahir adalah akumulasi dari bagaimana keempat perupa dalam membangun artistik mereka dalam proses kreatif yang dijalankan. “Artistik yang hadir dan menjadi pernyataan keempat seniman ini dibagun atau ter-build up dari proses eksploratif tiada henti dalam perjalanan karier sebagai perupa,” katanya. [T]